Impressive

120 19 1
                                    

🎧 Playing Now : Drawer - 10cm 🎧

"Makasih udah buat gue bahagia. Walau ngga terlalu lama."

-Syaif aditnya rasyid ar-reyhan-

Reyhan menyruput segelas es teh dingin yang tinggal setengah, dengan tidak minat.

Sebenarnya hari ini ia sedang menunggu ibunya yang sedang mengambil rapor. Reyhan berkali kali menghela nafas berat, raut mukanya nampak lesu seperti orang tak punya penyemangat.

Ya memang seperti itu kenyataanya, baru kemarin ia diputuskan kekasihnya secara mendadak, yang langsung saja membuat mentalnya breakdance. Dan sekarang malah harus menyiapkan hati untuk mendengarkan ibunya yang sebentar lagi akan membanding-bandingkanya dengan anak tetangga.

Hadeh!

Banyak siswa-siswi yang berlalu-lalang di kantin. Mungkin mereka juga menunggu orangtuanya sepeti reyhan. Beberapa diantaranya juga terlihat sudah meneteng buku berwarna biru yang disampulnya bertulisakan rapor.

Reyhan menolehkan kepalanya ke kanan memperhatikan dua siswi yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk. Mereka terlihat sedang bertukar buku rapor satu sama lain.

"Selamat ya sis, nilaimu bagus-bagus."

"Hehe, kamu juga bagus-bagus kok."

Reyhan tersenyum simpul melihat interaksi dua perempuan itu. Lalu berbalik menolehkan kepalanya ke kiri. Yang kebetulan ada dua siswa yang duduk tak jauh darinya sedang mengintip rapor satu sama lain. Salah satunya nampak sedang menahan tawa usai mengintip rapor temanya.

"aokwokwokwok supriyadi."

"bacot bat si asep!"

Reyhan menggelengkan kepalanya, itulah perbedaan cewek dan cowok saat melihat rapor temanya. Ia jadi teringat saat awal joko dan dirinya berteman dulu. Semuanya berawal dari tak sengaja mengintip isi rapot dan terjadilah ejek-ejekan nama bapak. Sungguh kelakuan yang tak patut ditiru.

"Woi han!" seru joko dengan menepuk bahu reyhan lumayan kencang dari arah belakang.

Namun respon reyhan tak heboh seperti biasanya. Joko lantas menarik baku kosong di depan reyhan, dan mendudukan tubuhnya disana. "Lemes amat bro. Semangat lah!"

"Gue lagi, apa sih itu namanya. Pas lu lagi down banget, gatau mau ngapain?" baru saja joko membuka mulutnya hendak menjawab, reyhan sudah melanjutkan ucapanya.  "Oh iya breakdance." sambungnya santai.

Joko memandang reyhan dengan raut wajah cukup datar. "Bapak kau breakdance! Breakdown woi!" seru joko agak emosi.

"Oh iya, maksud gue itu." balas reyhan tak peduli

Joko menggelengkan kepalanya. "Udahlah brother, ngga perlu segala breakdown, breakdance apalagi breakfast. Besok udah libur, yuk lah refreshing. Lo lagi pengin kemana atau pengin apa gitu han? Ngomong sama gue."

Reyhan memutar-mutar gelas berisi es teh yang tinggal setengah di depanya dengan lesu. "Kalo ditanya pengin apa. Gue cuma nggak pengin menyayanginya sedalam ini, itu doang."

Joko memijat dahinya, mendadak kepalanya pening mendengar jawaban reyhan barusan. "Hadeh! Berat nih kalo udah bulol kaya lo gini."

Reyhan mengerdikan kedua bahunya. "Gue masih ngga percaya jek kalo selama ini syifa cuma pura-pura suka sama gue. kalau dia emang nggak ada rasa, kenapa responya begitu istimewa."

Sekarang joko yang mengerdikan bahunya.

"Gue kira dia suka balik, ternyata cuman berusaha baik."  sambung reyhan.

Paketu BUCIN! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang