Maryve terheran-heran karena melihat Vlorence tiba di sekolah dengan masker yang menutupi mulutnya. Namun saat melihat dari dekat, Maryve bisa melihat dengan jelas mata bengkak Vlorence saat ini.
"Tuh kan, lo nangis sampai bengkak gini".
"Keliatan banget ya?".
"Lo, kalau nangis selalu keliatan, Lol".
Banyak teman Vlorence yang bertanya mengapa matanya bisa menjadi bengkak seperti itu. Namun ia hanya menjawabnya dengan kata "Gue gapapa kok".
Begitu juga dengan Dendra dan Angkasa yang masih usil disaat Vlorence sedang patah hati. Mereka berdua mengamati mata Vlorence dengan sangat serius. Mata yang selalu memelototi mereka berdua kini menjadi sangat kecil.
"Wih, lo udah kaya orang cina". Ucap Angkasa yang hanya dibalas pukulan oleh Vlorence.
"Coba deh buka masker lo, sebentar aja". Pinta Dendra.
Karena sudah merasa sedikit tidak bisa bernafas, Vlorence menuruti kata Dendra. Ia mencoba membuka maskernya hanya sebentar walaupun ia meminta Dendra, Angkasa dan Maryve untuk menutupi wajahnya.
Namun disaat Vlorence membuka maksernya, malah membuat temannya terkejut hingga terheran-heran.
"Wuih gilaa, lo kelihatan jelek, Vlo". Ucap Dendra yang terkejut. Seketika dengan cepat Vlorence membungkam mulut temannya itu agar tidak ada teman lainnya yang mengetahui.
"Lo nangis berapa hari, berapa malem sampai kek gitu, Lol". Tanya Maryve sambil menghembus nafasnya pelan.
Ia terus menggunakan masker saat mata pelajaran dimulai. Tetapi guru selalu menyuruhnya untuk melepaskan maskernya. Dan tentu saja setelah ia melepaskan maskernya, banyak lontaran pertanyaan dari teman, maupun guru yang ia bosan hingga mendengarnya.
KRINGG!!KRINGG!!
Bel istirahat berbunyi, namun mata bengkak Vlorence tetap saja belum berubah, walaupun hanya berubah sedikit.
Ia mengintip luar kelas Fanno dari dalam kelasnya. Namun tak kunjung ia melihat lelaki tu, bahkan keluar dari kelasnya pun tidak. Berharap Vlorence agar Fanno datang ke kelasnya dan mengatakan bahwa yang ia katakan kemarin itu adalah tidak benar.
Vlorence memilih duduk di depan pintu kelasnya bersama dengan Maryve, Dendra dan Angkasa. Memang Vlorence sengaja melakukan itu untuk mengintip Fanno, namun saat ini mereka lebih terlihat seperti mata-mata.
Ia duduk di depan pintu kelas dan menyuruh tubuh besar Angkasa itu untuk menutupinya walaupun ia masih tetap saja bisa melihat ke arah kelas Fanno.
"Iya kali, mungkin dia cuma prank?". Ucap Angkasa dengan tiba-tiba.
"Iya juga sih, menurut pendapat gue juga gitu, PRANK!!". Sahut Maryve dengan percaya dirinya.
"Kok bisa?".
KAMU SEDANG MEMBACA
FREEDOM [END]
Teen Fiction"pertahankan jika masih pantas, lepaskan jika sudah melampaui batas". Vlorence Edrea. Gadis yang tak lama lagi akan menginjakkan kakinya di masa putih abu-abu. Awal kisah baru yang ia harapkan akan lebih baik dari sebelumnya. Karena pernah merasa t...