Pagi hari ini, sekitar jam 6 Rara sudah dipindahkan ke ruang inap.
Tak ada yang tau mengenai Rara dirumah sakit, hanya Jeje dan Agas.
Sampai saat ini pun Rara masih enggan membuka matanya. Tidur yang sangat lelap dengan wajah pucat nya. Tubuh yang mengurus, tidurnya begitu damai seolah tak ada yang harus menjadi alasannya untuk bertahan hidup.
Hati Agas sangat sakit ketika melihat gadis nya seperti ini. Berbaring tak berdaya dengan berbagai selang yang menancap didada, dan oksigen. Tangan yang di infus dan juga satunya berbalut perban bekas luka.
Pagi² sekali Jeje sudah pamit dulu untuk bersiap ke sekolah. Bagaimana pun dia harus memberi kabar update kepada wali kelas mengenai Rara. Tentunya ini dirahasiakan. Mengapa? Jika seluruh sekolah tau, maka akan sangat berbahaya untuk Rara sendiri. Para murid disana tak semua bisa mengerti kondisi Rara saat ini, bisa saja sebagian dari mereka memberikan tanggapan buruknya dan itu akan membuat Rara semakin parah.
Pagi pun sudah lewat, bahkan Agas sendiri sudah mandi dan makan siang. Sebentar lagi Jeje akan datang dan menemani Rara sore sampai malam, tapi bahkan Rara sendiri belum mau membuka matanya.
Saat Agas sedang asik bermain game di ponsel nya untuk mengusir rasa kantuk, tiba" dia tak sengaja melihat pergerakan jari tangan Rara. Itu cukup membuat nya kaget dan melupakan ponsel nya.
" heyy sayang, ayoo buka mata kamu" ucap Agas sambil mencium kening Rara lembut.
" sayang, kamu ga kangen sama aku?"
" sehat yaa, kalau sehat kita ke pasar malem lagi aku janji" monolog nya dengan menahan air mata.
15 menit berlalu, Agas masih tetap memandangi gadis nya itu. Namun secara tiba" mata Rara perlahan terbuka, pelan namun pasti membuat Agas senang.
" emmm air" ucap Rara dengan suara serak.
" ini minum dulu, pelan²" sahut Agas sambil memberi nya minum dengan pelan.
" istirahat dulu oke, mau dipanggil dokter?" tanya Agas yang dijawab gelengan oleh Rara.
" yaudah istirahat dulu,"
cup
Setelah mengecup lembut kening gadis nya, Rara pun kembali memejamkan mata nya.
Hari pun sudah mulai sore. Saat ini pukul 2 siang, Jeje pun sudah ada di ruang inap Rara. Namun Rara sendiri masih belum bangun, kata dokter karena efek obat yang diberikan.
" Je gue mau pergi dulu, lo jagain dia dulu ya" ucap Agas yang bersiap untuk pergi.
" oke kak, tenang aja gue jagain kok " balas Jeje sambil bermain ponsel.
" thanks" balas Agas lalu pergi dari ruangan entah kemana.
Hari pun sudah mulai malam, 10 menit yang Rara telah bangun dari tidurnya. Jeje pun juga tadi membantu Rara membersihkan dirinya.
" Je bilangin makasi ya sama orang tua kamu udah bantuin aku " ucap Rara entah sudah berapa kali sejak mendengar bahwa darah yang ia dapatkan adalah bantuan donor dari orang tua Jeje.
" santai aja kali stef, lo daritadi prasaan itu mulu yang dibilang " sahut Jeje sambil mengupas buah.
" hmmm abang kenapa gabisa pulang ya?" monolog Rara sambil menunduk.
" udahh, kakak lo itu mungkin disana juga terhalang padahal dia juga pengen bisa ada disamping lo sekarang " jawab Jeje meyakinkan Rara agar tak terbawa pikiran.
" iyaa "
" jangan dibawa pikiran ya, nanti lo sakit lagi. kalo lo sakit gue sama siapa dong main " keluh Jeje sambil menyuapkan buah pada Rara.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU DAN CERITAKU
Teen FictionIni tentang aku yang selalu mengeluh pada semesta mengenai takdir ku. Tentang aku yang sangat membenci senja, sebab senjalah yang menjadi saksi bisu hari terakhir bahagia didalam hidupku. Akankah aku mampu menjalani ceritaku yang berdampingan dengan...