Hari itu kediaman Ra Kuti kembali ramai. Para tamu berdatangan membanjiri pendopo sang senapati agung Wilwatikta itu. Para Dharmaputera berkumpul melepas rasa rindu. Ra Kuti sibuk menjamu tamu-tamunya. Tampak Gajah Biru ikut bergabung dengan mereka.
"Apa kabarmu, kang Tanca ?" Tanya Ra Yuyu pada Tanca. Kali ini Tanca membawa istrinya bersamanya. Sang istri langsung ikut bergabung dengan para istri. Mereka berkumpul terpisah dari para suami mereka.
"Kenapa aku belum melihat Tanca kecil hingga saat ini ?" Goda Ra Yuyu lagi.
"Aku sih santai saja." Jawab Ra Tanca sambil melengos.
Ia kesal setiap kawan-kawannya menanyakan keturunan. Ia sendiri rindu pada suara tangis bayi, tapi tampaknya dewata belum berkenan untuk memberikan keturunan kepadanya. Ia dan istrinya telah meminum ramuan apapun untuk mendapatkan buah hati tapi tampaknya semua sia-sia. Mereka masih harus menunggu karunia itu datang.
"Ayo jangan ngobrol saja. Kita habiskan hidangan lezat yang telah disiapkan para emban." Kata Ra Kuti sambil menepuk pundak Ra Tanca.
Mereka menikmati makan siang dengan lahap. Seperti biasa Ra Kuti tidak pernah tanggung-tanggung dalam memanjakan tamu-tamunya. Setelah bersantap siang mereka ngobrol dan bercanda sambil menikmati arak.
Di bagian para istri, merekapun ramai berbincang tentang hal apa saja, terutama gosip-gosip seputar kerajaan.
"Nyi Tanca, apakah benar yang kami dengar itu tentang perempuan-perempuan esek-esek sang prabu ?" tanya Nyi Kuti.
"Hushh! Hati-hati kalau bicara. Ingat, dinding pun bertelinga. Kalau sampai terdengar gusti ibu suri kita bisa dihukum mati." jawab Nyi Tanca.
"Ya kan disini hanya ada kita-kita saja. Nyi Tanca, apakah gosip yang kudengar itu benar ?" Tanya Nyi Yuyu.
Nyi Tanca terdiam. Ia ingin buka suara tapi khawatir nyawanya melayang.
"Aku.. Aku.."
"Nyi Tanca, disini cuma ada kita-kita saja koq. Lihat, para suami kita jauh duduk disana. Para embanpun tidak ada. Mana mungkin kami membocorkan hal sepenting itu ? Lagipula tidak kau bocorkan juga semua sudah tahu. Ini sudah menjadi rahasia umum. Rasanya tidak ada seorangpun rakyat Majalengka yang tidak tahu tentang ini.." Desak Nyi Yuyu.
"Ya.. Baiklah.. Gosip itu memang benar.." Ujar Nyi Tanca.
Semua terkejut. Walaupun mereka sudah mendengar, tapi ucapan Nyi Tanca bagaikan gong terakhir yang menegaskan kebenaran berita burung itu.
"Ingat, kalian tidak boleh membicarakan ini kepada khalayak umum." kata Nyi Tanca.
"Iya.. Iya.. Kami berjanji.." Jawab mereka koor
"Aku percaya pada kalian.. Iya.. Gosip itu memang benar.. Entah berapa puluh gadis yang menjadi teman tidur sinuwun Prabu. Mereka adalah gadis-gadis persembahan dari para pebisnis, para pejabat, dan para orang asing yang ingin mendapat fasilitas dari gusti prabu.." cerita Nyi Tanca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prahara Majapahit
Historical FictionIa berdiri dari duduknya. Arum tertegun. Membantu ganti baju ? Melihat baju rajanya saja sudah ribet, apalagi menggantinya ? Harus mulai darimana aku membukanya ? Pikirnya bingung. Melihat gadis itu kebingungan, Jayanegara tersenyum. "Mulai dari sin...