iseng?

302 36 1
                                    

🎧Playing now : Ed Sheeran & Justin Bieber- i Don't Care 🎧

"Lo! Terlalu banyak bercanda."

-Syifa Ayu Ananda Putri-


Sejak 15 menit yang lalu, Reyhan masih mempertahankan raut wajah datar sembari menyedekapkan tanganya di depan dada.

Sungguh. Pemandangan di depanya sekarang sangat menyakitkan mata. Ia pikir setelah Syifa melihat benjolan laknat di dahinya, gadis itu akan langsung membawanya ke UKS. Tapi sekarang malah berakhir di kantor guru. Berhadapan dengan Wali kelas sekaligus musuhnya itu.


"Oke, cuma itu yang ingin bapak sampaikan. Bapak memberi tanggung jawab kepada kamu ya Reyhan." lihat. Guru itu baru saja menyebut namanya. Tapi tatapan matanya masih tertuju ke arah Syifa.

"Yasudah. Kita permisi dulu pak." pamit Syifa dengan ramah, ia berdiri diikuti dengan reyhan yang sedaritadi diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.

Pak Agung tersenyum lalu mengangguk. Beliau semakin melebarkan senyumnya saat syifa menjulurkan tanganya meminta salim. Namun setelahnya ia memincingkan matanya melihat reyhan yang diam berdiri tak bergeming. Sedangkan syifa, ia sudah berjalan keluar terlebih dahulu.

"Apa?" tanya Pak agung sembari menaikan satu alisnya. "Mau salim juga?" tebak pak agung, dengan menyodorkan tangan kananya ke hadapan reyhan.

Reyhan memandang tak minat pada tangan Pak agung. "Sorry pak. Tangan saya terlalu suci untuk bersentuhan dengan tangan bapak yang dipenuhi dosa." tolak Reyhan. "Permisi pak, mau nyusul calon saya." sambung Reyhan. Ia langsung melenggang pergi meninggalakan Pak agung, sebelum mendengar jawaban beliau.

Ia hendak berlari setelah membuka pintu ruangan Pak agung sebelum panggilan Syifa menghentikan niatnya. Reyhan pikir Syifa sudah berjalan jauh meninggalkanya. Ternyata gadis itu masih menunggunya di luar ruangan.

"Han!" panggil Syifa.

"Eh! Lo masih disini? Kirain gue ditinggal."  ujar Reyhan ia tersenyum menghampiri Syifa. "Yaudah yuk! Ke kelas bareng." Ajak Reyhan seraya menarik pelan pergelangan tangan syifa.

Syifa menggelengkan kepalanya. Menarik tangannya dari tarikan reyhan. Berganti dengan tanganya yang balik menarik tangan reyhan. "Ikut gue dulu."

"Kemana?"

"UKS." reyhan tersenyum cerah. Ia langsung membayangkan saat-saat Syifa mengobati benjol yang mengurangi kadar ketampananya dengan penuh kelembutan. Sekalian juga ia ingin mengadu, bahwa syifalah yang menyebabkan benjolnya ini.

----------------------------------------------------------------

Reyhan memandang nanar ke luar jendela UKS saat ini. Seketika bayangan Syifa yang sedang mengobatinya dengan penuh perhatian harus sirna. Disana ada Syifa yang setia menunggunya.

Tergantikan dengan sosok Dira yang sekarang mengobatinya dengan senyum yang belum juga luntur dari awal kedatanganya bersama Syifa tadi. Memaksa untuk mengobati benjol yang ada pada dahinya. Reyhan hanya pasrah, ia baru ingat Dira juga salah satu anak PMR ia tak ada hak untuk menolak bantuanya.

"Udah nih han. Tinggal kasih aja salep tiap hari. Biar cepet kempes benjolnya." jelas Dira.

Reyhan mengangguk. Tanpa mengalihkan pandanganya ke luar jendela, ia bergerak turun dari ranjang UKS. Ingin cepat-cepat menemui syifa yang setia menunggunya di luar.

Paketu BUCIN! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang