Tantangan unfaedah

73 11 0
                                    

🎧Playing Now : Glimpse of us - joji🎧

"Jika newton tidak menemukan teori grafitasi mungkin sampai saat ini aku masih terbang di angkasa karena senyumanmu."

-Jefrian kahfi-

Reyhan tersadar dari keterkejutanya. Ia langung saja melempengkan wajahnya menatap syifa. Mengapa seolah syifa mengatakan kata 'putus' dan 'balikan' dengan sangat mudah? Apa benar ini syifa yang sangat ia sukai dulu?

"Lawak lo kids?"

"Gue serius han!"

"Ya gue juga serius. Lo ngga inget lo punya kelvin?" tanya reyhan sembari melepas cekalan tangan syifa dari tanganya. "Gue ngga habis pikir sama jalan pikiran lo sekarang fa."

Syifa menunduk setelah mendengar perkataan reyhan. Reyhan juga melihat syifa yang langsung mengepalkan tanganya di samping kiri-kanan tubuhnya.

"Gue juga ngga tau, gue sayang sama kelvin." setelanya syifa mendongak menatap reyhan yang masih menatapnya dengan sorot mata yang tidak ia ketahui. Mungkin jijik?

"Tapi gue juga sakit pas gue lepasin lo waktu itu, gue ngerasa kosong. Gue ngga bahagia han."  sambungnya.

"Lo tau?  Jujur, sekarang gue emang masih ada rasa sama lo. Ga mudah lupain lo fa, tapi lo tau kenapa sikap gue sekarang begini, mungkin perkataan gue jadi agak kasar sama lo. Karna apa? lepasin lo ga gampang fa, tapi bertahan sama orang yang gatau hatinya buat siapa lebih menyakitkan."

"Kalo lo sakit, kenapa lo mau lepasin gue. Harusnya lo tahan gue biar terus ada di sisi lo."

Reyhan menikan satu alisnya mendengar perkataann syifa. Kenapa dia merasa dia baru sadar, bahwa sedari dulu hanya ia sendiri yang berjuang. "Apa hati lo ngga sakit waktu lepasin gue?"

Syifa mematung menatap reyhan.

"Kenapa diem. Jawab ?!" desak rwyhan setelah beberapa menit syifa hanya diam.

Syifa masihbungkam.

"Sakit?" reyhan tersenyum miring. "Kalo lo sakit. Kenapa lo lepasin gue? Harusnya lo tahan mulut lo buat bilang putus dari gue." lanjut reyhan menirukan nada bicara syifa saat mengucapkan kata yang hampir mirip dengan perkataanya beberapa saat lalu.

"Maaf." satu kata akhirnya keluar dari mulut syifa yang sudah menundukan kepalanya dalam.

Reyhan menghembuskan nafas lelah. Salah satu tanganya bergerak mengambil benda yang melingkar di pergelangan tanganya. Lalu menyodorknya pada syifa.

"Ini punya lo, dulu kebawa sama gue. Niatnya gue kesini buat kasih ini lewat orang lain. Tapi gue malah ketemu lo dulu. Nih gue balikin."

Syifa menerimanya, itu ikat rambutnya yang sering ia pakai beberapa bulan lalu. Waktu dirinya dan reyhan tidak seasing ini.

Reyhan menoleh ke belakang, mendengar derap langkah kaki yang mulai mendekat. Mungkin para siswa lainya menuju kekelasnya setelah selesai menonton drama putri dan kaka kelasnya.

"Dan gue minta tolong sama lo buat jauhin dari gue sementara waktu ini. Sekali lagi gue bilang sama lo, gue butuh waktu sendiri. Kalo lo mau nurutin apa kata gue barusan. Gue terima kasih banget sama lo"

Ujar reyhan sebelum berbalik dan berjalan menjauh menuju kelasnya. Meninggalkan syifa yang meremas kuat  ikat rambut yang ada di genggaman tanganya.

Syifa masih diam. Kepalanya makin tertunduk dalam. Bila diperhatikan dengan dari dekat punggungnya tampak bergetar pelan.

Lorong kelas mulai ramai. Syifa masih terus diam di tengah-tengah lorong sebelum seseorang menarik tanganya menuju perpustakaan beberapa langkah di belakangnya, yang kebetulan tidak terkunci. Dan langsung memeluknya erat.

Paketu BUCIN! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang