Jaka mematut dirinya di cermin. Berkali-kali ia memperlihatkan otot-otot lengan dan perutnya. Sudah 6 bulan Jaka rutin nge-gym dan sudah terlihat hasilnya.
Walau belum terlihat jelas kotak-kotak, tapi ini cukup membuat Jaka puas. Ia akan terus nge-gym agar tubuhnya semakin indah dan seksi. Jaka meraih ponsel dan memfoto dirinya. Bahkan dengan pedenya Jaka mengirimkannya kepada adik iparnya, Yuna.
Sita melihat tingkah Jaka yang tersenyum sendiri sembari melihat otot-otot kekar miliknya. Sita menghela nafas dan memilih mengeringkan rambutnya di depan kipas angin. Jaka melirik Sita dan langsung menghampirinya.
"Sayang, lihat tubuh aku kan?" Sita hanya melirik sekilas dan mengangguk. "Bagus kan yank?" Sita mengangguk lagi. "Kalau bagus, artinya sekarang kamu udah setuju dong kalau aku nge-gym tiap hari." Sita menahan nafas. Lalu menatap Jaka.
"Cukup, kita bukan orang kaya Jaka. Kamu sadar diri dong, sekali nge-gym kamu habis berapa?" Jaka mulai memasang wajah datar. Senyumnya hilang. Ia kembali mematut dirinya di cermin.
"Kamu kuno, Ta. Ini tuh keren, emang kamu enggak bangga punya suami keren kaya aku?"
Sita kembali mengeringkan rambutnya tak peduli.
"Aku lebih suka suami yang sayang dan pengertian sama aku dan sering ada di rumah."Jaka mendengus kesal. Ia meraih kaosnya dan memakai celana panjang. Bersiap untuk berangkat kerja.
"Tungguin aku, kita berangkat bareng." Jaka melengos dan tersenyum miring.
"Minta anterin sana sama cowok yang perhatian sama kamu." Jaka langsung membuka pintu dan menutup nya.Sita menghela nafas lelah.
🍁🍁🍁
Sita menunggu angkutan umum. Ia tak mau naik ojek karena mahal. Lebih irit naik angkutan umum.
"Sita!" Sita menoleh dan tersenyum. Ia memberikan tempat duduk di halte pada Shanti. "Dari tadi, Ta?"
"Lumayan nih."
"Angkutan suka lama sekarang." Shanty mulai mengeluh. Sita hanya mengangguk."Eh, tumben kamu enggak di Anter suami?"
"Jaka masuk pagi,"jawab Sita.
"Lah, kamu juga kan masuk pagi, Ta."
"Ia lupa." Shanty mendorong bahu Sita. "Enggak jelas kamu." Mereka pun tertawa. Hingga mereka menaiki angkutan umum. Di dalam metromini yang mereka naiki seorang pengamen masuk. Semua orang terperangah karena pengamen itu begitu tampan dan tinggi. Seperti anak kuliahan. Kulitnya bersih, pakaiannya rapih dan wangi.Ketika mulai menyanyikan sebuah lagu dengan gitar yang ia bawa. Menambah kadar kerennya. Karena suaranya yang ternyata merdu.
"Gila, Ta. Bagus banget suaranya," puji shanty. Sita melirik ke arah pria itu. Dan memejamkan mata mencoba meresapi lagu yang dibawakan. Benar...sangat merdu."Mbak," panggil pria itu tiba-tiba. Sita membuka mata dan hendak memberikan uang receh. Namun pria itu menolak dan justru memberikan secarik kertas. "hubungi saya ya mbak." Pria itu turun begitu saja. Sita dan shanty bengong.
"Ciee....," Goda Shanty. Sita hanya menggeleng kepalanya pusing. Ia membuka gulungan itu dan membacanya. Namanya Angga. Gumam Sita. Dan melihat nomor yang tertulis di sana. Namun Sita tak berminat untuk menghubunginya. Sita kan sudah punya suami. Saat Sita akan merobeknya. Shanty langsung mencegahnya.
"Jangan!!! Kalau nggak mau sini buat gue." Shanty langsung merebutnya. Dan memasukkannya ke dalam kantung celana.Mereka turun saat sampai di depan toko mereka. Dan masuk ke dalam. Memberi salam ke pada beberapa karyawan lain dan mulai bekerja.
🍁🍁🍁
Saat istirahat Sita, memilih berdiam diri di dapur toko. Di sana ada Bu Sri. Pekerja toko tertua. Usianya sekitar 40an tahun. Ia seorang janda beranak dua. Sita duduk dan melihat Bu Sri yang sedang menggoreng risol.
"Aku mau," minta Sita.
"Ambil, Ta." Sita pun langsung mengambilnya dan memakannya dengan cabai di tangannya.
"Dih, bayar Lo Ceng!!" Sita tersedak dan langsung minum air mineral yang sudah ia siapkan.
"Paman ih!!!" Sita kesal dan melempar cabai ke arah sang paman.
Ya...di toko Sita bekerja, ada pamannya. Adik dari mama Sita. Paman atau biasa kita sebut om, bernama Lambang. Memang sudah dari kecil biasa di panggil paman. Tak peduli ejekan orang-orang. Sita dan adiknya sudah terbiasa dengan panggilan itu. Dan bahkan sekarang. Lambang dikenal dengan nama Paman!!Paman duduk di samping Sita dan mencomot risol yang sama. Sita menggerutu. Paman tertawa.
"Man," panggil Sita.
"Apa?"
"Ditanyain mama tuh, kapan main ke rumah?"
"Ya nantilah, kalau libur." Sita memukul bahu paman membuat paman mengusap bahunya.
"Apaan sih?"
"Paman mah gitu, selalu bilang ia nanti kalau libur, nyatanya apaan? Libur tiap Minggu tapi enggak kesana juga."
"Capek, Ceng."
"Kebiasaan manggil keceng!!"
"Ya emang keceng!!"
"Udah enggak tau."
"Moso?"
"Iyo."Paman menilik mata Sita. Membuat Sita harus menjauhkan wajahnya. Takut ketahuan kalau Sita sering menangis.
"Halah, masa keceng," ledek paman. Sita manyun.
"Kenapa sih dari kecil paman selalu manggil aku keceng-keceng."
"Karena kamu cengeng."
"Enak ajak."
"Nyata."
"Ngapusi."
"Tenang."
"Bodo amat."Sita bangun dan meraih botol mineralnya. Lalu pergi dari sana. Paman hanya menatap ponakannya dengan senyum kecil.
"Kebiasaan kamu Mbang." Paman menoleh ke Bu Sri. Lalu yengir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Sebuah Hubungan
RomanceSita Narendra adalah seorang istri yang sabar dan selalu bisa memaafkan suaminya. namun sifat labil suaminya lah yang membuat dirinya hancur. rumah tangga yang ia jalani selama 9 tahun. tak mampu membuat sang suami berubah menjadi lebih baik. hingg...