05 || Revenge

87 8 0
                                    

Part 5

|| Revenge || 

★Sebelum mulai baca, boleh dong vote dulu gitu. Biar kita sama-sama enak:) And, sorry for typo's juga mungkin ada ejaan kata yang salah. Bisa dibantu koreksi di mana aja letak kesalahannya. Harap bijak jadi pembaca okey?★ 

So, happy reading bestie!

▪︎

▪︎

▪︎

Hari sudah sore, sekolah telah bubar tentunya. Dan sepasang kekasih itu tengah menyusuri trotoar menuju cafe tempat Saira bekerja. Keduanya tengah berdebat soal pekerjaan paruh waktu sang wanita.

Marel meminta Saira untuk berhenti bekerja dan setelahnya ia yang akan membayar semua kebutuhan Saira. Gadis itu tentu saja menolak keras, karna memang ia tidak mau membebankan kebutuhan hidupnya pada Marel.

"Gak usah kak, gapapa. Aku bisa nyari uang sendiri," ujar Saira masih menolak.

"Gapapa ra, ya anggap aja lagi latihan buat rumah tangga nanti gitu." Saira membelakkan matanya terkejut. "Apa sih!"

Laki-laki itu tertawa kecil setelah mendapat pukulan dari gadisnya. Omong-omong, motor Marel masih terparkir apik di parkiran sekolah. Ia bilang, nanti akan ia ambil kembali dan sementara dititipkan pada penjaga sekolah.

Sampai di cafe, tanpa basa-basi Marel langsung menghampiri ruang manager disana. Sementara Saira pergi mengganti bajunya. Beberapa pekerja lain yang melihatnya tidak terlalu mengambil pusing hal itu dan kembali fokus bekerja.

Sementara di dalam ruang manager sana, Marel tengah mengurus surat pengunduran diri Saira. Marel tetap Marel, laki-laki yang keras kepala dan tidak peduli resiko kedepannya. Saira sudah memulai pekerjaannya dibagian kasir.

Manager serta Marel keluar dari ruangan itu. Seluruh pekerja diminta berkumpul sebentar, dan untungnya hanya ada beberapa pelanggan disini.

"Jadi, mulai hari ini salah satu rekan kita tidak bisa ikut bekerja sementara. Ini hanya berlangsung 6 bulan, setelahnya ia akan kembali bekerja," jelas sang manager to the point.

Salah seorang pelayan mengangkat tangan, "Maaf, rekan yang bapak maksud siapa ya?"

Si manager kemudian menunjuk Saira, "Kamu, Saira," katanya.

"Mulai hari ini kamu berhenti dulu ra, sampai 6 bulan kedepan." Tidak ada yang bisa Saira lakukan selain mengangguk paham.

Lima belas menit setelahnya, Saira dan Marel keluar dari cafe setelah berpamitan dengan baik. Keduanya kembali berjalan menyusuri trotoar kini, tujuan mereka adalah halte bus. Sepanjang jalan, Saira tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Membuat sang pria heran tentunya.

"Ra."

"Ya?"

"Kenapa, Marah ya?"

"Nggak, cuman kalo aku gak kerja nanti aku gak punya kesibukan dong. Aku paling gak bisa kalo diem doang di rumah."

"Kalo itu yang kamu pikirin sekarang, kamu tinggal dateng ke rumah aku terus main sama Mina. Kasian dia di rumah gak ada yang bisa di ajak main," saran Marel sambil mengelus kepala Saira lembut.

"Boleh?" tanya-nya sedikit ragu.

"Kenapa juga gak boleh? Boleh dong!" serunya.

Senyum terukir indah dibibir Saira. Hari semakin sore, kendaraan yang berlalu lalang semakin banyak, faktor jam pulang kerja. Angin bertiup kencang beberapa kali dengan hawa dingin menerpa.

REVENGE: If You Loved You Lose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang