Ra Tanca bergegas masuk ke istana. Ia mencari istrinya.
"Tanca !!"
Ra Tanca menoleh. Tampak kawannya, Ra Kumbang berlari mendatanginya. Mereka berpelukan sejenak.
"Tanca, tumben kau datang ke istana. Ada apa ?" Tanya Ra Kumbang.
"Aku mencari istriku. Kau melihatnya ?" Tanya Ra Tanca.
"Mungkin sedang di kamar sinuwun."
"Sinuwun sakit ?"
Tiba-tiba Ra Kumbang memandangnya tajam.
"Ah, tidak jadi deh." katanya sambil melengos. Ia beranjak pergi.
"Tidak jadi apa an ? Apa maksudmu ? Ada apa ?"
Ra Kumbang menatapnya lagi.
"Aku tidak enak denganmu." Katanya pelan.
Ia melangkah pergi.
"Tunggu !! Apa maksud perkataanmu ? Ada apa ?" Tanyanya sambil mengejar kawannya.
"Kau tidak tahu ?"
"Tidak tahu. Ada apa sih ? Kau membuatku penasaran. Ada apa ? Aku jarang ke istana. Katakan padaku, ada apa ?"
Ra Kumbang menarik nafas panjang.
"Aku ingin cerita padamu. Tapi kuminta kau tidak marah ya. Aku sih tidak melihat dengan mata kepalaku sendiri. Tapi orang pada cerita katanya mereka melihat istrimu keluar dari kamar sinuwun dengan rambut dan baju acak-acakan. Kau tahu kan sinuwun seperti apa dengan wanita ?"
"APPAAA ?!!
Ra Tanca mencengkram lengan kawannya.
"Maksudmu ..? Dia dengan istriku ??"
Ra Kumbang melepas cengkraman tangan kawannya.
"Seperti yang kubilang, aku tidak melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Jadi aku tidak tahu apakah ini berita hoax atau benaran. Kau tanya sajalah istrimu."
Ra Tanca menggeram marah. Ia berlari ke istana. Dicarinya istrinya di dapur, di kaputren, tapi tidak dijumpainya dimana-mana. Rasa kemarahan membakar kepalanya. Ia memacu kudanya pulang ke rumah.
Setibanya di rumah dijumpainya sang istri sedang meracik-racik jamu di ambenan.
"Nyimas !"
Nyi Tanca memandang suaminya. Ra Tanca buru-buru turun dari kudanya. Ia berlari menghampiri istrinya.
"Nyai ! Apakah benar gosip yang kudengar di istana ??" Tanyanya dengan mata melotot marah.
"Gosip apa ?" Tanya sang istri. Wajahnya terlihat ketakutan.
"Katakan padaku, apa yang kau lakukan di kamar sinuwun !!" Tanyanya sambil mencengkram kedua pergelangan tangan istrinya kuat-kuat.
"Aduuhh ! Lepaskan dulu cengkramanmu kakang.. Sakit tanganku.."
"Jujurlah padaku, kau selingkuh ??!"
"Siapa yang bilang itu ?"
"Kau jangan berbohong ! Katakan padaku apa yang kau lakukan di kamar sinuwun !"
Dipandang tajam oleh suaminya, sang istri menunduk.
"Tapi berjanjilah padaku kau tidak akan marah, kakang.."
"Bagaimana aku tidak marah mendengar gosip itu ! Ingat, kau istriku. Kau harus jujur pada suamimu !"
"Duduklah sini kakang.. Aku akan bercerita.."
Nyi Tanca mengajak suaminya duduk di ambenan. Mereka berjalan ke serambi rumah. Berdebar-debar jantung Ra Tanca mendengar kata-kata istrinya. Dalam hatinya ia berharap gosip yang didengarnya hanyalah berita bohong. Tapi tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api. Rasanya seperti mereka berjalan terlalu lamban. Ia ingin segera mendengar jawaban sang istri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Prahara Majapahit
Historical FictionIa berdiri dari duduknya. Arum tertegun. Membantu ganti baju ? Melihat baju rajanya saja sudah ribet, apalagi menggantinya ? Harus mulai darimana aku membukanya ? Pikirnya bingung. Melihat gadis itu kebingungan, Jayanegara tersenyum. "Mulai dari sin...