PART #24

4 0 0
                                    

Tiba-tiba semua menjadi gelap, lampu kamar pun hidup dan mati dengan waktu bersamaan. Rara yang sedari tadi melamun menjadi panik dan histeris, semuanya tak bisa dikendalikan. Ia mencoba mencari ponselnya diatas meja dan malah tak sengaja menjatuhkan air yang ada disana. Semuanya berubah seketika menjadi tak tentu, berantakan dan gelap.

Rara sendiri tak bisa mengendalikan dirinya. Bayangan hitam mulai bermunculan disekelilingnya sekarang, bahkan suara suara aneh pun mulai didengar.

" mama hiks abang aku takutt hiks" ucap nya parau dengan sesegukan.

" hiks po-ponsel aku mana hiks, Jeje hikss aku takut "

" Kak Agas hikss a-aku takut " racau Rara dengan bersimpuh dilantai.

Bayangan - bayangan hitam pun mulai ada disekitar Rara, suara suara aneh mulai terdengar.

" KAMU TIDAK PANTAS HIDUP LAGI!"

" UNTUK APA KAMU HIDUP?"

" SEMUANYA SUDAH PERGI"

" IKUTLAH DENGAN MEREKA, PERGILAHH!"

" PERGIIIIII!!!!!!!!!"

Suara itu terus bergema diruangan Rara, keadaan malam ini seolah ingin menerkam nya. Selama 16 tahun hidup, ini untuk pertama kalinya ia mengalami hal semacam ini. Banyak pertanyaan yang muncul dikepala nya, apa ini dan mengapa semua ini terjadi? Kemana perginya Dira? Sungguh hal ini membuatnya sangat bingung, semuanya seolah teka teki yang harus dipecahkan. Jika kalau tak berhasil dijawab, maka semua ini akan terus terjadi.

Suara-suara itu semakin bergema, terdengar jelas ditelinga Rara. Dia sendiri pun sampai tak sanggup berkata lagi atau sekedar menopang tubuhnya sendiri. Tangis Rara semakin keras, kondisi kamar yang berantakan. Buku-buku yang berserakan dibawah, angin dari balkon yang sangat kencang. Serta pecahan gelas dan tumpahan air dilantai menjadi satu.

Rara sendiri tak menemukan ponselnya, ia tak bisa melihat dimana ponselnya jatuh. Semuanya sangat kacau, Rara pun terlihat sangat berantakan. Disela-sela tangisnya, ia tak sengaja menyentuh beling pecahan gelas tadi didekat kakinya. Pikiran nya melayang jauh memikirkan perkataan  dari suara-suara yang ia dengar tadi. Semuanya begitu cepat, gerakan Rara menggores tangannya pun sangat gesit. Darah mengalir deras pada pergelangan tangan Rara, dicampur dengan air mata nya yang terus mengalir deras.

Bau anyir dimana-mana, membuat kondisi Rara semakin kacau. Tak ada yang tau, dan tak ada yang mendengar apa yang terjadi pada malam itu. Semua seolah seperti mimpi namun sakitnya terasa nyata. Malam itu menjadi saksi bisu dari apa yang dialami oleh Rara, juga sekaligus penentu bagaimana seorang Rara selanjutnya setelah ini.  Perlahan kesadaran Rara menipis, semua terlihat begitu buram. Bahkan objek sekelilingnya terlihat melayang, bau darahpun semakin tercium keras.

......................

Malam pun berganti pagi, matahari pagi terasa sangat hangat. Pagi ini pun tak begitu dingin seperti biasanya. Setelah selesai bersiap Jeje berniat akan menjemput Rara hari ini untuk berangkat bersama. Sekarang sudah pukul 6.05 dan Jeje sudah sampai didepan pintu rumah Rara. Rumah nya terasa sangat sunyi, sudah 3 kali lebih Jeje membunyikan bel rumah tapi masih tak ada jawaban dari dalam. Terasa berbeda, tak ada lagi sapaan dari bibi, bahkan satpam pun tak ada pagi ini. Mungkin sudah pulang pikir Jeje.

Sekitar 15 menit menunggu, sampai saat ini masih tak ada jawaban dari dalam. Jeje saat ini mulai gelisah, namun masih berusaha untuk menepis pikiran buruk yang datang. Karena lama menunggu, ia pun berniat masuk kedalam. Jangan tanyakan Jeje mendapat kunci darimana, karena dia sudah memutuskan untuk membeli kunci yang bisa dipakai disemua pintu.

AKU DAN CERITAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang