Pro

319 29 0
                                    

🎧Playing Now : Charlie puth - Atention🎧


"Gue udah pro sama yang dingin-dingin gini."

-Syaif Aditya Rasyid Arreyhan-

Setelah kejadian penyelamatan keutuhan uang saku milik Reyhan. Syifa memutuskan untuk pulang bersama Reyhan. Lebih tepatnya Reyhanlah yang memaksanya untuk pulang bersama. Dan pastinya perjalanan mereka dipenuhi dengan kegajean Reyhan. Contohnya ya, seperti sekarang.

"Faa!"

"Diem! Jangan ngajak ngomong. Fokus aja ke jalan."

"Ga bisa. Gue bisanya cuma fokus ke lo doang."

"Faa!"

"Paan si?! Diem bisa ngga. Ini lagi di tengah jalan. Jangan berisik!" omel Syifa.

"Ya lo jangan salahin gue dong. Salahin nih, hati gue yang ga bisa diem kalo ada elo." Jawab Reyhan sedikit keras. Membuat pejalan kaki atau pengendara motor yang kebetulan lewat menoleh ke arahnya. Membuat syifa sedikit malu.

"Bodo amat! Ga denger. Lagi naik motor." kesal Syifa.

Reyhan terkekeh di balik helmnya. "Faa, dengerin. Kali ini gue serius."

"Paansi! Ngomong tinggal ngomong. Gue juga masih bisa denger." Ketus Syifa.

"Ya lo jangan marah-marah mulu dong. Lo mah gampang banget marah." protes Reyhan.

"Siapa yang marah? Gue emang kaya gini dari dulu." sela Syifa. Perkataan Reyhan tadi, sedikit membuat dirinya tak nyaman. "Dahlah, gue gamau ribut dijalan. Mending lo turunin gue disini. Gapapa ko, gue bisa pulang sendiri." Sambungnya. Menepuk pundak reyhan dua kali.

Reyhan menggeleng cepat sembari menambah laju motornya. "Ngga, lo gue anterin sampe rumah." cegah Reyhan. "Maaf kalo ucapan gue tadi bikin lo gak nyaman." imbuhnya merasa sedikit tak enak.

"Gapapa." singkat Syifa.

Reyhan kembali memelankan laju motornya. "Jadi, udah ga marah lagi kan, sama gue?" tanya Reyhan.

"Kapan gue marah sama lo?"

"Yang kemaren waktu kita mau balik ke kelas, pas gue dari UKS. Tiba-tiba kan lo marah terus pergi." Jelas Reyhan. Tangan kirinya diam-diam mengarahkan kaca spion motornya ke arah Syifa. Darisana Reyhan dapat melihat Syifa yang sedang mengerutkan dahi. "Emm... Maaf kalo perkataan gue kemaren juga buat lo ga nyaman. Gue kadang suka ga sadar, apa yang udah gue ucapin bisa nyakitin hati orang. Apalagi ini hati elo yang gue sakitin. Hati dimana gue berada. Jadi maafin gue ya?"

"Paansi! Gajelas lu. Orang gue ga marah ko. Kemaren gue cuma pengin cepet-cepet sampe kelas. Makanya gue ninggalin lo yang jalanya lelet." Jawab Syifa. Gadis itu mengeratkan jaket Reyhan yang ada pada tubuhnya. Hal itu tak luput dari penglihatan Reyhan yang tentu saja melihatnya lewat spion kiri motornya.

"Dingin ya fa? gue juga kedinginan nih." celetuk Reyhan sembari sesekali menggosok-gosokan tanganya ke celana khas SMA nya.

Syifa melihat ke arah spion kanan motor Reyhan. Disana terlihat jelas wajah reyhan yang sepertinya tak berbohong soal ucapanya tadi. Membuatnya merasa tak enak. "Ya udah. Berhentiin motornya sebentar, jaket lo gue balikin. Lo pake aja biar ngga kedinginan lagi." intruksi Syifa.

Reyhan langsung menggelengkan kepalanya. "Eh! Ga usah. Sama sikap lo yang lebih dingin dari ini aja gue kuat ko." ucap Reyhan diselingi dengan cengiran konyolnya. "Gapapa lo pake aja, jangan dilepas. Baju seragam lo kan masih basah. Nanti malah sakit."

Syifa sempat terdiam sebentar, sebelum akhirnya bersuara. "Maaf."

"Ngga papa ko. Gue udah pro sama yang dingin-dingin gini. Cowo mah daya tahan tubuhnya kuat."

"Bukan itu." Jawab Syifa pelan. Sedikit merasa malu mengucapkan kata-kata yang sudah tersusun rapi pada otaknya sekarang.

"Fa, coba lo ngomongnya kerasan dikit. Gue ngga denger kalo lo jawabnya pelan gitu." Ucap Reyhan melihat ke arah Syifa lewat spion. Tak disangka Syifa juga sedang melihatnya lewat spion.

Syifa langsung mengalihkan pandanganya ke arah jalanan yang masih sedikit sepi akibat gerimis yang belum juga reda. Lalu menarik nafas panjang. "Maaf kalo gue selalu bersikap dingin sama lo dan sering marah-marah."

Reyhan menahan senyum di balik helm nya. Sepertinya Syifa sedang dalam mode serius. Jarang-jarang Syifa begini. "Udahlah jangan dibawa serius. Gue tau kok, lo ga gitu orangnya. Ya mungkin itu karna lo kesel ketemu orang yang ngeselin parah. Dan kebetulan orang itu gue." Reyhan terkekeh di akhir ucapanya. "Gue tau, terkadang seseorang membangun tembok tinggi bukan untuk menjauh dari orang lain. Tapi untuk melihat siapa yang cukup peduli untuk merobohkanya. Dan gue, Reyhan. Adalah orang yang peduli itu."

Dibelakang syifa terdiam. Sedikit bingung dengan kata-kata reyhan yang sedikit berat. "Ngomong apaan sih lu? Gajelas. Copas kata-kata dari mana lo?"

Reyhan mendengus kesal. "Yaelah fa. Udah susah-susah gue mencoba puitis malah lo ngrusak suasana. Dahlah males gue." kesal Reyhan. Syifa tertawa renyah dibelakang.

"Turun lo marfuah!" perintah Reyhan.

Syifa menghentikan sisa-sisa tawanya. Lalu bergerak turun dari jok belakang motor schopy, yang sepertinya baru Reyhan pakai hari ini. Syifa melepas helm dari kepalanya, lalu diberikanya pada Reyhan. "Jadi, berapa mas?"

"Yaelah. Dikata gue mas-mas ojek apa!" ujar Reyhan menatap Syifa kesal.

Syifa tertawa sebentar, setelahnya memandang Reyhan galak. "Yaudah, Makasih. Sana pulang!" usir Syifa.

Reyhan mengangguk, bersiap menyalakan motornya. "Sini salim dulu sama Abi." Ucap reyhan menyodorkan tanganya ke arah Syifa.

Syifa bergidik jijik. "Gila lo! Pulang-pulang. Makin ngga waras lo lama-lama." ucap Syifa sembari memundurkan langkahnya mendekat ke pagar rumahnya.

Reyhan tertawa. Lalu menarik tanganya, menghidupkan mesin motor. "Yaudah gue pulang dulu. Inget sebentar lagi UTS, rajin belajar fa. Jangan mikirin gue terus." pamitnya hendak pergi.

Syifa mengangguk. Walaupun sempat memutar kedua bola matanya malas. "Iya. Mm... Hati-hati." ucap Syifa ragu-ragu.

Reyhan menerbitkan senyumnya, "Atau lo mau belajar bareng aja sama gu–" Ajak reyhan, panggilan orang dibelakangnya lebih dulu memotong ucapanya. Membuat keduanya menoleh.

"Syifa belajar sama gue!"

To be continued


31 Agustus 2020






Paketu BUCIN! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang