"Nambah lagi?" Tanya Vano selesai menghabiskan makanannya.
Zy menggeleng, dia menepuk pelan perutnya "Udah kenyang hehe"
Vano terkekeh, lalu mengacak surai adiknya "Abang beresin dulu"
"Zy mau bantu"
"No, duduk sini diem"
Lagi lagi Zy memberenggut kesal, ia mengerucutkan bibir mungilnya sambil bersedekap dada. Sedari tadi Vano melarang Zy untuk membantunya meskipun hal sepele sekalipun. Karena Vano sendiri tak mau jika adik kecilnya ini merasa lelah atau mengalami sesuatu yang tak diinginkan misalnya terkena pisau, api dan lainnya.
Mata bulat itu terus saja memperhatikan gerak-gerik abangnya dengan kedua kaki diayunkan. Tangan Vano bergerak membuka lemari es untuk mengambil sesuatu. Hal itu membuat Zy teringat sesuatu.
"Abang" Panggilnya.
"Hm"
"Itu minuman apa yang warna-warni? Tadi Zy mau ambil pengen nyobain tapi nda kesampek.an tinggi banget tempatnya" Ujarnya sambil mengerucut lucu.
Lontaran gadis itu membuat Vano mengernyit dan mengalihkan pandangannya pada objek yang disebutkan oleh Zy.
Shit!
Dalam hatinya Vano mengumpat marah. Itu bir, bisa-bisanya semua orang tidak meletakkan minuman itu ditempat yang aman. Tetapi untung saja adik kecilnya tidak sampai meminumnya. Vano mengucap syukur berkali-kali.
Berjalan melangkah menuju Zy berada, menumpukan kedua tangannya di sisi kanan kiri adik kecilnya dengan tatapan polos.
"Jangan minun itu ya"
Zy mengerjapkan mata bulatnya, ia mengernyit "Kenapa abang?"
"Rasanya pahit"
"Pahit? Kaya obat?" Dengan spontan gadis itu bertanya.
Vano mengelus surai indah itu "Iya" Jawabnya.
"Nda jadi nyobain deh. Tapi, tapi warnanya cantik" Katanya menatap minuman tersebut dengan tatapan kecewa.
Vano menghela nafas "Rasanya pahit, mau?" Ia mencoba memancing adik kecilnya.
Zy menggeleng, kata pahit terngiang-ngiang di benaknya. Bahkan kejadian kemarin masih terekam jelas di otaknya perihal obat.
"Good" Ujar Vano mengacak gemas rambut Zy.
Selesai melakukan kegiatannya, Vano memberikan segelas susu pada Zy. Dengan senang hati gadis itu menerima dan langsung meminumnya sampai tandas.
"Kenyang?" Tanya Vano.
"Hu'um, Zy kenyang banget hehe" Balas gadis itu dengan menyengir lebar.
Vano terkekeh "Sekarang waktunya tidur"
Zy menggeleng "Zy kenyang, entar nda bisa tidur lagi" Ucapnya.
"Tidur sama abang" Ajaknya.
"Tap—"
"Sstt... Udah ayo abang gendong" Tak perlu mendapat jawaban gadis itu, Vano langsung menggendong adik kecilnya seperti koala.
****
Ceklek
Aroma mint langsung menguar di indra penciuman. Rasanya sangat tenang, bernuansa abu-abu dengan campuran hitam adalah kriteria seorang Revano.
Pria itu membawa adik kecilnya ke kamarnya. Pasalnya baru Zy seorang yang bisa masuk ke dalam kamar itu, selainnya tidak ada meskipun keluarganya sekalipun. Jika ada yang berani masuk maka orang itu berarti siap kehilangan nyawanya. Vano sangat tidak suka dengan orang yang menyentuh barangnya sedikitpun, ia sangat benci itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/262819787-288-k388346.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M Not An Illigitimate Child
Teen FictionSebelum membaca jangan lupa Follow terlebih dahulu ya ≧ω≦. Arigatou Gozaimasu❤ (On Going) #Awas typo Bertebaran# Cuplikan : "Dasar cewek kurang ajar berhenti lo!!!" Marah cowok botak sambil teriak. "Awas aja lo sampek ketangkep!!" Sahut cowok gen...