Bab 19

7K 481 27
                                    

Usia delapan bulan Sita tinggal di rumah sang mama. Saat itu Yuna sedang melaksanakan PKL dari sekolahnya. Jadi pulang ke rumah Yuna lebih sore dari biasanya. Jaka juga pindah kosan ketempat yang lebih besar. Untuk menyambut bayi mereka nanti.

Mama juga masih sibuk bekerja. Pagi-pagi bangun untuk memasak dan setelah selesai kerjaan rumah. Mama akan berangkat kerja pulang malam. Sebenarnya mama tidak tega meninggalkan sita seorang diri di rumah. Namun apa daya, karena jika mama tidak bekerja maka tidak akan ada yang makan di rumah nanti.

Sita mencoba mengerti. Karena Sita sendiri tidak bisa membantu perekonomian keluarganya. Sita dan Jaka hanyalah karyawan biasa yang gajinya pas-pasan untuk hidup sebulan. Di tambah gaya hidup Jaka yang masih seperti anak muda yang belum menikah. Masih ingin beli ini dan itu. Menambah koleksi sepatu dan pakaian yang kekinian.

Memang Sita sudah membatasi pengeluaran Jaka. Setidaknya jika dulu dalam sebulan Jaka membeli pakaian dan sepatu bisa sampai 3. Kini hanya satu. Lumayanlah untuk Sita. Setidaknya sisa uangnya bisa menambah tabungan.

Sita juga hanya memberikan beberapa ratus kepada sang mama untuk tambahan belanja. Walau itu pasti sangat kurang. Tapi mama paham akan kondisi Sita yang memang membutuhkan uang lebih banyak. Untuk itu mama terus bekerja siang malam. Untuk mengais rejeki tambahan.

Dan untung lagi, Yuna. Yang kini PKL di sebuah perusahaan yang lumayan besar. Gaji yang ia terima tidak ia gunakan untuk pribadi. Melainkan untuk biaya sekolahnya. Yuna sudah tau perihal sang kakak yang tidak jadi membantu biaya sekolahnya. Yuna juga bukan anak yang egois. Ia sangat mengerti akan kondisi sang kakak dan juga orang tuanya.

Untuk itu, bila teman Yuna menerima gaji untuk membeli hp baru atau untuk hangout. Yuna memilih untuk membayar biaya sekolah nya. Lumayan selama tiga bulan ini. Yuna tidak meminta uang bayaran kepada sang mama. Hingga mama pun bingung. Kenapa Yuna tak meminta uang SPP. Setelah Yuna jelaskan. Mama merasa sangat bersyukur memiliki anak yang peduli dan perhatian.

🍁🍁🍁

Malam ini Jaka datang ke rumah mertuanya. Karena besok ia masuk siang. Jadi Jaka bisa menginap. Menemani sang istri. Jaka datang dengan membawa berbagai perlengkapan. Yang memang sudah mereka cicil jauh-jauh hari.

Yuna sampai takjub melihat begitu lengkap perlengkapan bayi. Lucu dan sangat menggemaskan. Yuna berkali-kali melipat dan membongkar lagi. Sampai mama marah melihat kelakuan Yuna yang seperti tidak ada kerjaan.

"Yuna, udah dong. Kamu ngapain sih?" Tanya mama. Sita dan Jaka cuma menggelengkan kepalanya melihat tingkah adik mereka.
"Abis lucu, udah enggak sabar pengen makein dedek baju ini. Lucu banget!!!"
"Lebay," ledek Sita. Yuna menjulurkan lidahnya.
"Bodo. Week."
"Eh, Ta. Ini semua kamu yang beli?" Tanya mama.
"Enggak semua ma, beberapa di kasih temen aku dan temen Jaka." Mama mengangguk. Melihat semua perlengkapan bayi. Dari ranjang bayi. Dorongan. Perlengkapan semua lengkap. Dan bagus semua bukan abal-abal.

Mama nampak murung melihat itu semua. Karena kalau orang Jawa ketika bayi belum lahir dan perlengkapan bayi sudah lengkap itu pamali. Semoga saja ini hanya mitos. Mama tak mau anaknya sampai kecewa untuk yang kedua kali. Tidak...dirinya pun tak akan sanggup bila harus kehilangan kembali.

Mama menatap perut Sita yang besar dan mengusapnya dengan sayang.
Sehat ya cucu nya Mbah....

Akhir Sebuah HubunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang