Sita tak bisa tidur karena memikirkan ucapan Heri kemarin. Untunglah besok ia libur sehingga bisa menghindar dari Heri.Ia benar-benar tak sangka jika selama ini Heri menyukainya? Tapi, bagaimana mungkin, apa ia hanya bercanda, berbohong, agar Sita yang sudah menjanda terbujuk rayuannya?
Sita sudah muak dengan laki-laki, tapi, apakah benar Heri juga setipe dengan Jaka sampai ia akhirnya bercerai?
Apakah menurut mereka perceraian itu sebuah permainan? Astaga, mengingat kembali momen paling buruk dalam hidupnya membuatnya mual dan benar-benar tak bisa tidur.
Ia gelisah, perasaannya kacau. Sita nampaknya tak bisa mencintai lagi.
Paginya Sita bangun dengan malas, jika perutnya tak merengek minta diisi ia tak mungkin membuka pintu kos nya.
Sita berjalan santai hingga sampai di warung nasi tempatnya biasa makan. Ia memesan lauk seadanya lalu membawanya kembali pulang.
Hari itu Sita habiskan di dalam kamar kos tanpa menyentuh ponselnya. Ia bahkan sengaja tak mengaktifkan ponsel agar tak ada yang mengganggu ketenangannya.
Malamnya saat Sita memikirkan akan kerja esok hari, ia mencoba menguatkan dirinya dan memberikan aura positif.
Ia tak ingin menjauh dari Heri, tak ingin juga memberi harapan palsu. Ia harus jujur bagaimana perasaannya sekarang.
****
Paginya Sita berangkat kerja seperti biasa, ia sampai tepat waktu dan langsung menuju ruang ganti pakaian.
Begitu ia keluar dari ruang ganti sudah ada Heri di sana seolah ia sengaja menunggu Sita.
"Bang," sapa Sita seperti biasa.
"Sudah sarapan?" tanyanya.
"Belum."
"Beli sarapan yuk," ajaknya.
"Nggak laper."
"Ta, kamu menghindariku?" tebaknya. Sita hanya tersenyum saja. "kalau benar, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud membuatmu tak nyaman. Aku hanya ingin mengutarakan apa yang ada di hati. Jika memang kamu tak minat denganku, tak masalah. Aku tau diri."
Sita hendak mengucap kata tapi ia urungkan. Membuat Heri pergi dari hadapan Sita.
"Ini lebih baik," gumamnya.
Mereka bekerja seperti biasa, tertawa bercanda tak terlihat ada yang aneh diantara keduanya.
Waktu makan siang seperti biasa Sita akan mendapatkan air minum gratisan dari Heri. Dan kali ini Sita merasa aneh, apakah selama ini ia sengaja membeli minuman untuk nya hanya saja disamarkan dengan membagi kesemua?
Saat ada waktu berdua Sita mendekat pada Heri. Ia tanyakan apa yang mengganjal di hatinya. Tak terduga, tebakan Sita benar selama ini.
Heri melakukan itu sebagai bukti perhatian yang ia lakukan secara diam-diam. Sita tak habis pikir, bagaimana bisa Heri lakukan itu?
Sita tak lagi mengatakan apapun, ia kembali ke ruangan dan beristirahat di sana bersama yang lain. Heri menghela nafas, ia tak sangka ia akan berjuang untuk mendapatkan cintanya.
Dulu, ia kira tak akan ada kesempatan seperti ini. Bagaimana bisa menyukai dan mencintai rekan kerja yang bahkan sudah menikah.
Menekan dalam-dalam perasaannya sangatlah sulit, ia ingin berontak, ingin memperhatikan wanita pujaannya.
Satu-satunya cara hanya dengan mengorbankan uang sakunya untuk membeli minuman dingin dan dibagikan kepada yang lain.
Tentu saja ia harus pastikan Sita mendapatkannya dan meminumnya.
Melihat Sita menerima dan meminumnya hingga tandas membuat hatinya tenang. Sesekali ia juga membelikan makanan, tidak berniat menyogok, ia hanya khawatir pada sang pujaan hati jika tak makan.
Ia tak mau melihatnya sakit, tak mau melihatnya kelaparan dan kehausan. Heri harus selalu memastikan jika Sita baik-baik saja.
Lalu kini ia mendapatkan teguran itu. Apa yang harus ia lakukan sekarang?
Apalagi sekarang kesempatan untuk mendapat Sita terbuka lebar. Ia dan Sita sama-sama single sekarang.
Tak ada salahnya jika ia mendekati dan menunjukkan cintanya bukan?
Ia ingin sekali membuat Sita bahagia, mengganti kesedihan saat perceraiannya dulu.
Sita dan Jaka mungkin dulu saling mencintai hingga bercerai adalah hal yang berat. Tapi untuk Heri ia tak merasa berat sama sekali karena memang tak pernah ada cinta untuk istrinya.
Ia hanya berharap ia bisa kembali membangun keluarga impiannya dengan wanita yang ia cintai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir Sebuah Hubungan
RomantizmSita Narendra adalah seorang istri yang sabar dan selalu bisa memaafkan suaminya. namun sifat labil suaminya lah yang membuat dirinya hancur. rumah tangga yang ia jalani selama 9 tahun. tak mampu membuat sang suami berubah menjadi lebih baik. hingg...