Saat Jaka pamit untuk pulang ke kosan. Karena harus kerja kembali. Sita merasa tak rela. Jaka bahkan harus bersusah payah untuk membujuk Sita agar mau melepas Jaka untuk pergi kerja.
"Sayang, aku kan kerja bukan main."
"Tapi aku ngerasa aku butuh kamu saat ini."
"Iya, nanti aku langsung ke sini pulang kerja ya." Sita menggeleng.
"Enggak mau, hari ini ijin aja sih, aku juga kan udah hamil tua. Minggu ini udah waktunya lahiran." Jaka terdiam."Gimana ya, Ta?"
"Ayolah, please."
"Aku harus ijin apa sama bos?" Jaka nampak bingung. Pasalnya selama ini Jaka tidak pernah sekalipun bolos ataupun ijin. Tidak sekalipun. Walau Jaka terlambat. Ia lebih baik masuk. Walau harus di omeli. Tapi bagi Jaka masuk itu utama. Selagi kita sehat.Tapi hari ini. Istrinya merengek untuk di temani. Jaka paham, dengan usia kehamilan Sita yang sudah matang. Pastilah butuh di temani suami. Akhirnya Jaka mengambil keputusan.
"Sayang, gini aja. Aku masuk kerja, nanti siang. Kamu telepon aja kalau aku suruh pulang. Ya...jadi aku enak ijin sama bos nya, oke."
"Susah banget ya buat ijin?"
"Bukan susah, tapi aku nggak pernah ijin kaya gini sebelumnya. Jadi aku bingung, kamu ngerti aku kan?" Sita mengangguk.Jaka mengusap rambut Sita. "Jangan ngambek, aku pulang cepet kok. Yang penting aku masuk dulu, masalah ijin gampang, ya."
"Janji ya pulang cepet?" Jaka mengangguk.
"Iya sayang."Jaka pun pamit. Dan menitip Sita kepada sang mertua. Mama memang sudah ijin kerja semenjak Sita masuk kehamilan 9 bulan. Jadi Jaka tidak terlalu khawatir meninggalkan Sita dengan perut besarnya.
🍁🍁🍁
Dari siang, Sita merasa perut nya tidak enak. Tapi Sita bingung menjelaskan rasa di dalam perutnya. Ia hanya meringis dan mengusap perut nya. Anaknya juga bergerak aktif, membuat Sita meringis kesakitan. Sita turun dari ranjang dan mencoba berjalan. Semakin ia berjalan semakin sakit perut bagian bawahnya.
Sita keluar dari kamar dan mencari sang mama. Sita takut kalau ini tanda mau lahiran.
"Mama!" Panggil sita kencang. Karena perutnya semakin sakit. Mama yang mendengar panggilan Sita langsung lari dari luar rumah. Mama memang tadi duduk di luar. Mengobrol sama tetangga."Kenapa , Sita?" Tanya mama panik.
"Perut aku sakit ma." Mama mencoba tenang. Ia menyentuh perut Sita yang mulai terasa kencang.
"Ini udah mulai kontraksi. Nggak apa-apa. Kamu tenang ya, udah mules banget belum?"
"Belum teratur."
"Nggak apa-apa, kamu latihan jalan di sini aja ya." Sita mengangguk.
"Telepon Jaka ma."
"Iya, mama telepon." Mama sibuk menelpon Jaka tapi tidak diangkat-angkat.
"Kerja kali, Ta. Udah biarin aja dulu. Mama mau siap-siappin perlengkapan kamu dulu. Jadi nanti gampang." Sita hanya mengangguk dan terus berjalan perlahan. Menahan rasa nyeri di perutnya. Semakin lama rasa sakit di perutnya semakin terasa. Peluh membanjiri tubuh Sita.Ia semakin tak kuat menahan sakitnya. Mama keluar dari kamar Sita. Dan panik melihat Sita yang sudah semakin kesakitan. Mama menelpon papa tapi tidak di angkat juga. Akhirnya mama nekat membawa Sita ke bidan terdekat.
Mereka naik angkutan umum. Sita mencoba bertahan dengan rasa sakit di perutnya. Hingga mereka sampai di klinik bersalin. Mereka turun dengan perlahan. Dan Sita langsung mendapat perawatan.
Sita di periksa oleh Bu bidan. Dan ternyata pembukaan Sita sudah masuk 4. Wajar kalau terasa sakit. Sita rebahan setelah mengganti pakaiannya. Mama di minta untuk membeli makanan dan minuman. Agar Sita memiliki kekuatan.
Mama masih terus mencoba menelpon Jaka, papa dan Yuna. Tapi tidak ada satupun diantara mereka yang mengangkatnya.
Hingga jam 4 sore. Barulah Jaka balik menelpon. Mama langsung memberitahukan perihal Sita yang mau lahiran. Jaka dengan cepat pulang dari kerjaannya. Setelah ijin dengan bosnya.Jaka nampak menambah kecepatan motornya. Antara senang dan khawatir. Semoga lancar semuanya.
Sementara Yuna. Jam lima baru bisa melihat ponsel. Karena sedari tadi kerjaan Yuna menumpuk. Ia meraih ponsel dan melihat beberapa panggilan dari mama dan pesan. Yuna membuka pesan itu dan langsung terlonjak senang.
"Pak, Yuna ijin pulang ya."
"Ya emang udah waktunya pulang Yun."
"Ia, tapi Yuna buru-buru nih pak."
"Ada apa emang?"
"Kakak Yuna mau lahiran. Yeeeee." Yuna bersorak di sana. Semua karyawan memberi selamat dan doa untuk kakak Yuna.
"Makasih ya pak, Yuna pamit pak." Mereka pun mengangguk bersamaan. Yuna langsung lari keluar kantor. Dan naik angkutan umum.Begitu Yuna sampai rumah. Yuna melihat papa sedang merakit box bayi. Terlihat sudah sangat rapih dan cantik.
"Wow...papa rakit sendiri?"
"Iya dong. Bagus enggak?"
"Banget. Ih nggak sabar deh, kesana yuk pa."
"Nantilah, kamu mandi dulu, ganti baju dulu sana." Yuni meringis. Terlalu bersemangat sampai lupa."Sudah aku mandi dulu, nanti anterin ya pa."
"Iya, papa juga mau selesaikan ini dulu."
"Oke papa."Yuna langsung masuk ke dalam kamar. Mengambil handuk dan bersiap mandi.
Ya Tuhan...semoga mbak dan anaknya selamat. Yuna cuma bisa bantu doa.
Yuna pun masuk ke dalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Sebuah Hubungan
RomanceSita Narendra adalah seorang istri yang sabar dan selalu bisa memaafkan suaminya. namun sifat labil suaminya lah yang membuat dirinya hancur. rumah tangga yang ia jalani selama 9 tahun. tak mampu membuat sang suami berubah menjadi lebih baik. hingg...