38 || Revenge

16 2 0
                                    

Part 38
|| Revenge ||

★Sebelum mulai baca, boleh dong vote dulu gitu. Biar kita sama-sama enak:) And, sorry for typo's juga mungkin ada ejaan kata yang salah. Bisa dibantu koreksi di mana aja letak kesalahannya. Harap bijak jadi pembaca okey?★

So, happy reading bestie!
▪︎
▪︎
▪︎

Jam masih menunjukkan pukul 03.45 pagi, namun bel pada kediaman keluarga Zayn itu telah berbunyi berkali-kali. Sehingga para penghuni rumah terganggu tidurnya. Si sulung terbangun, ia berjalan dengan lunglai keluar kamar. Anak itu berpapasan dengan adiknya, Melvino.

Sama-sama dengan wajah khas bangun tidur, kedua laki-laki itu berjalan ke pintu utama masuk rumah. Marel yang masih dilelung rasa kantuk malah duduk di sofa dan menyandarkan kepalanya. Berbeda dengan Melvino yang membuka pintu rumah.

Kesadaran anak berusia 17 tahun itu belum terkumpul penuh, tangan kanan Melvino mengucek kedua matanya, serta mulut yang menguap. "Mami ganggu tidur kamu ya, Vin? Maaf ya, Mami harus dateng dini hari begini." Suara itu terdengar jelas kala memasuki gendang telinga Melvino.

Melvino mengerjapkan mata, dan pada akhirnya ia tahu siapa sosok dihadapan yang terus menekan bel. Itu adalah Diana, wanita yang berprofesi sebagai model dan ibu kandung dari Melvino. Pemuda yang tidak memiliki banyak waktu dengan sang ibu itu lantas langsung memeluk Diana sambil berteriak layaknya anak kecil, "Mami!"

Diana hampir saja terjatuh ke belakang jika tubuh wanita itu tidak kuat menopang. Melvino itu sekarang lebih tinggi dari Diana. Proporsi tubuh sang anak lebih besar. Diana merasa seperti seorang adik jika berdampingan dengan Melvino. Diana sendiri memang awet muda, bahkan lipatan pada wajahnya saja tersembunyi, benar-benar tidak terlihat.

Marel yang mulai kembali menyelami mimpi terpaksa harus kembali bangun akibat teriakan tidak kira-kira Melvino. Rasa kesal menjalar dalam tubuh. "Astaga, Vin. Jangan teriak, orang gak ada maling juga. Lo teriak kek nyiduk maling aja aelah," gerutu Marel dengan langkah kaki yang menghampiri Melvino.

"Apa sih, kok maling? Orang gak ada maling idih," balas Melvino tak terima.

"Berisik, Vin. Teriak-teriak gitu mana masih pagi buta," timpal Marel.

Diana tahu, Marel masih belum menyadari kehadiarannya, lantas ia berujuar, "dengerin abang kamu, Vin. Tadi kamu teriak sampai bikin telinga Mami sakit tau."

Kedua kakak beradik itu menoleh pada Diana. "Oh tante, maaf nih malah jadi ribut gini," kata Marel yang segera menyalimi Diana dengan sopan. Melvino yang menyaksikan hal tersebut diam seribu bahasa.

"Vino belum salim ya sama Mami? Hehe." Cengiran keluar dari mulut Melvino yang secara spontan Marel berikan delikkan tajam lengkap dengan jitakkan kerasnya.

Melvino mengaduh kesakitan, tangan kanan ia gosokkan pada dahi yang menjadi korban penjitakkan tak beradab Marel. "Mi, liat tuh! Bang Arel ngeselin tingkat akhir!" cepu Melvino. Marel kembali mendelik tajam. Apa-apaan ini? Cih, pengadu. Gerutu si sulung dalam hati. Awal memang hanya membatin, tapi ujungnya tetap keluar dari mulut.

"Umur berapa sih lo? Cepuan, kayak bocah TK aja! Malu tuh sama mantan-mantan lu yang bejibun!" cibir Marel. Bibir Melvino komat-kamit mengeluarkan umpatan tanpa suara pada Marel.

"Gak usah bocorin napa bang," gumam Melvino dengan penekanan keras.

"Apa lo?" Bukan berhenti, Marel justru semakin gencar menjahili Melvino.

"Eh kok ributnya malah tambah panjang sih? Udah dong, masa ini Mami gak di suruh masuk? Dingin tau," ujar Diana menengahi.

"Oh iya, ayo Mamiku tercinta kita masuk ke dalam. Biarin aja manusia nyebelin ini di luar sendirian, sekalian aja digondol tante girang." Melvino merangkul Diana dan membawa sang ibu masuk ke dalam. Baru beberapa langkah melaju, wajah Melvino menoleh pada Marel. Anak itu menjulurkan lidahnya mengejek. Marel diam dengan air muka tercengang, adik yang menyebalkan sekali memang Melvino itu.

REVENGE: If You Loved You Lose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang