Bab 16

7.2K 448 16
                                    

Sita dan Jaka bertandang ke rumah orang tua Sita. Memberi kabar perihal kehamilan sita yang sudah memasuki usia 2 bulan. Mereka semua nampak bahagia. Apalagi Yuna.
"Berarti 7 bulan lagi aku bakal jadi Tante dong? Asiikkk." Yuna girang bukan main.

"Ialah, makanya nanti kalau ponakannya udah lahir, Yuna harus jagain ya."
"Pasti kak Jaka."
"Tante yang pintar."
"Eh nanti kalau beli baju dedek. Yuna yang pilihin ya."
"Enggak!!" Semua orang langsung menolak.
"Ke...kenapa?" Yuna merasa sedih.
"Pilihan mu mah enggak jelas."
"Ia, nanti anak kak Jaka di pakein yang aneh-aneh lagi."
"Ya ampun, enggak segitunya kaliiii."

Mereka semua tertawa melihat Yuna yang manyun dan kesal.

🍁🍁🍁

Yuna akhirnya lulus SMP juga. Ia sudah mencari-cari sekolah mana yang akan ia masuki nanti. Kakaknya sudah janjikan akan membantu membayar sekolahnya. Dan Yuna juga tidak akan tinggal diam. Yuna akan bekerja paruh waktu nanti. Tapi jangan sampai ketahuan orang tuanya saja.

Mama memperhatikan Yuna yang sibuk membaca berbagai brosur dari beberapa sekolah. Dengan semangat Yuna menunjukannya kepada sang mama.
"Yang mana ma?"
"Yuna suka yang mana?"
"Ma, jangan suka yang mana? Tapi lihat yang paling murah yang mana." Mama tersentak. Kenapa anaknya berfikir begitu?
"Yuna, kamu pilih aja mana yang Yuna suka ya. Jangan fikirkan masalah biaya."
"Harus di fikirkan mah, gimana sih?"

Mama menarik Yuna agar melihat sang mama.
"Yuna dengar mama. Mama akan usahakan apapun demi anak mama. Yuna jangan berfikir masalah biaya. Kamu pilih sekolah mana yang kamu suka. Mama pasti akan dukung."
"Ma...."
"Yuna, percaya sama mama." Yuna menunduk. Menahan air matanya. Yuna ini cengeng. Tapi sok kuat. Mama memeluk Yuna lebih dulu. Nunggu anaknya nangis mah lama. Mereka pun berpelukan.
"Makasih, mama." Mama mengangguk.

🍁🍁🍁

Sita mendengar kabar dari sang mama. Kalau Yuna sudah menentukan pilihannya. Ia memilih SMK swasta. Karena Yun aku segera bekerja. Kalau masuk negri takut otaknya enggak sampai. Malah nanti nambah beban lagi.

Sita merasa bahagia karena akhirnya adiknya mau lanjut sekolah juga.
Jaka memperhatikan sita yang tersenyum senang. Jaka memeluk Sita dari belakang. Mengecup lehernya. "ada apa sih?" Tanya Jaka.
"Yuna, udah lulus SMP."
"Alhamdulillah, baguslah. Terus mau lanjut kemana dia?"
"Milih SMK swasta."
"Kenapa enggak negeri?"
"Katanya takut otaknya nggak sampai."
"Ada-ada aja anak itu."
"Oh ya...." Jaka berdehem. "Apa?"
"Aku bilang sama Yuna dan mama. Kalau aku mau bantu Yuna bayar sekolah." Jaka terdiam. Perlahan melonggarkan pelukannya dan menjauh dari Sita.

"Kok kamu main ambil keputusan sendiri?" Tanya Jaka. Sita mendekat.
"Jaka, itu adek aku. Mama papa aku lagi kesulitan ekonomi. Aku cuma bantu sebisa ku kok."
"Iya, tapi kenapa kamu enggak ngomong dulu?"
"Maaf aku...."
"Kenapa? Karena itu pakai uang kamu iya? Ingat, Ta, kamu lagi hamil. Kita butuh dana untuk beli perlengkapan bayi dan lahiran kamu nanti."
"Tapi kan masih lama, Jak."
"Ta, jangan anggap remeh kamu. Kamu larang aku beli ini itu baar bisa nabung. Tapi kamu sendiri malah ngeluarin uang buat adik kamu. Kamu pikir biaya sekolah murah? Mahal, Ta."

Sita terkejut mendengar penjelasan Jaka. Kenapa Jaka begitu perhitungan. Padahal dulu Jaka nge-gym dengan uang ratusan ribu tiap harinya. Jaka tak peduli. Kenapa ini demi kepentingan adik Sita, Jaka malah seperti tak rela.

"Jaka. Ini adikku. Demi masa depan adikku, Jaka."
"Terus masa depan kita gimana? Masa depan anak kamu gimana??" Tanya Jaka kesal. "Mikir Ta, emang kita orang kaya apa? Punya banyak uang gitu, main bantu biaya sekolah. 3 tahun itu Ta. Tiga tahun kamu mau bayarin adikmu sekolah?"

Sita terdiam. "Nggak bisa jawab kan? Terserah kamu sekarang. Aku sih nolak. Enggak setuju kamu nanti adik mu itu. Kalau enggak bisa bayar ya nggak usah sekolah lah."
"Kabar banget sih kamu."
"Aku nggak jahat, Ta. Sesuai fakta yang ada aja. Kamu lagi hamil, ingat itu."

Sita keluar dari rumah. Ia kesal. Tapi Jaka benar. Sita butuh banyak dana untuk kelahiran anaknya nanti. Bagaimana cara Sita memberitahu masalah ini?

Maafin mbak, Yuna. Maafin mbak....

Akhir Sebuah HubunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang