Kenapa?

400 39 0
                                    

🎧PLAYING NOW : Something🎧

"Gue pernah baca, memegang tangan seseorang yang dicintai dapat membantu mengurangi rasa sakit fisik maupun perasaan, stres maupun ketakutan."

-Syaif aditya rasyid arreyhan-


"Fa!" panggil reyhan yang duduk tepat di depan syifa sejak setengah jam yang lalu. Suasana kelas sangat gaduh, sudah berkali-kali reyhan memperingati teman-temanya agar tenang, tapi tak ada satupun yang mendengarkan. Sangat susah membereskan kekacauan yang dibuat oleh teman-temannya sekarang.

Tidak ada tanda-tanda pergerakan dari syifa, matanya masih terpejam rapat. Reyhan yakin, syifa benar-benar tidur. Ia sempat berfikir syifa hanya sekedar menutup matanya. Waktu frre class tinggal satu jam lagi, jadi ia bergerak untuk mengeceknya.

Reyhan bosan, ia baru selesai memainkan game pada ponselnya. Sedangkan viko dan joko sedang asyik berkonser dadakan di depan kelas bersama anak laki-laki lainya, ia terlalu malas untuk ikut meramaikan konser yang di isi dengan suara sumbang teman-temannya itu. Sedangkan semua anak perempuan bergerombol di di pojok kelas, entah membahas arisan ataupun membahas seputar cogan-cogan.

Contohnya reyhan. Eaakkk! /kibas rambut/

ia juga ingin tidur, tapi tak mungkin ia akan terlelap dalam keaadaan sangat berisik. Tak habis pikir bisa-bisanya syifa tidur senyenyak ini saat suasana sungguh sangat bising.

"Faaa!" panggi reyhan lagi, kali ini ia sedikit menambah volume suaranya, salah satu tanganya juga ikut membantu menggoyang pelan lengan syifa.

Syifa masih belum juga bergerak, bahkan seperti tak sedikitpun terganggu, membuat reyhan sedikit kebingungan. Baru saja ia ingin kembali mencoba membangunkan syifa, santi beserta anak perempuan kelas sebelas ipa2 lainya memasuki kelas. Sebelum itu santi meminta ijin pada reyhan selaku ketua kelas, karena ingin ke toilet.

"San! Ini syifa kenapa dah? Tidur? Apa mati? Gue bangunin ga gerak-gerak." tanya reyhan sembari terus memperhatikan syifa yang masih saja diam di sampingnya, lalu mendongak mengalihkan pandanganya saat santi berjalan mendekat.

"Kaga tau? Tadi gue ajakin ke toilet juga ga mau, makanya gue pergi sama septi." jelas santi di akhiri dengan melirik septi yang sudah duduk di bangkunya.

Reyhan memandang santi tak minat, "San?" Panggilnya yang lasung dibalas santi dengan deheman. "Gue ga tanya." lanjut reyhan disertai dengan wajah yang menurut santi sangat menyebalkan.

Santi mengelus dadanya, mencoba melapangkan dada menghadapi spesies makhluk tak punya akhlak seperti reyhan. "Kampret lo han!"

Reyhan tak memperdulikan santi yang sudah mulai kesal, fokusnya masih ada pada syifa. "Beneran deh san, ni syifa ga bangun bangun dari tadi." ucapnya mulai khawatir, ia kembali menggoyangkan lengan syifa pelan.

"Lo udah coba bangunin?" tanya santi, langsung dijawab reyhan dengan anggukan. "Gimana?" lanjutnya.

Reyhan menernyitkan dahi, bingung dengan pertanyaan santi. "Ya biasa, gue goyangin tanganya pelan. Yamasa kudu gue slepet?"

Santi mengangguk-anggukan kepalanya. "Ya bener tu, syifa mana bangun kalo di goyangin tanganya doang, di slepet dulu baru tuh bocah sadar."

Reyhan melirik sinis. "Masih gue awasin lo san, belum gue santet."

Santi nyengir. "Hehe....santuy lurr. Hmm- coba deh lo elus aja rambutnya, palingan tuh bocah langsung sadar."

Reyhan menaikan salah satu alisnya, nampak tak yakin dengan perkataan santi barusan, mana bisa manusia bar-bar macam syifa bisa bangun hanya dengan elusan lembut? "Serius? Kata siapa lo, langsung bangun ni bocah? Cuma di elus doang?" ucapnya.

Santi memutar kedua bola matanya malas. "Gapercayaan bocah! Gue pernah liat, coba aja sono." suruh santi, "Btw gue mau ijin keluar lagi mau ke kantin." lanjutnya.

Reyhan mengangguk, "Yaudah sono, kalo bisa jangan balik."

Santi menghela nafas kasar, terlalu malas menghadapi reyhan yang selalu membuat tekanan darahnya naik. Langsung saja ia keluar dari kelas tanpa menanggapi perkataan reyhan barusan. Reyhan? Ia tentu saja tak memperdulikan kepergian santi.

Reyham ngedarkan pandanganya ke sekeliling kelas, semuanya sedang sibuk dengan kegiatanya masing-masing, "oke aman!" Batinya berbicara.

Detik berikutnya ia sudah mendaratkan telapak tanganya pada rambut syifa. Baru saja dua kali usapan, syifa sudah bergerak merasa terganggu. Merasakan usapan tangan seseorang di kepalanya, Ia langsung membuka kedua matanya, saat melihat reyhan di depanya, ia langsung menegakan tubuh.

Reyhan tentu saja takjub, tak menyangka apa yang dikatakan santi benar. Ia langsung tersenyum lebar saat syifa melihatnya seperti terkejut. Reyhan juga sempat merasa aneh melihat syifa yang sepertinya merasa terkejut atas tindakanya. Tapi ia hanya mengusap kepalanya? Kenapa syifa bereaksi seperti sehabis di jambak olehnya?

"Vi..Reyhan?" ucap syifa serak tepat setelah ia menegakan tubuhnya, wajahnya pucat, pandanganya sayu.

Reyhan tak mendengarkan ucapan syifa, ia terkejut. "Fa lo kenapa? Sakit?" tanya reyhan khawatir, ia menempelkan punggung tanganya pada dahi syifa.

Syifa menggeleng, menepis pelan tangan reyhan yang ada pada dahinya. "Gue gapapa, perut gue cuma tiba-tiba sakit. Bentaran juga sembuh."

Giliran reyhan yang menggelengkan kepalanya. "Tapi lo pucet fa, atau mau gue anterin ke uks?"

Syifa kembali menggeleng. "Gue nggapapa, cuma butuh tidur sebentar," Syifa menatap jam yang melingkar di tanganya, "satu jam lagi bangunin gue, Bu Betti masuk kan?"

Reyhan menangguk, ia masih khawatir pada syifa yang sekarang sudah menelungkupkan kepalanya di meja pada lipatan tanganya sendiri. Syifa tampak menahan sesuatu.

Reyhan ikut menelungkupkan kepalanya pada meja, tapi sebelum itu ia lebih dulu menarik salah satu tangan syifa dan menggenggamya erat. Syifa tentu saja terkesiap ketika tanganya di tarik tiba-tiba. Langsung saja ia menegakan kembali tubuhnya, mencoba melepaskan genggaman tangan reyhan. Bukanya terlepas, reyhan malah makin memperkerat genggaman tanganya, membuat syifa mendelik.

"Han lepas! Lo ngapain sih?" sungut syifa.

Reyhan menegakan badanya, genggaman yang tadinya berada di atas meja, reyhan bawa ke bawah meja, diantara dirinya dan syifa. "Diem fa!" perintah reyhan.

Tak mengindahkan perkataan reyhan barusan, syifa masih tetap mencoba melepaskan tanganya. "Ya tapi ngapain lo pegang-pegang tangan gue geblek!?"

"Gue pernah baca, memegang tangan seseorang yang di cintai dapat membantu untuk mengurangi rasa sakit fisik maupun perasaan, stres maupun ketakutan. Tadi lo bilang perut lo sakit kan? Satu jam lagi pas Bu Betti masuk bakal gue lepas, Jadi lo diem, dan lanjutin tidur!" interupsi reyhan.

Setelah itu ia kembali melungkupkan kepalanya di atas meja dengan dialasi satu tanganya yang bebas, wajahnya mengahadap ke arah kiri, bukan ke arah syifa yang berada di samping kananya.

Syifa diam, masih mencena ucapan reyhan barusan. Setelah itu ia kembali mencoba menarik tanganya pelan yang berdampak semakin erat reyhan menggengam tanganya. Tanpa memikirkan efek samping yang diterima syifa.

NGGA PAHAM INI OTAK REYHAN DITARO DIMANA!

YANG JELAS, SYIFA

AMBYAR!

.To be continued.

25 Mei 2020






Paketu BUCIN! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang