Pulang kerja, Sita mencoba menelpon Jaka. Tapi tak ada jawaban. Akhirnya Sita memilih berjalan kaki. Rasanya lelah, Karena seharian ini kerjaan sangat banyak di toko. Di tambah Jaka tak menjemputnya. Mau naik ojek sayang uang nya.
"Sita!" Panggil seseorang. Sita langsung menoleh.
"Loh, Radit?" Radit tersenyum dan melajukan motornya ke arah Sita.
"Kamu jalan kaki?" Tanya Radit. Sita hanya mengangguk.
"Kamu tumben lewat sini?" Tanya Sita balik. Radit nyengir. "sengaja?" Tebak Sita. Radit mengangguk. Sita tersenyum lemah.
"Kan aku udah bilang, Dit. Aku itu udh nikah, kamu cari cewek lain aja sana."
"Enggak mau mbak, aku maunya mbak."
"Hahahaha ngaco kamu, Dit."
"Aku serius, mbak."
"Enggak usah aneh-aneh, Dit."Radit diam. Ia menatap lurus ke pada Sita. Membuat Sita jadi canggung.
"Maaf ya, mbak, udah bikin Mbak nggak nyaman."
"Santai, Dit."
"Mau aku anter pulang, mbak?"
Sita langsung menggeleng. "Makasih Dit, enggak nanti sama tetangga." Radit mengangguk paham.
"Yaudah, mbak pulang gih, aku lihatin dari sini." Sita tertawa.
"Ada-ada aja kamu."
"Serius mbak, udah sana pulang." Sita pun tersenyum dan berbalik. Ia berjalan diiringi tatapan dari seorang Radit.Cowok yang lebih muda dari Sita 2 tahun. Rekan satu toko dengannya. Tapi selalu mengejarnya. Sita terus mencoba untuk menghentikan aksi Radit. Tapi anak itu memang keras kepala. Semoga dengan ini, Radit sadar dan melupakan Sita.
🍁🍁🍁
Sita mandi dengan cepat karena udara yang begitu dingin. Ia buru-buru masuk ke dalam kamar dan mengganti pakaiannya. Sita melihat jam dinding. Jam 8 malam. Perut Sita mulai lapar dan akhirnya ia memutuskan untuk membeli nasi goreng di depan gang.
Sita keluar dengan jaket tebal milik Jaka. Dan berjalan ke arah depan gang. Tak butuh waktu lama bagi Sita untuk sampai di tempat nasi goreng. Sial bagi, Sita. Karena ternyata nasi goreng tidak buka. Akhirnya Sita berjalan lebih ke depan untuk membeli nasi warteg.
Begitu sampai di sana. Sita melihat beberapa sepeda motor parkir. Dan satu motor yang Sita hapal betul.
"Jaka?" Jaka menoleh. Ia nampak kikuk melihat Sita ada di belakangnya. Teman-teman Jaka pun sama ikut menoleh dan melihat Sita."Makan, Ta," tawar mereka. Sita tersenyum dan mengangguk. Sita memilih pergi dari sana. Tak lama Jaka menyusul.
"Sita." Sita berhenti dan menoleh. "Ya."
"Maaf, aku...."
"Enggak apa-apa. Kamu enggak jemput aku demi makan bersama teman kamu kan? Aku paham kok." Jaka langsung tersenyum senang.
"Akhirnya kamu ngertiin aku, sayang." Sita mengangguk dan langsung pergi.
"Loh, Ta, kok pergi sih?" Jaka kembali mengejarnya.
"Apa, Jaka?"
"Kok kamu pergi, bukanya kamu mau beli makan ya?"
"Udah kenyang."
"Kenyang? Makan apa?"
Makan hati. Batin Sita."Enggak makan apa-apa, tapi ngerasa kenyang aja sih."
"Jadi kamu mau pulang?"
"Iya."
"Yaudah, aku balik ke warung ya. Enggak enak sama temen-temen aku. Kamu enggak apa-apa kan pulang sendiri?" Sita mengangguk. Dan langsung pergi dari hadapan Jaka.🍁🍁🍁
Jam 10 malam. Jaka belum pulang juga. Sita sudah tak sanggup menahan lapar. Ia akhirnya membeli mie rebus. Dan menyeduhnya dengan air hangat dari dispenser. Sita menunggu beberapa menit dan mulai memakannya. Bahkan mungkin Jaka tidak peduli. Dirinya sudah makan atau belum?
Selesai makan, Sita merapihkan kembali sisa makanannya dan langsung merebahkan diri di kasur tipis miliknya. Baru memejamkan mata. Ponselnya berdering dengan malas Sita meriahnya dan melihat ada notif pesan. Ia membukanya.
Jaka
Aku di ajak gym, Ta.
Pulang jam 3. Kamu tidur aja ya
Nggak usah telepon aku nanti
MaluSita langsung mematikan ponselnya. Sita tak peduli. Ia kesal. Pria macam apa sih yang Sita nikahi? Kenapa Jaka bisa tega berbuat seperti ini? Jaka paham tidak sih tanggung jawabnya sebagai seorang suami??
Kenapa Jaka selalu mementingkan teman-teman nya dibandingkan Sita. Memang kalau Jaka sakit siapa yang merawat? Keterlaluan kamu Jaka.

KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Sebuah Hubungan
Storie d'amoreSita Narendra adalah seorang istri yang sabar dan selalu bisa memaafkan suaminya. namun sifat labil suaminya lah yang membuat dirinya hancur. rumah tangga yang ia jalani selama 9 tahun. tak mampu membuat sang suami berubah menjadi lebih baik. hingg...