Suara ombak pantai yang sayup-sayup terdengar ditelinga Jiwoo, udara panas namun sejuk meniup ke setiap ruangan villa megahnya.
Terdengar suara berat Mujin sedang berbicara diluar kamar. Jiwoo bangun dan merenggangkan badannya, ia mengusap perutnya dan tersenyum.
Jiwoo memakai baju kemeja putih Mujin yang terlihat oversize di badannya dengan perutnya yang sedikit buncit dan hotpants. Ia berjalan keluar dari kamar, mendapati Mujin yang memakai kaos hitam dan celana pendek selutut sedang duduk disofa, ia memakai kacamata dan sedang bertelepon menggunakan airpods ditelinganya dengan Taeju sembari memegang ipad nya.
Taeju sedang melaporkan beberapa hal-hal penting tentang pekerjaannya kepada Mujin.
"Lebih cepat lebih baik.. katakan padanya aku akan menemuinya secara langsung saat aku kembali" ujar Mujin kepada Taeju sambil tersenyum cerah melihat Jiwoo yang keluar dari kamar.
"Ohh.. arraseo Taeju-ya..sugohaesseo" balas Mujin memutuskan panggilannya dan meletakkan airpodsnya di meja beserta ipad nya.
"Yeobo.. tidurmu nyenyak?" tanya Mujin memeluk Jiwoo dari belakang, tangannya menyusup dibalik kemeja Jiwoo dan mengusap kulit perutnya.
"Aku tidur sangat nyenyak.." Jiwoo menuang air ke gelas dan meminumnya.
"Aku sudah memasak dan menunggu mu bangun untuk makan bersama" Mujin melepas pelukannya dan menarik lembut lengan Jiwoo ke arah meja makan.
Jiwoo melihat dimeja makan sudah ada roti panggang, telur setengah matang dan sosis.
"Omo..yeobo membuatnya sendiri?" ucap Jiwoo terkekeh.
"Dangyeonhaji.. duduklah, aku akan membuatkan susu untukmu" Mujin menarik kursi untuk Jiwoo duduk, ia kembali ke dapur dan membuat segelas susu untuk istrinya.
"Gomawo yeobo.. aku memang sangat lapar" Jiwoo mengambil roti gandum itu dan melahapnya semuanya.
Mujin menaruh segelas susu ibu hamil disamping piring Jiwoo dan duduk didepannya, mereka sarapan bersama.
Setelah selesai sarapan, Mujin dan Jiwoo duduk di sofa, tangan kiri Mujin merangkul mengusap memainkan jempolnya di bahu Jiwoo, tangan kanannya membelai perut Jiwoo, sedangkan Jiwoo bersandar manja di dada suaminya mendengarkan detak jantungnya.
Telepon Mujin berdering, ia memakai kembali airpods nya. Jiwoo tau Mujin sangat sibuk.
"Aku akan mandi" Jiwoo berbisik disebelah kiri telinga Mujin yang tidak memakai airpods.
"Jamkkanman.." Mujin menoleh ke Jiwoo yang hendak beranjak dari sofa.
"Taeju-ya.. aku akan menghubungi mu 30 menit lagi" Mujin langsung menutup teleponnya, melempar airpods dan kacamatanya ke sofa dan menyusul Jiwoo yang sudah masuk ke kamar.
"Yeobo.. ayo mandi bersama" Mujin menyusul Jiwoo yang sudah masuk ke kamar mandi.
Jiwoo hanya terkekeh melihat kelakuan suaminya. Ia tau Mujin selalu ingin mandi bersama karena pria itu takut ia jatuh di kamar mandi yang licin. Pria itu benar-benar sangat menjaganya setengah mati.
Jiwoo dan Mujin duduk berendam di bathup yang sudah terisi air hangat dengan bathbomb yang membuat bathup dipenuhi foam, aromatherapy bunga itu tubuh keduanya relaks, Jiwoo duduk membelakangi Mujin yang sedang membersihkan punggungnya setelah itu Jiwoo menyandarkan punggungnya di dada Mujin.
Mujin memeluk Jiwoo dari belakang, keduanya tangannya mengusap leher, dada, perut dari atas sampai bawah membuatnya mendesah kecil.
"Yeobo.. kita bisa pulang saja jika kau sangat sibuk" ucap Jiwoo.
"Aniya, gwaenchana.. Taeju bisa mengurusnya, dia sudah sangat pandai" balas Mujin mencium puncak kepala Jiwoo.
Jiwoo lalu berbalik menghadap Mujin.
"Jinjja?" Jiwoo mengecup pipi Mujin.
Mujin mengangguk pelan tersenyum manis, ia menarik leher Jiwoo untuk berciuman. Jiwoo duduk di paha kekar Mujin dan menangkup kedua pipinya untuk berciuman lebih dalam.
Jiwoo merasakan milik Mujin yang menegang di bawah sana, ia meraba-raba milik Mujin dan memasukkannya ke miliknya.
Mujin mendesah kecil saat merasakan miliknya memasuki Jiwoo, kedua tangannya memegang meremas bokong Jiwoo dengan ciuman yang semakin panas.
Jiwoo menggerakkan pinggulnya pelan mendorong membuat milik Mujin terjepit erat dimiliknya sembari kedua tangannya meremas bahu Mujin. Air terciprat pelan ke tubuh keduanya yang sedang bercinta.
Mujin duluan keluar dari bathup, dengan hati-hati ia menggendong Jiwoo keluar dari bathup, membilas tubuh keduanya di bawah shower, setelah selesai mereka memakai bathrobe.
Jiwoo keluar dari kamar mandi dan duduk di meja rias mengambil hairdryer untuk mengeringkan rambutnya.Mujin yang juga masih memakai bathrobe, ia berjalan di belakang Jiwoo dan mengambil alih alat itu membantu mengeringkan rambut Jiwoo.
Jiwoo tersenyum kecil yang terpantul di cermin, ia senang dengan perhatian suaminya. Mungkin dia lah wanita paling bahagia didunia ini yang karena bisa menjadi istri Choi Mujin.
"Yeobo.. aku ingin berjalan-jalan" ucap Jiwoo berbalik ke arah Mujin yang berdiri di belakangnya, ia memeluk pinggang suaminya.
"Arraseo.." Mujin membelai sayang rambut panjang halus wangi istrinya.
Sorenya Mujin dan Jiwoo pergi ke pantai dekat villanya. Jiwoo berjalan ke tepi pantai bermain air, Mujin menyalakan sebatang rokok treasurer luxury black nya. Jiwoo sudah membatasi Mujin untuk merokok hanya boleh sehari sekali, sedangkan untuk minum-minum hanya boleh di hari atau acara spesial saja dan Mujin menurutinya.
Ia juga ingin menjaga kesehatannya, terlebih Jiwoo tidak suka Mujin yang berbau rokok, ia pernah ingin mencium Jiwoo namun karena bau rokok Jiwoo menolaknya. Mujin terkekeh mengingatnya. Sekarang seluruh hidupnya adalah untuk Jiwoo, tidak ada yang tidak bisa ia lakukan untuk istrinya.
Mujin menghabiskan rokoknya dan berlari kecil ke arah Jiwoo saat melihat istrinya hampir jatuh.
"Yeobo.. josimhae.." teriak Mujin dari kejauhan.
Mujin juga buru-buru membuka jaket kulit hitamnya dan memakaikannya ke Jiwoo.
"Anginnya sangat kencang" Mujin merapatkan jaketnya ke tubuh Jiwoo.
Mujin dan Jiwoo duduk dipasir pantai menunggu matahari terbenam.
"Yeobo.. kau sudah memikirkan nama untuk anak kita?" tanya Jiwoo yang bersandar di bahu Mujin.
"Hmm.. aku selalu memikirkannya, Choi Soo Bin? Choi Jin Woo? Choi Woo Jin?" balas Mujin tertawa.
"Apa? Jin Woo? maksudmu gabungan nama kita? Mujin Jiwoo?" Jiwoo ikut tertawa mendengarnya.
"Kurasa itu bukan ide yang buruk" sambung Jiwoo terkekeh.
"Mujin-a.."
"Hm.."
"Aku hanya ingin bertanya.. apa pekerjaanmu itu tidak bisa kau hentikan saja? Aku selalu khawatir padamu, bagaimana jika kau ditangkap polisi atau diserang musuhmu, bagaimana denganku.." ucap Jiwoo pelan.
"Aku juga selalu memikirkan itu, yeobo.. bersabarlah sedikit lagi, aku kan melakukan yang terbaik untukmu dan anak kita, aku tidak akan tertangkap, aku berjanji" balas Mujin mengecup kening istrinya.
Penganten baru yang masih uwu uwu 😌😌
Maap ya uwu uwu terus 😂Semoga gak bosen sm kemesraan ini 🥰

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Struck 2 : Painful
RomanceSilahkan baca Love Struck dulu ya, ini Sequel nya 💜