Bab 4

10.8K 631 24
                                    

Pernikahan di langsungkan hari ini. Dengan kesederhanaan. Karena memang tak ada persiapan yang memadai. Tak seperti pengantin-pengantin lain yang memiliki persiapan berbulan-bulan.

Pernikahan Sita tak seperti itu. Benar-benar sangat apa adanya. Papa dan mama Sita sebenarnya merasa bersalah namun apa daya hanya segitu yang mampu mereka lakukan untuk Sita.

Jaka pun hanya memberi uang tak seberapa untuk maharnya. Jadilah rumah, papa sulap jadi ruang pengantin. Dengan dekorasi seadanya. Dan semua papa yang melakukannya.

Untuk akad papa memilih di mushola samping rumah. Tamu undangan pun tak seberapa karena memang tak menyebar luas. Namun walau semua serba sederhana acara tetap berjalan baik.

Sita nampak cantik dengan balutan kebaya putihnya. Dan hanya Sita yang terlihat cantik. Karena keluarga Sita tak ada yang berdandan sama sekali. Itu semua dilakukan untuk mengurangi budged.

Tapi alhamdulillah semua selesai dengan sempurna. Tak ada dari tamu undangan yang kekurangan makanan prasmanan mama memang terfokus pada prasmanan. Bagi mama acara mewah akan dipandang buruk bila prasmanan tak memadai.

Namun sebaliknya acara sederhana akan dinilai baik asal prasmanan memadai. Karena orang tak begitu memperdulikan masalah mewah megahnya dekorasi. Tapi mewah lengkapnya konsumsi.

Semua undangan sudah pulang, rumah Sita nampak sepi. Mama dan keluarga yang lainnya nampak bebenah sedikit. Sementara adiknya Yuna sudah tidur di kamarnya.

Kini giliran Sita yang bingung ia harus tidur dimana? Selama ini ia pasti tidur di kamar adiknya. Sita dan Jaka nampak masih duduk di ruang tv. Hingga adiknya muncul. Dan melempar bantal di sofa dan membawa selimut.

"Awas minggir. Aku mau tidur disini. Di kamar panas," ujar Yuna. Sita tersenyum. Sita paham maksud adiknya. Ia memberikan kamar nya untuk mereka berdua. Hanya saja ia jaim.

"Makasih ya de," ucap Sita tulus. Yuna gak jawab ia malah asik tidur sembari meluk bantal di sana. Jaka mengusap rambut Yuna.
"Makasih, adik ipar."

Mereka langsung menuju ke dalam kamar Yuna. Setelah pasangan pengantin pergi Yuna membuka matanya. Menatap langit-langit ruang tv.

"Aku harap kalian bahagia. Walau ini pernikahan karena kesalahan. Aku harap kalian bisa memperbaiki semuanya. Jangan buat pengorbanan kita semua hancur."

***********

Di kamar Sita membuka kebayanya dan menggantinya dengan kaos dan celana pendek milik Yuna. Karena jujur mereka tak begitu membawa perlengkapan ganti. Karena esok mereka sudah kembali ke kosan mereka di daerah selatan.

Sementara Jaka ia hanya memakai celana boksernya. Tak pakai kaos bertelanjang dada. Sita sudah bersiap untuk tidur di sana. Sementara Jaka membuka ponselnya lebih dulu. Membalas teman-teman yang tak bisa datang ke acara pernikahannya.

Jaka asik dengan ponselnya sementara Sita sudah terlelap di sana. Lama Jaka bermain ponsel hingga ia merasakan kantuk karena teman-temannya sudah tak lagi membalas chat nya. Jaka pun ikut tidur di samping Sita.

Menghadap punggung Sita. Ingin Jaka memeluknya namun ia urungkan. Jaka tahu Sita masih sakit hati dengan ucapannya dulu. Ucapan yang membuat siapapun pasti akan kesal dan marah dibuatnya.

"Maafkan aku Sita. Aku mencintaimu," bisik Jaka di sana. Namun Sita tak mendengarnya karena ia sudah tertidur pulas.

Paginya mereka sudah bersiap untuk pulang. Mama nampak sedang memasak di sana untuk sarapan. Menghangatkan sayur semalam yang masih tersisa.

Yuna sendiri sudah berangkat kesekolah karena ia berangkat jam 6 pagi. Mama melihat Sita dan Jaka yang keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapih.

"Kalian pulang pagi ini?" Tanya mama
"Iya ma. Kan harus pindahin barang dari kosan mah," jawab Sita. Mama mengangguk. Dan menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Makanlah dulu ya," ujar mama, Sita dan Jaka berterima kasih di sana.
"Papa, mana ma?"
"Sudah berangkat sekalian antar adikmu tadi."
"Oh."
Mereka pun sarapan di sana. Mama melirik mereka dan berharap yang terbaik untuk keduanya.

"Mama gak sarapan?" Tanya Sita setelah selesai memakan sarapannya.
"Mama gampang nanti juga bisa."
Sita merapihkan piring nya dan Jaka lalu membawanya ke dapur dan mencucinya di sana.

"Mama aku berangkat sekarang ya." pamit Sita. Mama mengangguk. Namun tetap mengerjakan pekerjaanya. Sita paham dengan mamanya. Sita memeluk mamanya dari belakang. Terisak ia di sana dan memohon maaf atas semua sikap dan kesalahannya.

Mama diam-diam meneteskan air matanya. Tubuhnya bergetar di sana. Sita semakin erat memeluk sang mama. Bahkan sampai berjongkok dan memeluk kedua kakinya.

Jaka pun ikut meneteskan air matanya tak kuasa menahan pedih dihatinya. Karena dirinya lah Sita dan keluarganya harus menanggung aib ini.

Jaka memang laki-laki yang tak berguna. Benci Jaka dengan dirinya sendiri.
"Sudah-sudah. Bangunlah nak. Mama tak apa."
"Maafin Sita mama." Sita masih terisak. Mama menarik Sita untuk bangun. Dan mengusap air mata anaknya.

"Mama sudah memaafkan mu nak. Sudah-sudah yang terpenting kalian jalani kehidupan baru kalian dengan baik. Jangan sampai ada kesalahan-kesalahan lainnya. Paham?"

Jaka dan Sita mengangguk di sana. Lalu mereka pamit untuk pulang ke kosannya. Mencium punggung tangan mama nya bergantian dengan Jaka.

"Jaka, jaga anak mama ya. Dia agak manja tapi dia anak yang sabar dan kuat. Harap mama kamu jangan kehabisan kesabaran menghadapi kemanjaanya. Mama percayakan dia dengan kamu. Dan jaga cucu mama."

"Iya ma insyallah, Jaka akan menjaga amanat mama."

Merekapun pergi menggunakan motor Jaka. Sita naik di sana setelah memeluk mamanya untuk kesekian kalinya. Lalu benar-benar pergi dari hadapan mamanya.

Di perjalanan Sita dan Jaka hanya terdiam. Entah seperti apa nanti ke depannya. Mereka hanya berharap mereka bisa menjalani kehidupan layaknya keluarga lainnya yang harmonis.

Sita mengusap perutnya yang nampak mulai buncit. Berharap kelak anaknya ini akan menjadi penghubung yang baik antara dirinya dan juga Jaka.

Jujur Sita masih sakit hati dengan ucapan Jaka. Rasa cintanya pada Jaka telah lenyap semenjak Jaka mengatakan aborsi. Cinta itu hilang. Namun demi calon anaknya Sita akan berusaha mengumpulkan kepingan-kepingan cinta itu kembali.

Akhir Sebuah HubunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang