Bab 40 Pertandingan di Lapangan Bubat

75 3 1
                                    

Suara para prajurit berlatih terdengar keras dari balik dinding tebal istana. Rakyat yang mendengar paham betapa keras para prajurit berlatih demi untuk melindungi kerajaan. Mereka pun berlalu lalang tanpa mempedulikan suara-suara itu.

Di antara para prajurit yang berlatih, tampak seorang tamtama memperhatikan mereka. 

"Gusti, dipanggil oleh gusti Gajah Mada." Kata seorang prajurit sambil menyembah.

"Oh, baiklah.."

Kuda Anjapiani berjalan masuk ke istana kepatihan. Ia bersimpuh dan menyembah sang Mahapatih.

 Ia bersimpuh dan menyembah sang Mahapatih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kuda Anjapiani

"Kuda Anjapiani, aku memerintahkanmu untuk membuatkan kemandalaan yang tersebar di seluruh penjuru kerajaan. Apakah sudah kau laksanakan perintahku ?"

"Sudah gusti. Hamba berkoordinasi dengan para resi termasuk resi-resi kawan eyang hamba, Ki Ajar Plandongan. Mereka sekarang tidak hanya mengajarkan tentang budi dharma tapi juga olah keprajuritan. Kita berkoordinasi dengan semuanya. Hamba sudah mengadakan rapat dengan Dharmadyaksa baik yang dari agama Budha maupun Syiwa Sogata. Semua serentak mengadakan pelatihan-pelatihan, gusti."

"Bagus !! Aku ingin kau membentuk pasukan elit Bhayangkara. Tugas mereka adalah untuk mengawal dan memastikan keamanan ratu dan keluarganya. Pastikan semua adalah orang-orang terpilih, karena aku akan meninggalkan Wilwatikta bertahun-tahun guna bernegosiasi dengan para raja se Nuswantara. Aku ingin memastikan keamanan gusti ratu dan keluarganya berada di tangan yang aman."

"Sendiko gusti."

"Camkan, Anjapiani. Untuk pasukan elit Bhayangkara, ada 4 nilai-nilai kebhayangkaraan (Catur Prasetya) yang harus selalu dipegang pasukan Bhayangkara. Yaitu Satya Haprabu (setia kepada pimpinan negara), Hanyaken Musuh (mengenyahkan musuh negara), Gineung Pratidina (bertekad mempertahankan negara), dan Tan Satrisna (ikhlas dalam bertugas). Pastikan keempat nilai ini ada dalam dada setiap diri prajurit."

"Sendiko gusti."

Gajah Mada tersenyum. Ia tahu Kuda Anjapiani adalah orang yang tepat dalam melatih para prajurit Wilwatikta. Kuda Anjapiani adalah satria yang berdarah brahmana. Semua nilai-nilai keagamaan merasuk dalam jiwanya. Akan sangat mudah baginya mengajarkan semua itu kepada para prajurit angkatan bersenjata Majalengka. Gajah Mada paham kekuatan Wilwatikta sangat tergantung pada sumber daya manusianya. Karena itu dia sangat memfokuskan diri pada pembangunan mental dan spiritual para prajuritnya.

Dibawah komando Gajah Mada, keuangan Wilwatikta dititik beratkan pada pembangunan angkatan bersenjata melalui pendirian sekolah-sekolah yang disebar diseluruh penjuru tanah air. Ia memahami pemasukan Wilwatikta sangat tergantung pada emas hijau yang merupakan andalan ekspor mereka. Karena itu berkerja sama dengan Kudamerta ia pun mendirikan sekolah-sekolah pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan. Semua sekolah itu dibangun untuk mendidik para petani dan peternak guna memajukan hasil bumi Wilwatikta. 

Prahara MajapahitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang