" stef kuat ya, sabar lagi bentar kita sampai kok" ucap Jeje, sambil memangku sahabat nya yang sudah dipenuhi darah.
" shittt!!" umpat Fano didepan.
Kejadian ini membuat Jeje dejavu. Apakah kalian ingat sewaktu Rara juga kecelakaan kecil disekolah? Lalu dibawa kerumah sakit oleh Agas dan Jeje??
Yaa. Hal itu yang membuat Jeje dejavu. Air mata nya kembali jatuh, mengingat betapa seru nya dulu pertemanan nya antara Rara dan Agas. Namun sekarang hanya tinggal ia dan Rara.
.
.20 menit menempuh perjalanan, akhirnya mereka sampai dirumah sakit. Buru" Fano turun dan berlari menuju UGD sambil menggendong adiknya.
Lalu segera ditangani oleh para dokter dan perawat disana.
Sedangkan Fano dan Jeje menunggu, menunggu informasi dari dokter dengan pikiran yang gelisah. Dan juga campuran emosi didalam nya.
Tiba" para perawat berlarian. Membuat Fano dan Jeje bingung ada apa.
" tunggu, ada apa?" tanya Fano mencegat salah satu perawat.
" kami harus menyiapkan ruang ICU segera, permisi" sahut perawat itu lalu segera pergi darisana.
" ICU??" beo Jeje.
.
.
.Saat ini, kedua sejoli itu sedang menunggu didepan ruang ICU. Yaa, kini Rara sudah berada di ruang ICU yang dimana sedang ditangani oleh para dokter.
Sudah 30 menit lebih, masih tak ada informasi apapun yang mereka terima dari dokter. Saat masih sibuk dengan pikiran masing", Fano mengambil telepon nya dan menelpon satu no.
" halo, ada apa?" tanya orang diseberang sana.
" bawa anak itu ke kantor polisi sekarang" ucap Fano, yang mengundang perhatian Jeje.
" baik, ada lagi?"
" tidak" sahut Fano, lalu mematikan sepihak.
" apa dia dipenjara?" tanya Jeje.
" hmm, tergantung polisi sekarang" jawab Fano.
" apa kita ga perlu kesana kak?"
" nanti, saat Fani sadar" sahut Fano, yang dibalas anggukan oleh Jeje.
Beberapa saat setelah nya, dokter pun keluar dari ruangan. Datang menghampiri Fano dan Jeje.
" bagaimana? apa adik saya baik² saja?" tanya Fano tak sabar.
" huhff, saya kembali menangani pasien ini" sahut dokter itu, dengan mimik wajah yang tak bisa diartikan.
" jawab dok! gimana sahabat saya?" desak Jeje.
" maaf" ucap dokter itu menunduk.
" maaf saya gagal" imbuh nya.
" maksud lo apa?" sentak Jeje.
" pasien gagal diselamatkan, pukul satu siang adalah waktu kematian pasien"
Jawaban dari dokter itu membuat keduanya terdiam. Hanya diam. Tak ada ucapan apapun.
" ini bohong kan?" tanya Jeje pelan dengan sorot mata yang kosong.
" INI BOHONG KAN DOK?!" teriak Jeje lalu tangis nya pecah begitu saja.
" kalian bisa menemui nya sekarang, sebelum alat medis dicabut dari tubuh nya" ucap dokter itu, lalu pergi dengan wajah lesu.
Sedangkan Fano? Ia masih diam ditempat. Tak ada ekspresi yang bisa ia tunjukan. Dan tak ada kata" yang bisa ia ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU DAN CERITAKU
Teen FictionIni tentang aku yang selalu mengeluh pada semesta mengenai takdir ku. Tentang aku yang sangat membenci senja, sebab senjalah yang menjadi saksi bisu hari terakhir bahagia didalam hidupku. Akankah aku mampu menjalani ceritaku yang berdampingan dengan...