Sejak pagi Mpu Kuturan membantu rakyat Bali mengerjakan pembuatan parit-parit untuk dibuat kolam-kolam ikan. Untuk mengairi kolam itu dibuatkan saluran air dari mata air yang tersebar di lereng gunung. Atas permintaan Kudamerta, dibuatkan juga kolam pemandian dengan memanfaatkan aliran air yang ada. Dari situ barulah air dialirkan ke kolam. Untuk memperindah pemandian, dibuatkan arca-arca cantik sebagai jalur keluar air. Air mengalir keluar dari arca-arca berbentuk bidadari. Seluruh rakyat Bali mengagumi keindahan arca-arca itu.
"Gunakan pemandian ini untuk membersihkan tubuh secara rutin. Kalau badan kalian bersih otomatis tubuh kalian sehat." Demikian arahan dari Kudamerta.
"Sendiko gusti." Jawab rakyat serentak.
Usai memberi arahan, Kudamerta mengelilingi kolam ditemani para Mpu Kuturan.
"Kalian harus memastikan semua pondasi pemandian harus kokoh agar tidak mudah ambruk. Karena kalau ambruk maka akan butuh banyak biaya untuk memperbaikinya."
"Sendiko gusti." Jawab para mpu Kuturan.
"Perhatikan juga estetika. Sebaiknya ada tempat untuk penduduk berganti baju. Pisahkan kolam laki-laki dengan kolam perempuan."
"Baik gusti."
Seharian penuh Kudamerta menginspeksi kolam-kolam itu. Setelah memastikan semuanya tidak ada masalah, ia memacu kudanya pulang ke rumahnya, Dalem Tengaling. Setibanya disana ia disambut oleh emban.
"Dimana gustimu ?" tanyanya.
"Gusti ayu sepertinya sedang keluar, gusti."
"Ohya, kemana ?" Tanyanya heran.
"Kurang tahu, gusti. Tapi pasti tidak jauh karena kalau pergi jauh gusti ayu pasti akan beritahu hamba."
"Ya baiklah." Kata Kudamerta.
Ia heran, tidak biasanya sang istri berada di luar rumah sore hari seperti ini. Biasanya ia sedang duduk membaca atau sibuk di dapur. Tumben sekali ia tidak ada.
Kudamerta berjalan ke halaman belakang. Entah kenapa nalurinya mengatakan sang istri berada di belakang.
Halaman belakang rumah memang besar. Halaman itu digunakan untuk beternak kambing, ayam, bebek dan angsa. Juga ada kolam ikan yang dibangun untuk pembibitan ikan. Benar saja, di kandang kambing tampak sang istri sedang memberi makan kambing. Ia mengangsurkan rerumputan ke mulut kambing-kambing itu. Hewan-hewan itu tampak akrab dengan Njung Asti. Mereka tidak hanya lahap memakan rumput di tangan gadis itu, mereka bahkan menempel-nempelkan kepala dan tubuhnya ke tubuh Njung Asti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prahara Majapahit
Ficción históricaIa berdiri dari duduknya. Arum tertegun. Membantu ganti baju ? Melihat baju rajanya saja sudah ribet, apalagi menggantinya ? Harus mulai darimana aku membukanya ? Pikirnya bingung. Melihat gadis itu kebingungan, Jayanegara tersenyum. "Mulai dari sin...