PART #50

2 0 0
                                    

" Jera" panggil Fano.

Yap Fano lah yang memeluk Jeje. Entah bagaimana caranya, ia sudah bisa ada disini.

" hiks, di-dia jahat kak hiks" tangis Jeje pecah dipelukan Fano.

Fano sendiri tak bisa menjawab apapun, bahkan kini ia sendiri juga bingung harus berbuat apa.

Kejadian ini sama sekali tidak diduga, siapa yang akan menduga nya?.

" aku harus jelasin apa kak nanti sama stef?"

" gimana nanti, aku harus jelasin apa ke orang tua kak Agas?"

" apa semua ini kak hiks, aku harus gimana hiks"

Racauan demi racauan keluar dari mulut Jeje. Bahkan saat ini ia tidak punya tenaga lagi untuk menopang tubuh nya sendiri.

" sudah, mari keluar" ajak Fano, lalu membantu Jeje berdiri.

Seumur², Jeje baru merasakan luka yang begitu sakit. Bahkan sebelumnya ia tak pernah menangis seperti ini. Rasanya ia ingin tidur lalu terbangun dan semua ini hanyalah mimpi.

" tunggu kak" ucap Jeje, saat sudah diambang pintu lalu berbalik menemui mayat Agas.

Mayat?? Yaa. Raga itu kini sudah tak bergerak lagi. Tak seperti biasanya, wajah yang terukir rapi itu kini terlihat sangat damai. Mata yang tertutup dengan sisa air mata diujung nya. Seolah ia sudah menyiapkan ini dari jauh² hari. Bahkan saat seperti ini pun, seorang Agastian masih sangat tampan dengan wajah pucat nya.

" makasih" ucap Jeje, dengan memandang lekat² kekasih dari sahabat nya itu.

" makasih untuk selama ini, 3 bulan lebih gue kenal lo dan dalam waktu itu setidaknya lo berhasil mengukir cerita indah"

" maaf, gue belum bisa jadi temen yang baik buat lo. gue janji akan jagain pacar lo, gue pamit kak." ucap Jeje, dengan air mata yang kembali membasahi pipi nya.

Setelah itu ia dan Fano pergi dari ruangan itu. Ruangan yang penuh duka dan luka. Kini Agas akan dipindahkan ke ruang mayat bersama mayat lainnya sembari menunggu orang tua Agas.

.
.
.

Saat ini, Fano dan Jeje sedang duduk didepan ruang ICU. Hanya duduk dan diam, tanpa suara apapun. Keduanya sama² larut dalam pikiran mereka masing². Tak ada yang harus dilakukan. Saat ini, mereka masih mencerna atas apa yang terjadi. Apakah ini nyata??

Sembari itu, Jeje memutuskan untuk keluar dari sana. Ia menuju taman rumah sakit, sekedar untuk menenangkan dirinya.

Di taman rumah sakit ini, hanya ada dirinya. Saat sedang asik melamun, ia pun teringat akan beberapa kertas  yang diberikan dokter tadi. Lalu perlahan, tangan nya mengambil kertas tersebut didalam tas nya.

Ada 3 lembar kertas yang dilipat serapi mungkin. Didepan kertas itu sudah berisi nama² penerima. Ada Jeje, Bunda&Ayah, lalu yang terakhir Rara. Melihat itu kembali membuat mata Jeje memanas.

Perlahan ia mengambil surat yang berisi nama nya. Lalu menyimpan 2 surat sisa nya kedalam tas.

Dengan 1 tarikan nafas nya, ia membuka isi surat itu. Ada beberapa baris kalimat disana. Tertulis cukup rapi namun masih ada kesan berantakan.

* Dear Jeje...

Hai Je, ini gue orang yang menurut lo paling nyebelin.
Pertama gue minta maaf kalau selama ini gue udah kelewatan sama lo. Gue minta maaf tanpa lo suruh dan dari hati gue.
Kedua, gue minta maaf karena gue gak bisa bertahan lebih lama lagi. Lo mungkin baca surat ini setelah lo liat mayat gue.
Tolong jagain Rara ya, setidaknya lo harus buat dia percaya bahwa ini semua atas kemauan gue.
Buat dia bahagia, seolah dia lupa sama gue.
Gue cukup seneng bisa temenan sama lo, meskipun lo cewek ngeselin. Tapi, i say thank you for you.
Ini yang terakhir, Rara dalam bahaya. Ada ancaman serius untuk dia, hati-hati karena musuh bisa aja ada di dekat kalian.
Gue titip Rara sama lo dan Fano ya, semoga lo sama Fano cepet jadian. Salam buat Fano, bahagia untuk kalian.

* From Agas. S

" hiks, hiks lo jahat kak!" tangis Jeje pecah saat ini. Ia bahkan sudah tak bisa menahan air mata nya.

" gue gatau harus gimana setelah ini, gue hiks apa yang harus gue  bilang ke cewe lo nanti"

" TUHAN INI KENAPAAA?!!!" teriak Jeje frustasi, bahkan kini ia sudah tak peduli dengan penampilan nya.

" hikss huaaaaa, hiks gue harus gimana arghhh!"

Emosi, sedih, marah, kehilangan. Semua jadi satu didalam diri Jeje sekarang. Jika kalian jadi Jeje apa yang akan kalian lakukan?

Meski baru kenal beberapa bulan, namun rasa nyaman dan tulus untuk berteman itu ada didalam diri mereka. Baik Jeje, Agas, dan juga Rara.

Lalu apa yang harus dia lakukan? Bagaimana caranya menjelaskan nanti kepada Rara? Lalu kepada orang tua Agas? Apa yang akan terjadi kedepan nya? Jeje sendiri tak bisa memikirkan hal yang terjadi setelah ini.

.
.
.

Pagi hari sudah tiba. Jeje dan Fano menginap dirumah sakit. Pagi ini, orang tua Agas datang tergesa gesa. Mungkin Fano yang menelpon nya semalam.

" Agas dimana?" tanya Ayah Agas to the point.

" dia sudah dipindahkan ke ruang mayat semalam" sahut Fano pelan.

Mendengar hal itu, Bunda Agas jatuh pingsan. Segera ditangkap oleh Ayah.

" bagaimana kronologi nya?" tanya sang Ayah tegas. bahkan kini rahang nya sudah mengeras.

" rem mobil nya sengaja ada yang rusak, mereka nabrak pembatas jalan dan terpental jauh. adik saya mengalami benturan keras lalu rusak pada jantung nya dan juga luka luka kecil dibagian tubuh lain. sedangkan Agas, putra anda hanya mengalami luka luka robek di beberapa bagian tubuh, namun dia mengalami lumpuh permanen. dan mengetahui kondisi adik saya, ia mendonorkan jantung nya sendiri " ucap Fano menjelaskan dengan sangat rinci.

" kak? kamu tau? " tanya Jeje bingung, sebab ia belum sempat memberi tahu kronologi nya.

" orang suruhan saya yang membawa informasi ini, jauh sebelum sampai di Indonesia saya sudah tau " jawab Fano.

" lalu kondisi adik mu bagaimana?" tanya sang Ayah lagi.

" Fani mengalami koma karena sempat hampir terlambat melakukan operasi jantung, namun belum ada kondisi lebih lanjut dari dokter " jawab Fano.

" baiklah, saya akan menemui putra saya. terimakasih atas informasinya " ucap sang Ayah, lalu pergi sambil memapah istrinya menuju ruang mayat tempat Agas berada.

.
.
.

Kini diruang mayat, sang ayah dan bunda Agas melihat anak mereka satu²nya terbaring tak bergerak.

Kaku, itulah deskripsi yang bisa dituliskan. Wajah nya sangat damai, seolah ia adalah orang yang paling bahagia di dunia saat ini.

Sang ayah mendekat, lalu mengusap lembut tangan anak nya.

" hey jagoan ayah, kamu hebat. jika memang ini bahagia mu, tenang disana nak. insyaallah kami ikhlas" ucap ayah, dan tak terasa satu tetes air mata nya lolos begitu saja.

Bagaimana pun kuat nya seorang ayah, ia tetap saja akan sakit melihat anak nya seperti ini. Ditinggalkan selama nya, tak akan ada lagi seorang Agas yang dingin dan pendiam dirumah Stewart.

Sedangkan sang bunda? Ia sudah menangis histeris dipelukan suami nya. Tak mampu berkata kata lagi. Hanya air mata lah yang mampu ia keluarkan.

" tenang disurga sayang" bisik sang ayah, lalu keluar dari sana bersama istrinya.

.
.

Tak Ada Yang Lebih Sakit Dibanding Hal Seperti Ini ~  Jeje...

# hai guys, aku up lagii. kalian apa kabar? semoga baik yaa. jangan lupa vote dan follow aku yaa, see u di next part gais🙏😘.

# IG : @ riiskaagsdy




SELAMAT MEMBACA

AKU DAN CERITAKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang