19 || Revenge

34 5 0
                                    

Part 19

|| Revenge || 

Semalem lupa up") Maaf ya?

★Sebelum mulai baca, boleh dong vote dulu gitu. Biar kita sama-sama enak:) And, sorry for typo's juga mungkin ada ejaan kata yang salah. Bisa dibantu koreksi di mana aja letak kesalahannya. Harap bijak jadi pembaca okey?★ 

So, happy reading bestie!

▪︎

▪︎

▪︎

Masih di hari yang sama, setelah membereskan kamar Marel dan mengobati luka pada tubuh laki-laki itu. Saira tidak langsung pulang. Gadis yang masih menggunakan seragam sekolahnya ini duduk di tepi ranjang.

Genggaman tangan Marel padanya sangat erat, jujur saja dirinya masih sedikit kesal pada Marel karna kejadian di sekolah. Tapi ia menyampingkan ego dan amarah. Hanya ada keheningan di antara kedua insan ini.

"Marah?" tanya Marel tiba-tiba.

"Siapa yang gak marah kalo pacarnya jalan sama cewek lain di depan mata dia sendiri?" pertanyaan di lempar balik oleh Saira.

"Maaf, aku harus ngelakuin itu," ujarnya dengan wajah tertunduk.

"Kenapa harus?"

"Soal itu, biar waktu yang jawab. Aku gak bisa jawab sekarang, tapi yang pasti aku punya alasan kenapa aku harus sampai deketin Lana," tolak Marel halus. Entah lah, tapi Saira masih merasa janggal dan justru menambah daftar pertanyaan dalam kepalanya saat ini juga.

Mengapa harus waktu yang menjawab? Memangnya apa alasan Marel sampai tidak mau mengatakan secara langsung?

Namun pada akhirnya, ia tidak ambil pusing. Dirinya tidak mau bertengkar terlalu lama dengan sang pacar. Kalau pun alasan itu cukup kuat, maka ia akan membiarkannya. Tetapi jika nanti Lana berlaku mulai seenaknya, maka jangan salahkan ketika nanti gadis itu masuk –minimal masuk rumah sakit atau lebih buruk masuk alam baka.

"Aku yakin kamu punya alasan yang cukup untuk menjalaskan semuanya. Tapi, pria yang buat kamu sampai seperti ini siapa? Orang gak akan buat kericuhan tanpa ada penyebab. Kali ini jangan minta waktu yang jawab," tekan Saira. Beberapa detik berlalu dan Marel masih belum menjawab.

"Rel?"

"Dia, orang yang sama dengan orang yang telah membunuh mama tujuh tahun lalu."

••☆••

Koridor pagi ini cukup ramai, entah itu ada yang bercanda atau sekedar berbincang sambil menunggu bel masuk berbunyi. Berbeda dengan tiga perempuan yang baru saja sampai di sekolah. Aya, Syasa, dan Saira mereka tiga orang tersebut. Syasa sibuk dengan ponsel, Aya yang asyik bernyanyi kecil dengan langkah riang, dan Saira yang berjalan dalam diam karna ia sudah mulai kesal.

Untuk yang ketiga kalinya, Marel datang bersama Lana dan itu di lihat kedua bola mata Saira sendiri. Marah maupun cemburu itu haknya bukan? Tapi ia mencoba menyimpan rasa itu dan satu saat nanti akan ia keluarkan bersamaan dengan ledakan. Ya, mungkin mulutnya diam dan terlihat biasa saja namun berbeda dengan isi pikirannya yang di penuhi dengan bagaimana cara ia menghabisi Lana nanti.

Terhitung sudah hampir dua minggu Saira menjalin hubungan dengan Marel. Jika kalian bertanya apakah Saira sudah memiliki perasaan terhadap Marel? Jawabannya belum, lalu mengapa gadis itu selalu cemburu ketika Marel dengan Lana? Kalau Saira tidak memiliki perasaan terhadap Maral, gadis itu juga seharusnya tidak merasa cemburu. Biar Syasa saja yang menjawab kali ini.

Menurutnya, apapun yang sudah menjadi milik Saira jangan harap kamu bisa merebutnya. Karna gadis itu memiliki ketakutan akan ditinggalkan. Maka, bagaimana pun caranya Saira akan mempertahankan kepemilikannya. Tanpa peduli jika nanti merenggut nyawa orang.

REVENGE: If You Loved You Lose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang