Sita telah pindah ke kosan yang agak lebih besar. Walau masih satu kamar saja. Tapi setidaknya lebih besar dibanding kosan miliknya dulu.
Hari-hari Sita dikerjakan seperti biasanya. Tak ada yang berubah, Jaka mungkin lebih baik padanya. Dan mulai mengerti akan kondisi Sita. Tapi Sita tak mau berhenti bekerja. Karena dia masih sanggup.
Teman-temannya sudah tahu semua tentang Sita yang hamil diluar nikah. Tapi untunglah tak membuat Sita dikucilkan. Mereka semua mendukung Sita, hingga Sita mampu menjalani hari-harinya seperti biasa.
Hari ini Sita dijemput oleh suaminya
Sita menunggu Jaka dan duduk di dekat tokonya. Lama Jaka tak muncul hingga Sita mulai bosan dan lapar. Sita pun mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol telpon dengan nama Jaka."Hallo."
"Kamu jadi jemput gak?" Tanya Sita
"Maaf sayang, hari ini aku lembur. Aku lupa kasih tahu kamu. Maaf ya."
"Ngomong dong dari tadi. Harusnya kan aku udah sampai rumah."
"Iya maaf-maaf aku beneran lupa. Udah ya aku masuk kerja dulu. Kamu hati-hati di jalan."Klik
Sambungan terputus. Sita mendumal kesal. Harusnya dia sudah sampai rumah dan makan. Tapi ini apa? Menyebalkan sekali.
Dengan malas Sita melangkahkan kakinya untuk pulang kerumah. Dia memilih jalan kaki karena tak ada angkot yang menuju rumahnya. Naik ojek sayang uangnya.
Biarlah tak apa dia berjalan hitung-hitung olah raga. Sita berjalan santai di keheningan malam. Menggumamkan beberapa lagu untuk menghibur diri nya sendiri. Sembari sesekali mengusap perutnya yang mulai terlihat membuncit.
Sita membeli pecel lele untuk dirinya sendiri. Karena Jaka pasti pulang malam sekali. Biarlah dia mencari makan sendiri. Sita sudah sangat lapar sekali.
Sita duduk disalah satu bangku yang tersedia di sana. Lalu memesan satu porsi pecel lele.
"Dibungkus apa makan di sini neng?" Tanya ibu penjual. Sita menoleh."Bungkus aja bu."
"Tunggu ya."
Sita mengangguk dan tersenyum. Dia mengambil ponselnya dan bermain game di sana.
Tak lama pecel lele pesanannya telah siap.
"Neng, pecel lele nya."
"Oh sudah ya, bu?"
"Ya."
"Jadi berapa bu?"
"17000 neng."
Sita mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang pecahan 20 ribuan. Menyerahkannya pada si ibu. Si ibu pun mengambilnya dan memberikan kembalian 3ribu rupiah."Makasih bu."
"Sama-sama neng."Sita pergi dan sudah tak sabar ingin segera sampai rumah dan memakan pecel lelenya. Sita mengusap lagi perutnya.
"Sabar ya nak, sebentar lagi kita makan," ucap Sita pada calon anaknya.
Sita mempercepat langkah dan tak lama sampai di kosannya.Sita masuk dan langsung menaruh tas dan makanan yang ia beli tadi. Lalu mengganti pakaian dan mencuci muka di kamar mandi.
Barulah ia membuka pecel lele nya dan memakannya dengan lahap. Selesai makan, Sita langsung merapihkannya dan membuang sisa bungkusnya ke tong sampah.
Saat membuang sampah Jaka muncul dengan motornya. Sita berhenti dan menunggu suaminya.
Jaka nampak memarkir motornya dan melepas helm lalu turun dari motor.Jaka melihat Sita di luar rumah
"Sedang apa di luar malam-malam?" Tanya Jaka.
"Buang sampah tadi, kamu baru pulang?"
"Iya nih capek banget. Kamu udah makan?" Tanyanya
"Udah, baru aja."
Jaka hanya mengangguk dan langsung masuk ke dalam rumah.Sita mengikuti Jaka masuk. Jaka langsung manaruh tasnya di samping kursi dan dia duduk di sana melepas sepatunya. Dan menaruhnya rapih di rak sepatu.
"Kamu sendiri udah makan ?" Tanya Sita. Jaka melirik Sita dan mengangguk.
"Aku, mandi dulu ya."
"Tumben mandi malam-malam?"
"Iya soalnya satu jam lagi aku mau main futsal."
"Malama-malam"
"Kenapa? Banyak kok yang main futsal malam. Emang kamu baru tahu?" TanyaJaka. Membuat Sita menghela nafas."Mas, tapi aku kan lagi hamil, kamu gak kasihan ninggalin aku sendirian di rumah?"
"Ta, jangan manja dong. Aku gak enak sama temen-temen aku. Aku udah janji sama mereka kalau hari ini, aku ikut futsal."Sita diam. Ternyata Jaka tak berubah masih saja mementingkan teman nya dari pada dirinya padahal Sita sedang hamil tapi tak membuat Jaka prihatin.
"Yaudah, terserah kamu saja," ucap Sita langsung merebahkan diri di kamar dan memejamkan mata. Dia berusaha tak peduli dengan Jaka. Karena Jaka juga tak peduli dengannya.
Jaka tetap pergi walau Sita marah. Bagi Jaka teman-temannya yang utama. Setiap hari kan Jaka bersama dengan Sita. Masa Sita tak mengijinkan dirinya yang jarang kumpul sama teman-temannya. Harusnya Sita tak boleh egois dengannya.
******
Jaka sampai di tempat fulsal, di sana teman-temannya sudah menunggu.
"Woi... dateng juga lo, gue kira bakal absen lagi kaya biasa."
"Yoi, mentang-mentang udah nikah maunya ngekepin bini mulu hahaha." Canda teman-temannyaJaka hanya tersenyum melihat teman-temannya yang mengejek dirinya. Biarlah memang itu salahnya. Memang tak seharusnya dia menikah muda. Beginikan jadinya, pergaulannya jadi terganggu.
"Udah, ayo main," ajak Jaka. Mereka pun masuk ke dalam lapangan yang sudah di sewa dan membagi tim di sana.
Jaka dan kawan-kawan sudah hanyut dalam panasnya permainan futsal. Rasa sakit saat jatuh tak ada yang dirasanya. Hingga waktu semakin malam. Mereka berhenti bermain futsal karena sudah kelelahan dan waktu sewa juga sudah habis.
Mereka keluar dari lapangan dan duduk di luar arena lapangan.
"Wah... Jaka masih kuat aja mainnya."
"Iya padahal dah mau jadi bapak hahaha."
"Jak, kalau mau tambah keren bisa kita gym bareng nanti," ujar GustiJaka menatap Gusti.
"Gym?"
"Iya Jak, biar kaya gue nih. Otot gue baguskan?" ujar Gusti sembari membuka kaos bolanya. Dan nampak otot-otot sixpeck nya yang indah."Gila, keren banget lo, Gus!"
"Ya kan, mau gak lu kaya gue?"
"Mau banget lah."
"Yaudah besok pagi kita Gym gimana?"
"Oke. Bayarnya berapa?"
"Udah gampang sama gue mah. Buat pertama gue yang bayarin."Jaka loncat ke arah Gusti. Membuat Gusti hampir jatuh.
"Serius Gus?"
"Iya serius gue."
"Wah... lo sahabat terbaik gue!!"
Mereka semua tertawa melihat tingkah Jaka.Akhirnya gue bisa keren juga nanti. Punya otot sixpeck kan impian gue selama ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/157939888-288-k774309.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Sebuah Hubungan
RomansaSita Narendra adalah seorang istri yang sabar dan selalu bisa memaafkan suaminya. namun sifat labil suaminya lah yang membuat dirinya hancur. rumah tangga yang ia jalani selama 9 tahun. tak mampu membuat sang suami berubah menjadi lebih baik. hingg...