Bab 37 Kematian Jayanegara

80 4 3
                                    

Gajah Mada menggendong tubuh Jayanegara kembali ke kamarnya. Dibaringkannya rajanya di ranjang. Diselimutinya dengan hati-hati. Dipandanginya wajah Jayanegara yang terlelap.

"Sinuwun, kau sungguh tampan. Kau raja Wilwatikta. Semua berada dalam genggamanmu. Wanita manapun yang kau ingini bisa kau dapatkan. Kurang apalagi ? Tapi kenapa justru saudaramu sendiri yang kau cintai ?" Tanyanya lirih.

"Sinuwun, katakan padaku, bagaimana caranya aku bisa melindungi saudara-saudaramu darimu ? Kau bagaikan virus yang bisa menginfeksi tidak saja saudaramu tapi juga seluruh rakyatmu. Kita bisa dikutuk Tuhan bila kau lakukan perbuatan bejat itu pada mereka. Sinuwun, apa yang harus kulakukan ? Apakah aku harus membunuhmu untuk menyelamatkan seluruh rakyat Wilwatikta ? Tapi kau adalah putra sinuwun Prabu Wijaya, junjunganku. Oh Dewata agung, berikan petunjuk pada hamba.."

Gajah Mada bersemadi. Tiba-tiba ia teringat pada Gayatri. Ia bergegas keluar kamar. Dipacunya kudanya ke pertapaan Gayatri.

Tiba dipertapaan, diikatnya kudanya ke pohon. Ia berlari masuk ke pertapaan. Diketuk-ketuknya pintu dengan keras. Para emban yang sedang tugur kaget dengan kedatangannya. Mereka mempersilakan Gajah Mada mengetuk pintu kamar Gayatri.

Gayatri terbangun mendengar ketukan pintu. 

"Ada apa ngger ? Kau mengagetkanku." Katanya.

"Gusti ayu, maafkan hamba. Hamba ingin melapor peristiwa penting pada paduka."

"Ya.. Ya.. Kalau kau datang di tengah malam buta seperti ini pasti ada yang penting. Ceritakan padaku, Mada. Ada apakah ?"

"Gusti ayu, sinuwun prabu Jayanegara mencintai kedua saudaranya."

"APPAA ??!"

"Pertama hamba mendengarnya, hamba juga tidak percaya, gusti. Tapi malam ini sinuwun prabu mencoba memperkosa sinuwun Bhre Daha. Untung hamba ada di tempat kejadian."

"Ahhh tidak masuk diakal ! Bagaimana mungkin ini terjadi, Gajah Mada ?? Lalu apa yang kau lakukan ? Kau selamatkan Wyat ?"

"Terpaksa hamba rubuhkan sinuwun, gusti. Kalau hamba tidak ada disana, entah bagaimana nasib sinuwun Bhre Daha."

Gayatri jatuh terduduk. Wajahnya pucat pasi. Ia tidak menyangka Jayanegara bisa melakukan perbuatan terkutuk itu pada adiknya sendiri.

"Mada, kau bilang kau mendengar hal ini dari seseorang. Siapakah orang itu ?"

"Dia Ra Tanca, gusti."

"Mada, kau tidak akan bisa mengalahkan Jayanegara. Ia kebal. Ia mendapat ilmu Lembu Sekilan dari ayahnya. Kau harus mengalahkannya dari dalam."

"Maksud gusti ?"

"Kalau kau tidak bisa mengalahkan dari luar, harus dirinya sendirilah yang mengalahkannya."

"Hamba tidak mengerti. Hamba orang bodoh. Mohon gusti ayu memberikan penjelasan kepada hamba."

"Mintalah Ra Tanca meracuninya."

Gajah Mada terkesiap.

"Ra Tanca meracuni sinuwun, gusti ?"

"Iya.. "

"Hamba paham. Hamba pamit dulu, gusti.."

"Pergilah, Mada.. Restuku bersamamu, ngger.."

Gajah Mada menyembah sang resi dan memacu kudanya ke kediaman Ra Tanca.

Sepeninggal Gajah Mada, Gayatri menangis tersedu-sedu. 

"Kangmas, maafkan aku.. Maafkan aku.. Terpaksa kubunuh anak kita demi menyelamatkan saudara-saudaranya dan kerajaan ini.. Jayanegara anakku.. Maafkan ibumu nak.. Ibu terpaksa melakukan ini.. Ibu sangat mencintaimu, anakku.. Maafkan ibu.." Ratapnya. 

Prahara MajapahitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang