《Bagian 17》

102 22 14
                                    

Kita beralih ke seorang pria berambut hitam.

Yang kini tengah berada disebuah gubug atau bisa disebut gazebo yang berada disisi jalan dan dikelilingi oleh hamparan sawah hijau yang rumputnya menari-nari karena tertiup oleh angin yang berhembus.

Disana, ia sedang menatap pemandangan alam desa yang serba hijau.

Pemandangan yang tersajikan dapat membuat mata siapapun yang melihat merasa dimanjakan oleh keindahannya.

Sungguh karunia Tuhan yang luar biasa dan patut disyukuri oleh para warga desa disana.

Pria berambut hitam tersebut tengah duduk disebuah gubug sambil mengayun-ayunkan kakinya, masih menikmati pemandangan hamparan sawah hijau yang luas.

Hingga seseorang datang menghampirinya...

"DOR!!!" Ucap seorang pria yang tengah membawa cangkul.

"GYA!!!" Pria yang dikagetkan pun terkejut bukan main.

"Wei badjingan" lanjut pria yang terkejut itu.

"Hahaha, biasa aja kali kagetnya" ucap pria yang membawa cangkul.

"Jangkrek, telek kon. Tak kirain sopo" ucap pria yang tadi berada digubug.

{Jangkrek, (*bahasa kasar). Kirain siapa}

"Makanya jangan ngelamun Luffy" ucap pria yang tadi membawa cangkul.

"Ada apa kau kesini, Usopp?" Tanya Luffy.

"Ra ono opo-opo, kebetulan saja aku habis dari sawah dan ingin ke warung sebentar, dan aku melihatmu disini" jelas Usopp.

"Jadi aku menghampirimu saja" lanjutnya.

"Ohh" ucap Luffy datar.

"Kenapa? Lagi ada masalah masbro?" Tanya Usopp.

"Engga, cuma... gimana ya..." ucap Luffy bingung.

"Kenapa toh? Sini cerita, aku kan temanmu" ucap Usopp lalu ikut duduk digubug tepat disamping Luffy.

"Iku lho, perkara si Nami" ucap Luffy.

{Itu loh, soal si Nami}

"Ada apa dengannya?" Tanya Usopp penasaran.

"Aku raiso nahan rindu untuk bertemu dengannya" ucap Luffy sambil termenung.

{Aku gabisa nahan rindu untuk bertemu dengannya}

"Weladalah, kirain kenapa" Usopp menepuk jidatnya.

"Gatau kenapa, aku tuh gabisa jauh-jauh dari dia. Padahal baru kemarin dia main kerumahku, tapi hatiku ini sudah tak kuasa menahan rindu" ucap Luffy panjang lebar.

"Juga aku selalu merasa ada sesuatu yang janggal" tambahnya.

Raut wajah Usopp menjadi serius seketika saat mendengar ucapan dari sohibnya itu.

"Bukannya aku berprasangka buruk padanya, tapi beberapa waktu yang lalu aku sempat memimpikan dirinya sedang bersama seorang pria yang ia akui sebagai suaminya" ucap Luffy.

"Lalu jika kuperhatikan, Nami menjadi lebih emosional" lanjutnya.

Usopp hanya serius menyimak cerita dari Luffy.

"Ia sering sekali meminta maaf padaku, padahal ia tak pernah berbuat kesalahan apapun. Ia juga sering sekali menangis, juga kulihat wajahnya tampak seperti seseorang yang hancur dan sangat frustasi" Luffy melanjutkan ceritanya.

"Dan aku bisa menebak bahwa senyuman yang ia berikan padaku adalah senyum palsu" ucap Luffy dengan raut wajah sedih.

"Aku bisa tahu mana senyuman tulus dan mana senyuman yang dipaksakan" tutur Luffy.

2. Teroesir [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang