10 || Revenge

61 7 1
                                    

Part 10

|| Revenge || 

Hadir gak? Enggak ya, yaudah

★Sebelum mulai baca, boleh dong vote dulu gitu. Biar kita sama-sama enak:) And, sorry for typo's juga mungkin ada ejaan kata yang salah. Bisa dibantu koreksi di mana aja letak kesalahannya. Harap bijak jadi pembaca okey?★ 

So, happy reading bestie!

▪︎

▪︎

▪︎

"Saira."

Saira menoleh ke belakang. Begitu Ia melihat siapa yang memanggilnya, kedua bola matanya terbelak kaget.

"Arel?"

Orang yang baru sjaa memanggilnya adalah Marel. Lalu, mengapa Saira terkujut? Itu karna pakaian Marel yang sudah terlihat kotor, dengan noda-noda darah di sana. Bahkan pada bagian siku kanan Marel masih banyak mengeluarkan darah, tidak berbeda dengan yang terjadi pada dahinya dan tangan Saira.

"Kita harus pergi dari sini. Motor milik Vino udah aku pindahin. Ke tempat yang aman, selama mereka belum menemukan kita, kita harus lebih dahulu kabur. Ya?"

"Tapi, Arel yakin? Tangan Arel luka lho."

"Kita bisa obatin ini setelah sampai di kota. Tangan kamu juga luka kalau kamu lupa Ra." Saira bergeming, tangan dan lututnya berdarah dan masih belum kering. Luka baru, sulit untuk menyembuhkannya dengan cepat.

Dengan langkah yang di buat se damai mungkin, Marel dan Saira pergi ke arah utara hutan. Jaraknya cukup jauh dari mansion itu. Jangan tanya dulu bagaimana Marel bisa bebas. Yang terpenting saat ini adalah keselamatan mereka dari penjaga-penjaga gila itu.

Setelah berjalan selama 45 menit, mereka akhirnya sampai di tempat motor Vino terparkir. Mereka harus segera kembali ke kota, hari sudah mulai siang. Takut jika orang rumah khawatir.

"Arel, kita semakin jauh dari kota. Kau tau itu," ujar Saira sedikit ragu.

"Tenang lah, kita akan kembali ke kota dengan selamat. Meskipun harus menempuh jarak yang lebih jauh lagi. Percaya padaku." Saira mengangguk yakin.

Helm yang dibawa Saira sebelumnya hanya satu, namun sekarang ada dua. Ku tebak Marel mencurinya dari penjara berkedok mansion itu. Helm telah terpasang, keduanya telah terduduk di atas motor. Marel segera melajukannya dengan kecepatan tinggi.

Berkendara dengan tangan yang terluka, tidak menyulitkan putra sulung keluarga Zayn ini. Saira memeluk Marel dengan erat. Hanya melihat luka di tubuh Marel saja mampu membuatnya merinding. Ia bisa merasakan bagaimana perih nya itu.

Matahari semakin naik, Saira pikir ini bisa saja sudah pukul 11.30. Tak lama mereka keluar dari hutan. Perjalanan masih belum berakhir, bahkan masih jauh. Mereka ada di daerah pedesaan, setelah ini mereka harus melewati rute gunung mengikuti bus wisata dari kota mereka.

Sebelum itu, Marel menghentikan motor di depan apotek. Keduanya kemudian duduk di bangku yang terletak di depan. Seorang wanita yang merupakan salah satu warga di sana melihat, lalu menghampiri Marel.

"Permisi tuan dan nona, maaf mengganggu waktunya. Tapi, apa sebelumnya kalian mengalami kecelakaan? Luka kalian tampaknya cukup parah, akan ku antar ke klinik jika boleh," ujarnya sopan.

"Tidak. Kami hanya mengalami sedikit masalah di hutan. Dan terima kasih untuk tawarannya, tapi maaf tidak perlu. Kami akan mengobatinya sendiri," tolak Saira ramah.

REVENGE: If You Loved You Lose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang