Bab 15

7.9K 491 22
                                    

Sita menunggu Jaka. Ia duduk di kursi dan mengeluarkan ponselnya. Sita browsing di sana. Mencari kebenaran tentang kehamilannya. Setelah membaca dan semua sama dengan yang Sita alami. Ia tersenyum senang. Akhirnya setelah 2 tahun menunggu. Sita hamil juga.

"Sayang, maaf lama." Sita menoleh dan tersenyum. Ia bangun dan menghampiri Jaka.
"Tumben senyum-senyum?" Selidik Jaka.
"Kita beli testpack yuk," ajak Sita malu-malu. Jaka tersentak.
"Testpack, yank?" Sita mengangguk.
"Kamu hamil yank?"
"Aku enggak tahu, tapi dari tadi aku muntah-muntah terus. Makanya aku coba pastiin." Jaka tersenyum dan mengusap rambut Sita.
"Semoga hamil ya sayang." Sita mengangguk.
"Ya udah naik yuk, kita ke apotik. Beli testpack." Sita langsung naik ke atas motor dan memeluk erat tubuh Jaka. Jaka tersenyum dan mengusap punggung tangan Sita.

🍁🍁🍁

Di rumah Sita agak takut untuk tes. Sita takut kalau hasilnya mengecewakan. Jaka mengusap punggung Sita. Mencoba memberikan motivasi dan dorongan semangat.
"Sayang, apapun hasilnya aku terima kok." Sita menatap Jaka. Dan memeluk Jaka lama.
"Sudah sana tes. Kalau hamil besok kita langsung ke bidan ya."
"Kalau enggak?"
"Kalau enggak ya..."Jaka menarik pinggang Sita. Mendekatkan bibirnya ke telinga Sita. "Bikin lagi...." Desah Jaka. Membuat Sita merinding.

"Ih, mesum."
"Biarin, kalau enggak mesum gimana mau bikin anak?"
"Jaka ih, bahasa kamu."
"Hahaha...udah sana tes."
"Kalau hasilnya negatif jangan kecewa ya."
"Enggak."
"Janji?"
"Janji."

Sita pun memantapkan hati untuk melakukan tes. Ia membawa testpack ke dalam kamar mandi dan ia coba di sana. Sementara itu, Jaka nampak penasaran. Ia berdoa semoga istrinya memang hamil.

🍁🍁🍁

Jaka dan Sita membeli makan malam di warteg. Ia harus irit mulai sekarang. Karena mereka harus menabung demi calon anak mereka. Ya... Sita positif hamil. Besok pagi Jaka akan mengajak Sita untuk ke bidan.

"Jaka."
"Ya, sayang?"
"Berubah ya, jangan suka beli aneh-aneh. Ingetin aku lagi hamil, kita pasti butuh uang lebih."
"Ia, aku akan berusaha irit mulai sekarang. Demi anak kita."
"Jangan suka keluyuran malem-malem lagi."
"Ia, Jaka akan berubah kok. Enggak akan kaya bocah lagi. Usia ku udah 25 tahun sekarang tau."
"Makanya, jangan kaya bocah lagi."
"Ih, kaya bocah enak aja. Masa bocah bisa bikin bocah." Jaka meringis saat Sita mencubit pinggang Jaka.
"Ampun...ampun...."

Mereka sampai di rumah dan mulai melahap makannya. Jaka menyalakan tv dan menonton acara yang di tayangkan.
"Ta,"panggil Jaka.
"Apa?"
"Kalau anak kita lahir nanti, kosan ini kayanya terlalu sempit ya?" Sita melihat sekitar kamarnya. Ia...kamarnya terlalu sempit memang untuk bayi mereka.
"Apa kita cari kosan baru aja yang lebih besar?"
"Boleh, tapi nanti aja. Ini kan masih muda yang."
"Ia, nanti aja. Kita kumpulin uangnya juga."
"Udah nggak sabar nih aku."
"Sama." Jaka mengusap perut rata Sita. Dan mengecup perutnya. "Dede, sehat di dalam ya. Mama, papa sayang kamu." Sita mengusap rambut Jaka.

Alhamdulillah suaminya telah benar-benar berubah.

Akhir Sebuah HubunganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang