Part 40
|| Revenge ||★Sebelum mulai baca, boleh dong vote dulu gitu. Biar kita sama-sama enak:) And, sorry for typo's juga mungkin ada ejaan kata yang salah. Bisa dibantu koreksi di mana aja letak kesalahannya. Harap bijak jadi pembaca okey?★
So, happy reading bestie!
▪︎
▪︎
▪︎"Jangan kotori tanganmu dengan darah, Saira. Hidupmu masih terlalu panjang untuk di jelajahi. Gunakan sarung tangan, pakai senjata yang berada di laci meja, setelah itu lawan mereka."
Permintaan Candra dengan mudah di sanggupi sang anak. Tubuh berbalut jaket serta tangan yang juga terbungkus apik sarung tangan. Langkah tegap percaya diri membawa Saira keluar dari ruangan meninggalkan Candra dengan senyum kecil penuh bangga terhadap sang putri.
Di didik oleh pihak lawan cukup menguntungkan, jika pribadi yang sama saling berhadapan dan bertarung. Namun aura Saira sama kuat dengan Candra. Keduanya sama-sama memiliki sisi tersembunyi. Kata pertama yang dipikirkan ketika bertemu tak jauh dari kata sosok baik. Berbanding terbalik dengan pribadi asli mereka.
Candra percaya putri bungsu yang dirawat musuh itu, bisa dengan mudah mengalahkan lawan. Sementara pada sudut pandang berbeda, gadis itu mengintip dari ujung lorong. Keadaan semakin tidak terkendali, banyak orang tumbang. Satu yang menarik perhatian Saira, kekasihnya –orang dengan dendam itu berdiri dibelakang tiga orang anak buahnya sendiri.
Peluru terus melayang yang menimbulkan suara bersahutan, selanjutnya merupakan hal gila yang terjadi. Salah satu anak buah Zayn, melepaskan sebuah pintu besi, lalu melemparkan benda tersebut pada lawan. Saira segera keluar dari persembunyian dan melepaskan tembakkan beberapa kali. Beruntung, itu tepat sasaran mengenai kelompok Zayn.
Saira berlari memasuki sebuah ruangan luas dengan banyak meja tersusun. Gadis itu berlari ke pojok ruangan, bersembunyi di balik lemari. "Sial, kemana bocah itu?" gerutu seorang pria.
"Pa, aku menemukan Candra." Saira tahu betul suara siapa itu. Pemilik suara adalah orang yang sama dengan sosok berstatus kekasihnya. Itu Marel, dan dapat Saira tebak pria yang berbicara sebelumnya adalah kepala keluarga Zayn, Aldino.
"Suruh beberapa orang mencari anak bungsu pria menyebalkan itu. Kita harus fokus pada Candra sekarang." Setelah percakapan singkat, keduanya berlalu meninggalkan Saira yang kini harus berhadapan dengan sembilan orang anak buah Zayn.
Selagi bersembunyi, Saira mengisi senjatanya dengan peluru. Orang-orang itu mulai berdatangan, menghancurkan tataan meja yang rapi menjadi berantakan dengan brutal. Tiga menit berlalu, Saira keluar dari dalam lemari dan langsung melepas tembakan. Untuk satu orang, tidak hanya mendapat satu tembakan, ada juga yang mendapat tiga sampai empat kali.
Belum selesai, tiba-tiba mulut gadis itu di bekap dari belakang. "HMph–!" Karena terkejut dan panik, Saira berontak sayang tidak ada gunanya. Gadis bungsu Darrenzo itu di bawa melewati lorong yang panjang tanpa ada siapa pun menjadi saksi.
••☆••
"Jangan bilang kau kehilangan dia lagi." Suara menuntut penuh emosi terdengar menggema pada ruangan yang terbilang luas. Pria yang masih memiliki tubuh atletis pada usianya yang sudah hampir melebihi setengah abad.
Sosok lain yang berhadapan dengan pria itu hanya tertunduk diam dengan hati tak karuan penuh ketakutan. "Maaf, Bos." Hanya dengan dua kata itu, Kevan mampu melayangkan kepalan tangan pada wajah sang anak buah tanpa beban.
Brak!
"BODOH! GAK BECUS KALIAN!" pekik Kevan setelah menggebrak meja dengan kencang. Barang-barang yang berada di atas meja bahkan ikut bergetar juga ada yang jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
REVENGE: If You Loved You Lose [END]
Mystery / ThrillerPembalasan dendam berbalut egois dalam diri mampu menghancurkan banyak hal. ••☆•• Tragedi kala usia belia yang menimpa Matel dan Saira bertahun-tahun lalu. Marel harus menerima kematian sang ibu dengan mengingat wajah pelaku pembunuhan. Sementara S...