🎧Playing Now : Give Love🎧
"Syifayang!"
-Syaif aditnya rasyid arreyhan-
"Boleh nyontek, asal jangan ribut."Hmm... Suara siapa itu? Merdu sekali telinga ini mendengarnya.
Oke, itu tadi potongan kalimat yang sungguh menyejukan hati siapapun yang sedang dalam detik-detik dimana soal-soal bertebaran, otak mendadak buntu di saat yang tidak tepat, dan pada akhirnya matalah yang bergerak kesana-kemari hanya untuk sekedar mencari secercah harapan. Saat itulah yang dinamakan ULANGAN.
Sudah bisa ditebak siapa pengawas yang berada di ruang 7 saat ini?
Oke sip, Guru olahraga. falid no debat!
Ruangan yang tadinya agak berisik, sekarang menjadi sunyi. Hanya saja semuanya bergerak kesana kemari mencari contekan, tanpa menimbulkan suara atau berbicara satu sama lain.
Tapi tidak semua. Reyhan, anak itu memegang kedua sisi kepalanya yang sepertinya sudah mengepulkan asap. Ia masih kekeh tak mau melirik ataupun menyontek siapapun. Ini hari terakhir UTS. Reyhan bertekat 100% jujur dalam mengerjakan ulangan kali ini.
Hm. Idaman sekali ya bund :')
Reyhan melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Oh, mantap!
Sungguh disayangkan waktu habis tinggal beberapa menit lagi. Reyhan meletakan kertas dan bolpoin yang tadi berada di genggamanya ke meja. Lalu, kedua telapak tanganya mengusap wajahnya kasar, sembari menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.Matanya bergerak menyusuri suasana kelas yang sudah kacau akibat perkataan guru olahraga tadi. Ia berdecak pelan.
Namun satu objek yang sangat menyilaukan mata menyita perhatianya. Tepat di sebelah kananya. Ada Syifa yang terlihat sangat serius dan anteng di tempat duduknya. Seperti tak tertarik dengan ucapan Guru Olahraga yang sangat menggiurkan beberapa menit yang lalu.
Reyhan auto menghadapkan tubuhnya kesamping. Satu tanganya menopang kepalanya di atas meja, menghadap syifa. Namun sialnya, otaknya kembali mengingatkan bahwa waktu habis tinggal sebentar lagi. Ia langsung saja memfokuskan kembali semua pikiranya ke dalam soal-soal yang berada di atas mejanya.
Baru beberapa detik, Reyhan sudah kembali meletakan ketas yang dipenuhi soal ulangan itu dengan kasar. Anak itu mengacak rambutnya frustasi. Bagaimana bisa guru-guru sepakat menjadikan Mapel PPKN di hari dan jam terakhir Ulangan tengah semester ini.
Reyhan menyerah. Ia memutuskan untuk membatalkan tekatnya. Yang ia butuhkan sekarang adalah sebuah contekan.
Reyhan menolehkan kepalanya kekanan dan kekiri, depan dan kebelakang. Semua bangku yang paling dekat dengan tempat duduknya sudah tak berpenghuni. Hanya syifa di samping kananya yang masih ada ditempatnya. Bahkan sohib-sohibnya, Viko dan Joko sudah tak ada di tempatnya. Ia sungguh malas hanya untuk bergerak kesana dan kemari.
Terpaksa Reyhan harus meminta bantuan pada pemilik hatinya, Syifa.
Reyhan berdehem pelan. Mendadak kegugupan menerpanya, mengingat akhir-akhir ini ia semakin dekat dengan syifa. Setelah ucapan joko beberapa hari yang lalu.
"Fa." panggilnya pelan. Syifa masih anteng di tempatnya.
Reyhan menolehkan kepalanya kekanan dan kiri, memastikan keadaan. "Fa." ulangnya.
Syifa menoleh. Reyhan langsung mengembangkan senyum 3 jarinya.
Syifa mengernyit jijik. Mungkin Reyhan mulai kumat gilanya. Gadis itu kembali mengalihkan atensinya ke puluhan soal di depanya.
Reyhan berdecak melihat Syifa kembali fokus ke soal-soal ulangan di tanganya. Apakah kertas itu lebih penting dari reyhan sekarang. Oh, tentu saja tidak.
Tidak salah, lebih tepatnya.
"Fa."
"Faaa."
"Syifa."
"Syifayang!"
Syifa langsung menolehkan kepalanya cepat. Reyhan sungguh mengganggu fokusnya. Apalagi ketika panggilan terakhir yang di ucapkan Reyhan barusan. fokusnya mendadak ambyar.
"Apaan sih?!" ucapnya berbisik, takut suaranya terdengar oleh pengawas di depan.
"Hehe... Nomer satu apaan?"
Syifa langsung kembali memfokuskan dirinya ke dalam soal-soal ulangan setelah mendengar pertanyaan Reyhan.
Reyhan menggaruk kepala bagian belakangnya bingung.
"Fa. Syi—"
"Kamu!"
"Ha?"
Reyhan mendadak linglung. Apa kata Syifa barusan?
Kamu?
Astaga! Oke kalem.
Jangan baper.
Reyhan kembali memposisikan duduknya dengan benar, lalu mengambil bolpin yang sebelumnya ia abaikan. Menyilang jawabanya dengan sangat cepat. Lalu setelahnya berdiri dan berjalan kedepan. Meletakan bolpoinya di saku baju seragamnya. Membawa soal dan lembar jawabnya ke meja pengawas.
"Sudah selesai? Atau mau izin ke toilet?" tanya pengawas.
"Sudah selesai pak."
"Masih ada waktu, ngga mau di cek ulang?"
"Ngga."
"Ya sudah taro sini, soalnya dipisah sama lembar jawaban."
Reyhan cepat-cepat melaksanakan apa yang dibilang guru olahraga yang menjadi pengawasnya sekarang. Sedikit kacau karena tanganya yang sedaritadi mendadak gemetar. Setelahnya reyhan langsung saja berjalan cepat ke pintu kelas. Setelah sebelumnya mengambil tasnya di samping meja pengawas.
"Sebentar. Itu tangan kamu kenapa gemeteran?" tanyanya, menahan Reyhan yang sudah di ambang pintu kelas.
"Aduh pak. Jangan kebanyakan nanya deh. Saya mau cepet-cepet ke rumah sakit. Jantung saya udah mau meledak!" Jawab reyhan kesal dengan wajah memerah. Setelahnya anak itu berlari keluar kelas.
"Lah, salah saya apa?"
•To be continued•
05 Desember 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Paketu BUCIN! (END)
Teen FictionNamanya Reyhan ketua kelas paling menyebalkan bagi syifa gadis bar-bar bekacamata yang membuat reyhan langsung terlopelope, pasalnya bukanya mengurus kelas dengan benar, Reyhan malah selalu Jadi BUCHINNYA SYIFA SETIAP SAAT, SEPERTI REXONA! SETIA SE...