Jam sudah menunjukkan pukul 6 sore, bahkan sampai saat ini Agas sendiri tak menemukan jalan keluar dari masalah ini.
Rumah sakit juga sudah berusaha untuk mencarikan donor darah yang sama dengan Rara namun sangat sulit menemukan golongan darah itu. Sedangkan kondisi Rara didalam sangat lah rentan, ia hanya punya waktu sedikit untuk bertahan.
Lama melamun, Agas dikagetkan dengan kedatangan Jeje yang masih memakai baju sekolah tadi pagi.
" Rara gimana kak?" tanya Jeje dengan nafas terengah-engah.
" bisa²nya lo sekolah santai sedangkan temen lo sendiri lagi perlu lo. temen macam apa sih lo" sahut Agas sinis.
" gue ga sekolah brengsek, gue jemput orang tua gue untuk pulang ke jakarta" jawab Jeje dengan nada membentak.
" apa hubungan nya orang tua lo sama Rara, dia kritis sekarang anjinggg!!" bentak Agas balik.
" BOKAP GUE PUNYA DARAH O BANGSAT, GUE JUGA BERJUANG BUAT SAHABAT GUE BUKAN LO AJA!!" teriak Jeje didepan Agas.
" sorry huhh, gue kelepasan sorry" sambung Jeje pelan sambil duduk.
" sorry, gue asal nuduh lo tadi" ucap Agas merasa bersalah.
" no problem kak, mereka lagi di lab untuk donor darah nya" sahut Jeje.
" lo ga ngabarin ortu kak, secara lo seharian disini?" tanya Jeje.
" mereka gak ada di Indonesia sekarang" sahut Agas sambil menatap ruang ICU.
" dia ga akan kenapa², dia gadis kuat" ucap Jeje yang peka akan perasaan khawatir Agas pada Rara.
Sekitar 20 menit menunggu, akhirnya dokter datang bersama perawat lainnya memasuki ruangan ICU dengan membawa beberapa kantong darah.
Bersamaan dengan itu juga datang orang tua Jeje.
" mami papi" ucap Jeje berlari memeluk papi nya.
" papi makasii udah bantuan aku, mami juga makasi yaa" ucap nya didalam pelukan papi nya.
" sayang its okay, semuanya untuk kamu" sahut papi nya sambil mencium kening putri satu²nya.
" gimana kondisi sahabat kamu sekarang?" tanya mami Jeje.
" belum ada info dari dokter mi, kita juga masih nunggu hasil nya" sahut Jeje.
Berselang 30 menit menunggu, akhirnya dokter pun keluar dari ruang ICU.
" gimana dok kondisi nya?" tanya Agas menghampiri dokter itu.
" belum stabil, namun sudah bisa menerima donor darah yang saya berikan tadi" jawab dokter itu.
" huhh alhamdulillah, tapi dia bakal sembuh kan dok?" tanya Jeje.
" dari prediksi medis, pasien akan bisa melewati masa kritis nya" sahur dokter tersebut.
" ya sudah kalau gitu, mami dan papi harus pergi dulu yaa. kita ga bisa lama², titip salam yaa untuk sahabat kamu. next time we can meet okay sayang?" ucap papi Jeje.
" thank you so much mami papi, kalian take care and always give me info, right?" sahut Jeje sambil memeluk mereka.
" of course sayang, kita pergi dulu yaa. dokter kami pamit dulu, jaga pasien yaa dan nak kami pergi dulu " ucap mami Jeje pada dokter dan Agas.
" baik bu pak " sahut dokter tersebut.
" Terimakasih tante om, saya berhutang sama kalian, semoga selamat sampai tujuan ya " sahut Agas sopan.
" Terimakasih kembali " ucap mereka lalu pergi.
" dokter berapa hari Rara akan sadar?" tanya Jeje.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU DAN CERITAKU
Teen FictionIni tentang aku yang selalu mengeluh pada semesta mengenai takdir ku. Tentang aku yang sangat membenci senja, sebab senjalah yang menjadi saksi bisu hari terakhir bahagia didalam hidupku. Akankah aku mampu menjalani ceritaku yang berdampingan dengan...