bab 7

8.5K 571 13
                                    

Setelah kehilangan sang anak. Jaka mulai perhatian kepada sita. Sementara mereka tinggal bersama di rumah orang tua Sita. Karena kondisi Sita yang masih lemas dan harus banyak beristirahat dan makan sehat. Kalau sita di kosan yang ada Sita tidak terawat. Karena Jaka harus bekerja. Jadi Jaka akan pulang pergi ke selatan dan Utara.

Sita juga belum bisa bergerak banyak. Tapi untungnya psikis Sita sudah lebih baik. Ia sudah ikhlas ditinggal sang anak yang bahkan belum ia rasakan pelukannya. Untung ada adiknya Yuna. Yang selalu setia menemani sang kakak. Dengan cerita konyol dan ngawurnya.

Sita merasa bersyukur karena memiliki keluarga yang terus mendukung dirinya dalam suka dan duka. Ia tak lagi marah pada Tuhan. Karena mungkin ini adalah yang terbaik. Tuhan. Punya rencana lain dari semua kejadian ini. Dan Sita yakin, rencana itu pastilah indah di kemudian hari.

💐💐💐

Yuna pulang dari sekolah dan langsung berlari riang ke dalam kamarnya. Karena di dalam ada sang kakak yang sedang istirahat. Jujur, Yuna sangat senang di rumah ada kakaknya. Rasanya rumah ini kembali riang, dan Yuna punya teman curhat tentunya.

Yuna masuk ke dalam kamar tanpa mengetuk pintu. Ia melihat sang kakak sedang menatap jendela dengan mata kosong. Yuna tertegun sejenak, tapi ia tak mau melihat kakaknya seperti itu. Yuna pun langsung loncat ke atas kasur, membuat Sita hampir jantungan.

"Bego!!!" Maki Sita. Yuna hanya nyengir. Sita melempar bantal kecil ke arah Yuna yang dengan mudah ia tangkap. Yuna duduk dengan kalem dan menatap sang kakak. Lalu merogoh tasnya dan mengeluarkan sesuatu.
"Nih, buat kakak terjelek gue." Sita menatap apa yang ada di tangan sang adik. Lalu menatap Yuna heran.
"Buat gue?"
"Ialah, masa buat gue, emang gue cewek apaan?" Sita menimpuk Yuna lagi dengan bantal.

"Suka enggak?" Tanya Yuna. Sita tertegun sejenak. Ia melihat itu berkali-kali.
"Kenapa, Lo kasih ini ke gue, dek?"  Tanyanya.
Yuna menghela nafas. "Karena Lo kakak gue, cewek yang yang ceria dan doyan dandan. Tapi yang gue lihat sekarang adalah cewek dengan wajah kusut dan tirus. Enggak ada cakep-cakep nya." Sita cemberut namun detik berikutnya tersenyum.

"Makasih ya, make-upnya."
"Sama-sama, oh ya...." Sita kembali menatap Yuna. "Apa?"
"Kalau Lo udah sembuh dan udah kerja lagi, ganti ya uangnya." Sita melotot dan langsung menimpuki badan Yuna dengan bantal. Yuna hanya tertawa terpingkal-pingkal.

"Udah-udah, gue capek. Gue mau mandi dulu gerah." Yuna langsung buru-buru turun dari ranjang dan mengambil handuk di belakang pintu. Sebelum keluar kepala Yuna melongok ke arah Sita. "Kak Jaka ntar malem nginep?"
Sita mengangguk. Membuat Yuna menghela nafas berat. Alamat tidur di sofa dah malam ini.

💐💐💐

Jaka mengetuk pintu dan di buka oleh Yuna. Yuna mencium punggung tangan kakak iparnya. Jaka tersenyum dan mengusap kepala Yuna, yang langsung Yuna tepis dengan wajah cemberut. "Yuna, bukan kucing elah." Jaka tertawa dan masuk lebih dalam. Lalu mencium tangan kedua orang tua Sita.

"Gimana kerjaannya, Jak?" Tanya papa. Jaka mengangguk. "Baik, pah." Papa mengangguk.
"Istirahat dulu gih, baru ngobrol," ujar mama. Jaka mengangguk dan ijin masuk ke dalam kamar. Yuna kembali duduk di sofa dan melihat tv dengan kedua orang tuanya.

Jaka membuka pintu kamar dan melihat Sita sedang rebahan seperti biasa.
"Belum bisa gerak?"tanya Jaka. Sita menoleh dan mengangguk. Jaka mendekat dan menaruh tasnya di bawah ranjang. Lalu duduk di samping Sita. Sita meraih jemari tangan Jaka dan mencium punggung tangannya. Jaka mengusap rambut istrinya. Dan mengecupnya.

"Besok aku libur, kamu belajar jalan ya."
"Masih sakit."
"Tapi harus di paksa, biar enggak kaku, sayang." Sita diam lalu mengangguk. Jaka tersenyum.
"Sayang," panggil Jaka. Sita menatap Jaka.
"Apa?"
"Boleh cium bibir kamu?" Jantung Sita langsung berdebar kencang. Lama sekali mereka tak pernah berciuman. Selama ini mereka hanya menjalani hari-hari dengan membosankan.

Jaka melihat keraguan dia mata Sita. Ia meriah jemari Sita, menatap Sita lurus.
"Aku janji sama kamu, aku akan berusaha menjadi suami yang baik. Aku merasa bersalah dengan semua yang terjadi. Mungkin karena aku juga tidak perhatian sama kamu, aku minta maaf. Demi anak kita?" Sita meneteskan air mata. Sita menangkap keseriusan dalam ucapan Jaka. Tak apalah memberikan kesempatan kedua untuk Jaka. Demi kebahagiaan anaknya di akhirat sana.

Sita mengangguk. Jaka tersenyum senang. Ia mengusap rambut Sita dan mendekatkan bibirnya. Saat sedetik lagi menempel, Sita mendadak ragu dan memalingkan wajahnya. Membuat Jaka mencium udara.
"Belum siap ya?" Tanya Jaka agak kecewa. Sita diam. Dan menggigit bibirnya. Lalu ia mencoba menguatkan hatinya. Kembali menatap Jaka dan memejamkan matanya.

Jaka tersenyum dan kembali mencium bibir Sita. Sapuan lembut ia daratkan. Ia tekan, dan tak ada perlawanan dari Sita. Membuat Jaka memberanikan diri untuk melumat bibir Sita. Mereka berciuman dengan lembut.

Yuna, yang tak sengaja membuka pintu tertegun. Ia kembali menutup pintu membiarkan kedua kakaknya untuk bermesraan. Yuna kembali ke ruang tamu dengan senyum samar. 

Akhir Sebuah HubunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang