Pentirtaan kraton Songenep
Matahari beranjak masuk ke peraduan. Semburat warna merahnya mulai menghilang di langit. Bumi mulai gelap. Suara jangkrik terdengar sayup-sayup. Para prajurit kadipaten menyalakan lampu minyak di lorong-lorong istana kadipaten Songenep. Sang adipati Wiraraja duduk termangu. Di hadapannya para tamtama duduk bersila menunggu sang adipati membuka mulutnya.
Sang adipati gaek menarik nafas panjang. Tiba-tiba seorang prajurit masuk ke balairung dan menyembah.
"Gusti, putra paduka datang."
Adipati Wiraraja terkejut. Ia mengangkat wajahnya. Dihadapannya, sang putra Ranggalawe, berjalan mendatanginya. Ranggalawe adalah seorang pemuda gagah perkasa dan pemberani. Tubuhnya tinggi besar, wajahnya tampan dihiasi dengan kumis lebat bagaikan sosok Gatotkaca mengejawantah. Sang adipati menyambut kedatangan putranya dengan gembira. Senyuman tersungging di wajahnya. Setelah berpelukan, mereka duduk di kursinya masing-masing.
"Apa kabarmu, nak ? Tumben kau mengunjungi ayahmu. Ada kabar apa di Tuban ?"
Ranggalawe diangkat oleh Raden Wijaya menjadi adipati di Tuban. Tuban adalah kadipaten penting karena merupakan ujung tombak perekonomian Majalengka. Pelabuhan Tuban adalah pelabuhan penting tempat jalur keluar masuknya barang-barang yang menjadi andalan perekonomian Majalengka.
Adipati Wiraraja yang juga bernama Banyak Wide memiliki nama lengkap Ida Wangbang Banyak Wide adalah putra pertama Ida Bang Manik Angkeran. Ia memiliki 3 saudara yang bernama Ida Wangbang Tulus Dewa, Ida Wangbang Wayabiya dan Sira Agra Manik. Ida Bang Manik Angkeran adalah putra Mpu Siddimantra. Mpu Siddimantra adalah cucu Mpu Bahula yang mana Mpu Bahula adalah keturunan dari Mpu terkenal jaman Prabu Airlangga yang bernama Mpu Bharada. Mpu Bharada adalah Mpu yang menasehati Prabu Airlangga untuk membagi 2 kerajaannya menjadi kerajaan Jenggala dan kerajaan Kediri.
"Baik, ayah. Ayah, aku ingin bicara 4 mata dengan ayah."
Sang adipati mengernyitkan dahinya. Ia lalu membubarkan tamtamanya. Tinggallah mereka berdua di balairung. Seorang emban mengangsurkan wedang jahe di meja. Disediakan juga beberapa nyamikan kesukaan sang adipati seperti lemper, wajik dan ongol-ongol. Setelah menyeruput wedangnya, Ranggalawe melanjutkan kata-katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prahara Majapahit
Historical FictionIa berdiri dari duduknya. Arum tertegun. Membantu ganti baju ? Melihat baju rajanya saja sudah ribet, apalagi menggantinya ? Harus mulai darimana aku membukanya ? Pikirnya bingung. Melihat gadis itu kebingungan, Jayanegara tersenyum. "Mulai dari sin...