Setelah acara semalam, mereka pulang sekitar pukul 10 malam.
Pagi ini seperti biasa, Rara diantar oleh abang nya ke sekolah.
Tak ada yang menarik, semuanya biasa saja. Ya sama seperti biasanya.
.
.
.Pulang sekolah, Rara dijemput oleh abang nya. Namun ada informasi yang membuat nya sedih. Fano harus kembali ke London hari ini juga, karena ada masalah yang harus ditangani oleh nya sendiri.
Hal itu membuat Rara sedih, seharusnya ia bisa menikmati sehari lagi dengan abang nya. Namun, semua harapan nya lenyap begitu saja.
Memang, jika kita terlalu banyak berharap ujung nya akan menimbulkan sakit. Mengapa? Karena berharap dengan manusia sama saja mengukir luka.
Yasudah lupakan saja hal itu. Sekarang mereka berdua sedang berada di ruang tamu.
" sayang, maaf" ucap Fano pada adik nya, dengan perasaan bersalah.
" apa yang harus dimaafkan, sedangkan gak ada yang salah bukan?" tanya balik Rara, dengan sorot sedih nya.
" maaf tak bisa menepati janji pada mu"
" tak apa, aku akan baik² saja"
" saya janji akan pulang cepat untuk mu"
" tidak, jangan berjanji lagi dengan ku. aku sudah cukup sakit dengan janji mu itu" sahut Rara cepat, mata nya sudah berkaca kaca.
" kali ini, janji itu akan ditepati"
" sudah lah, berhenti untuk memberi janji. aku sudah lelah dengan beribu janji yang aku dengar." jawab Rara, menunduk, menyembunyikan air mata nya yang jatuh.
" maaf sayang, maaf"
" jangan meminta maaf, maaf mu tak menghilangkan luka ku"
" ini semua karena keadaan, bahkan saya tak bisa berbuat apapun" ucap Fano dengan nada frustasi.
" lalu apakah kita bisa menyalahkan keadaan? tidak. mau bagaimana pun keadaan nya, siapapun yang salah, tetap saja aku terluka. jadi tolong jangan jelaskan apapun. aku akan terlihat baik² saja, meskipun rasa nya sangat sakit" ucap Rara, dengan air mata yang sudah membasahi pipi nya.
" aku tak apa, aku hanya hancur dengan harapan ku sendiri" imbuh nya.
" abang pergi aja, aku baik² disini. jangan lupa kabarin, aku mau istirahat" ucap Rara, lalu pergi naik ke kamar nya.
" maaf kan Fano ma pa, jaga Fani disini" gumam Fano, lalu pergi meninggalkan rumah.
.
.
.Di sisi lain, Jeje juga menangis di kamar nya. Mengapa?
Karena informasi mendadak dari Fano membuat nya sakit. Bahkan ia tak sempat berbicara banyak dengan gebetan nya itu. Yasudah, mau bagaimana lagi.
Pesan yang ditinggalkan Fano untuk nya ialah untuk selalu menjaga adik nya yaitu tak lain sahabat nya sendiri. Karena bahkan Fano sendiri pun tak tau kapan bisa pulang.
.
.Seharian menangis, lalu tertidur. Itu lah yang dilakukan Rara hari ini.
Saat ini sudah pukul 8 malam. Ia bahkan sama sekali belum menyentuh nasi. Bahkan wajah nya pun pucat.
Dengan malas ia beranjak menuju toilet dan bersiap untuk mandi.
Sekitar 25 menit, ia sedikit terlihat lebih segar dari sebelum nya. Rara turun, menuju dapur karena akan memasak untuk dirinya. Di meja makan ia menemukan 2 blackcard dan secarik kertas yang berisi 'too Fani, i love you'.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU DAN CERITAKU
Teen FictionIni tentang aku yang selalu mengeluh pada semesta mengenai takdir ku. Tentang aku yang sangat membenci senja, sebab senjalah yang menjadi saksi bisu hari terakhir bahagia didalam hidupku. Akankah aku mampu menjalani ceritaku yang berdampingan dengan...