Bab 22

8.2K 449 18
                                    

Jaka termenung di depan rumah mertuanya. Ia melihat Sita yang sedang asik menonton acara tv di ruang tamu. Pintu terbuka lebar, membuat Jaka dengan mudah melihat sang istri. Jaka tak berani langsung masuk, ia ingin memandangi istrinya dengan puas. Rasanya jantungnya berdegup kencang. Seakan pertama kali merasakan jatuh cinta.

Ya, Jaka mendadak jatuh cinta kembali kepada Sita. Melihat perut Sita yang besar. Tubuhnya yang semakin berisi. Pipinya yang chubby. Membuat Jaka semakin jatuh cinta.

Jaka melihat bungkusan di tangannya. Lalu mengatur nafas untuk bisa bersikap normal di depan Sita. Ia turun dari motor dan langsung masuk ke dalam rumah. Sita melihatnya dan tersenyum.

"Sudah pulang?" Tanya Sita. Jaka mengangguk. Sita menghampiri Jaka dan mencium punggung tangannya. Jaka mengusap perut Sita.
"Sehat nggak dedek?" Tanya Jaka.
"Alhamdulillah, gerak terus kok, aktif banget." Jaka semakin terharu mendengarnya. Ia duduk di susul Sita.

"Capek ya?" Tanya Sita. Jaka mengangguk pelan.
"Aku bikinin minum ya."
"Enggak usah sayang. Nanti aja."
"Kenapa?"
"Enggak terlalu haus, biar nanti aku aja yang ambil," ucapnya. Sita mengangguk. "Oh ya, ini aku beli sepatu buat dedek." Sita menerimanya tapi tidak membukanya.

"Tumben kamu?" Jaka menghela nafas.
"Maafin aku ya, aku udah egois selama ini, aku merasa nggak pantes banget buat jadi ayah dan suami untuk kalian."
"Ih, Jaka kok ngomongnya gitu?"
"Aku emang egois kan, Ta. Kamu yang terlalu baik sama aku."
"Udahlah, yang penting buat aku adalah perubahan kamu. Asal kamu mau berubah. Aku udah seneng kok." Jaka menatap Sita dan tersenyum dengan tulus. Rasanya bahagia ketika orang yang. Kita cinta dengan mudah memaafkan kita.

Jaka menarik dagu Sita dan mencium lembut bibirnya. Mereka berciuman di ruang tamu. Tak peduli ada orang yang melihatnya. Jaka dan Sita hanya ingin menumpahkan rasa di hati mereka.

🍁🍁🍁

Malam ini Jaka menginap karena besok masuk siang. Mereka semua sedang asik nonton tv di ruang tamu. Yuna, duduk di bawah dengan komik di tangannya. Sita dan Jaka di atas sofa sembari berpegangan tangan. Mama duduk di sofa single. Papa sibuk dengan ponselnya.

Malam ini mereka semua sibuk dengan fikirannya masing-masing. Dengan aktifitasnya masing-masing.

Yuna nampak menguap, ia melihat mama yang mulai bangun dari sofa dan hendak masuk kamar. Kalau papa malah sudah menghilang dari tadi. Lalu Jaka dan Sita nampak masih asik bermesraan di sofa. Yuna mendengus. Ini sudah malam. Dan tempat tidurnya masih di monopoli.

"Hello, kakak dan mbak yang ganteng dan cantik. Bisa enggak kalian pindah ke kamar aja. Di sini ada anak di bawah umur. Yang udah ngantuk mau tidur di sofa." Sita dan Jaka tersentak dan langsung malu.
"Maaf ya dek."
"Hmm...di maafkan. Tapi bisa cepet pindah ke kamar? Aku sudah bosan menunggu." Mereka cekikikan dan langsung pergi ke kamar. Meninggalkan Yuna sendiri di ruang tamu.

Yuna menghela nafas. Ia menaruh komik di sofa. Dan langsung merebahkan diri di sofa. Memejamkan mata dan langsung tidur. Karena besok harus bangun untuk berangkat PKL.

Sementara Sita. Di dalam kamar bukannya tidur, mereka malah melanjutkan kemesraannya. Jaka mengusap lengan Sita. Dan membelai pipinya.
"Kenapa kamu semakin cantik saat hamil?"
"Gombal ih."
"Beneran sayang, aku enggak bohong, pegang nih jantung aku." Tangan Sita di arahkan ke jantungnya. Sita menatap Jaka karena detak jantung Jaka nampak tak normal.

"Jantungku berdegup kencang banget kan?" Sita mengangguk. "Aku sayang sama kamu, aku benar-benar mau berubah. Demi anak kita." Sita tersenyum senang. Dan memeluk tubuh Jaka.

Jaka membalas pelukan sita. Dan merebahkan tubuh Sita perlahan. Mereka bertatapan dengan mesra. Sita memejamkan matanya dan Jaka langsung melumat bibir sita dalam. Jemari Jaka sudah meremas dada Sita yang nampak besar dan bengkak.
"Pelan-pelan remasnya, sakit." Jaka meminta maaf dan hanya mengusapnya saja. Bibir mereka terus berpagutan.

Jaka melepas ciuman mereka dan berpindah ke leher Sita. Ia ciumi dan jilati. Membuat Sita mendesah pelan.
"Boleh main nggak sih?" Tanya Jaka. Sita mengangguk.
"Tapi pelan." Jaka mengangguk paham. Ia melepas celananya dan bersiap di sana. Sita memejamkan matanya saat Jaka mencoba masuk.

Sita meringis. Karena rasanya sakit sekali.
"Sayang sakit ya?" Sita mengangguk. Jaka melepaskannya. Dan mengusap pipi Sita.
"Maaf ya, aku enggak jadi."
"Nggak apa-apa kok, lanjutin aja."
"Nggak ah, aku takut kenapa-napa. Kamu kesakitan banget gitu."
"Tapi kamu kan..."
"Aku nggak apa-apa, aku bisa tahan kok sayang." Jaka memeluk Sita dari belakang.

"Maaf ya."
"Jangan minta maaf, aku nggak apa-apa kok. Beneran. Udah tidur yuk, udah malam." Sita mengangguk dan mengusap lengan Jaka. Merekapun tertidur.

Akhir Sebuah HubunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang