Sita terlihat melayani pembeli yang hendak membayar di kasir, setelah selesai ia kembali duduk dan mengecek catatan agar tak ada yang terlewat jika ada pesanan lewat telepon.
"Ta." Sita menoleh.
"Ya?"
"Malam ini lo ikut kondangan kan?" tanya temannya Nina.
"Kondangan siapa ya?" tanya Sita yang memang tengah banyak pikiran hingga lupa beberapa janji.
Nina menghela nafas." Kak Heri kan nikah hari ini, kamu lagi kenapa sih?"
"Eh, iya, maaf. Lupa."
"Jadi, kondangan nggak?"
"Jadi-jadi."
"Bawa baju ganti?"
"Enggak."
"Bodo ah." Nina pergi begitu saja karena Sita membuatnya kesal. Sementara Sita manyun karena ia benar-benar lupa soal nikahan Heri.
Ia kembali bekerja saat pelanggan kembali datang untuk membayar.
****
Sita merapihkan pakaiannya yang hanya berupa kaos, cardigan dan celana jeans.
Sementara ia lihat teman-teman memakai pakaian formal karena sudah prepare dari rumah.
"Udah siap, Ta?" tanya Nina. Sita mengangguk. Mereka pun pergi setelah restoran tutup.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di rumah tempat hajatan nikahan Heri.
Sita kembali melihat penampilannya yang terkesan tidak niat itu. Ia menarik nafas berusaha untuk percaya diri dengan tampilannya itu.
Mereka masuk dan tempat acara sudah nampak sepi. Heri bahkan sudah berganti pakaian. Sang istri tak nampak karena sudah masuk ke dalam rumah, jadi hanya Heri yang menyambut teman-temannya.
"Her, selamat ya. Maaf ini kemaleman, tau sendiri lah, kita tetap harus kerja."
"Ya, nggak apa-apa." Heri mempersilahkan teman-temannya untuk duduk dan ia suguhi makanan yang ada juga minumnya.
Sita dan yang lain nampak mengobrol sembari memakan cemilan.
"Her, kok tiba-tiba lu nikah sih?" pertanyaan itu membuat semua yang mengobrol terdiam mendengar. Biasa, kepo maksimal kalau ada gosip baru.
Heri nampak menahan senyumnya. "Jodoh." Itu jawabnya.
"Ah, lu! Mana ada begitu. Setor duluan lu ya?" Sita yang mendengar itu langsung melirik Heri.
"Gila, lo bang! Nggak lah." Heri tegas menjawab itu. Sita tertunduk.
"Terus? Selama ini kan lo apa-apa cerita ke gua."
Heri nampak tolah toleh.
"Gua di jodohin, Bang," jawabnya pelan. Sita bisa melihat raut wajah tak bahagia di sana. Tapi hanya seperkian detik.
Sita berfikir, ia menikah karena hamil di luar nikah juga tidak bahagia. Lalu teman kerjanya menikah karena di jodohkan, bagaimana rasanya?
Pastilah tak nyaman karena seakan dipaksa untuk menerima orang lain yang tak begitu kita kenal ditambah tak saling cinta.
Entah kenapa Sita jadi kasihan pada Heri.
****
Sita menghempaskan tubuhnya di kasur yang kecil. Kasur lantai yang hanya untuk satu orang.
Sudah seminggu suaminya di kampung dan tak ada kabar selain kabar ia sampai.
Sita juga tidak tau kapan suaminya pulang. Rasanya ia malas memikirkan itu hingga Sita memilih untuk meninggalkan drakor yang sudah lama tak ia tonton.
Dua jam sudah Sita menonton hingga menjadi Sita yang di tonton.
Paginya Sita bangun lalu segera mematikan tv yang sudah dari semalam menonton dirinya tidur. Ia bergegas mandi dan berangkat kerja.
Hari-hari Sita kini berputar seperti itu setiap harinya.
Hingga ia akhirnya sadar saat sang Mama menelponnya dirinya.
Sita bangkit, ia tak mau terpuruk seperti ini terus. Ia harus hidup dengan baik entah ada atau tidak suaminya.
Sita tersenyum lebar dan bekerja dengan semangat.
Tanpa sadar ia usap perutnya yang rata. Dulu ia hampir gila saat mengetahui dirinya hamil di luar nikah, lalu ia bahagia saat mengetahui ia memiliki calon anak lagi. Dan kembali ia merasakan kecewa yang teramat dalam.
Sita tersenyum lalu berdoa untuk kebaikan adiknya Yuna yang tengah mengandung 1 bulan.
Ia bahagia tapi juga sedih. Tapi, Sita adalah Sita. Ia rela menangis asal keluarganya bahagia.
Ia selalu berdoa kehidupan sang adik akan lebih baik dari kehidupan dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Sebuah Hubungan
RomanceSita Narendra adalah seorang istri yang sabar dan selalu bisa memaafkan suaminya. namun sifat labil suaminya lah yang membuat dirinya hancur. rumah tangga yang ia jalani selama 9 tahun. tak mampu membuat sang suami berubah menjadi lebih baik. hingg...