XVI

272 41 85
                                    

Mujin duduk di bawah pohon musim gugur, ia memejamkan matanya saat dedaunan kuning kecoklatan itu jatuh dengan lembut mengenai tangannya. Ia tersenyum kecil mengingat saat ia dan Jiwoo duduk disini musim gugur tahun lalu.
Ia membuka matanya dan setetes airmata jatuh dengan lembut di pipinya. Mujin berdiri dan berjalan ke arah lain, jalan yang tampak sangat jauh itu untuk pergi selamanya , ia terus berjalan pelan ke arah itu, hingga ada suara yang memanggilnya...

"Mujin-a...Choi Mujin...kembalilah.. aku merindukanmu.." ucap seorang wanita dari belakang.

Jiwoo terbangun dan terkejut saat merasakan seluruh tubuh Mujin yang mengalami kejang-kejang disampingnya. Dengan cepat Jiwoo turun dari ranjang dan memencet tombol emergency yang terdapat ditembok samping ranjang Mujin.

Prof. Park memasuki ruangan dengan tergesa-gesa karena berlari. Jiwoo menangis kuat, dadanya terasa sesak melihat keadaan Mujin.

Setelah Prof. Park memeriksa keadaan Mujin, ia segera menyuntikkan cairan antikejang ke infus Mujin dan beberapa saat tubuh Mujin pelan-pelan menenang dan kembali bernafas normal dengan konsentrator oksigen yang terpasang dihidungnya.

"Prof. Park, apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba seperti ini?" tanya Jiwoo terisak.

"Ini terjadi karena gangguan jaringan di otaknya" ucap Prof. Park menghela nafas.

"Prof. Park, bisakah Mujin siuman secepatnya?" tanya Jiwoo cemas.

"Bicaralah padanya, ceritakanlah hal-hal yang dia sukai, aku yakin dia bisa mendengarkanmu, aku hanya bisa membantu tubuhnya, jika otaknya mengontrolnya untuk tidak sadar, mungkin ia akan koma untuk waktu lama" balas Prof. Park menunduk lalu menatap Jiwoo sudah tak bisa membendung airmatanya.

"Panggil lah dia sesering mungkin, aku yakin ia akan bisa secepatnya sadar kembali, dia adalah pria yang kuat bukan?" Prof. Park menepuk pelan lengan Jiwoo dan berjalan keluar.

Jiwoo duduk disamping Mujin. Ia mengusap rambut Mujin lalu turun ke pipinya.

"Yeobo.. Mujin-a.." panggil Jiwoo menangis dengan bibir bergetar.

"Kau tidak boleh meninggalkanku.. aku harus menebus kesalahanku padamu.. jika harus mati itu adalah aku.. aku mohon kembalilah.." Jiwoo menangis tersedu-sedu menelungkup kan kepalanya ke tangan Mujin membuat airmatanya menetes jatuh di punggung tangan Mujin. Tanpa Jiwoo sadari setetes airmata jatuh dari ujung mata Mujin.

...

Jiwoo melakukan kegiatan rutinnya membersihkan dan mengusap pelan tangan dan wajah Mujin dengan kain yang sudah dibasahi air hangat.

"Yeobo.. apa tidurmu nyenyak? Apa kau bermimpi indah? Apa kau tidak ingin melihatku lagi? Kenapa kau tidak ingin bangun?" Jiwoo kembali menangis.

Ya, Setiap hari Jiwoo hanya bisa menangis dan menangis setiap saat. Ia selalu menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang membuat Mujin menjadi seperti ini.

Jiwoo menyeka kasar airmata di pipinya dan mengatur nafasnya yang terasa tercekat dikerongkongannya. Ia tersenyum kecil dengan airmata yang kembali mengalir tanpa henti, rasanya airmatanya tidak bisa berhenti menetes.

"Yeobo.. kau ingat saat pertama kali kita bertemu di Pulau Jeju, hm? Walaupun terluka tapi kau terlihat sangat tampan waktu itu" Jiwoo mencoba tertawa tapi airmatanya kembali menetes.

"Gomawo yeobo.. kau tidak menyerah untuk mengejar cintaku, aku bahkan sering menyakitimu, tapi kau selalu menghadapiku dengan sabar.." Jiwoo menelan ludahnya dengan susah payah.

"Yeobo.. aku merindukan suaramu, aku merindukan pelukan hangatmu, aku merindukan semuanya.."

"Ayo bangunlah... hm? Aku berjanji sampai mati, aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi, walau ini terdengar sama seperti janjiku dulu. Kali ini aku benar-benar akan selalu disisimu, aku juga tidak bisa hidup tanpamu" Jiwoo mengusap airmatanya.

Sebulan kemudian..

Prof. Park memasuki kamar Mujin dan memeriksanya. Sudah sebulan Mujin tidak juga sadar. Jiwoo tersenyum kecil ke Prof. Park dan dibalas tatapan sendu olehnya.

"Keadaannya baik-baik saja, aku tau ini sangat sulit, bertahanlah.." ucap Prof. Park mengangguk pelan ke Jiwoo.

"Aku akan menunggunya sampai kapanpun" balas Jiwoo tersenyum.

Prof. Park keluar dan bersamaan Taeju juga masuk ke kamar. Taeju membungkuk hormat kepada Dokter kepercayaan bos nya.

"Jiwoo-ssi.. makanlah.." Taeju memberikan sebuah papperbag berisi makan siang ke Jiwoo.

"Aku akan makan nanti.." Jiwoo tersenyum ke Taeju.

"Pulanglah ke penthouse, istirahatlah.. wajahmu terlihat sangat pucat, sudah sebulan kau tidak istirahat dengan benar" ucap Taeju khawatir.

"Gwaenchana.." ucap Jiwoo kembali duduk disamping Mujin.

"Sajangnim juga akan sedih jika melihat keadaanmu.. istirahatlah malam ini saja, aku akan menjaga sajangnim.." Taeju berusaha membujuk Jiwoo.

Jiwoo akhirnya mengalah dan ia pulang ke Liber dengan anak buah Mujin. Jiwoo sampai di penthouse. Ia masuk dan melihat setiap sudut ruangan itu, masih sama seperti biasa.

Ia lalu masuk ke kamar, merebahkan dirinya di kasur. Menatap langit-langit kamar tinggi itu dan menghela nafas panjang. Saat akan bangun Jiwoo merasakan ada remote tv di kasurnya. Ia berniat menaruhnya di nakas namun tanpa sengaja ia memencet tombol on.

Layar tipis itu menampilkan video pernikahannya dengan Mujin. Mata Jiwoo terbelalak bulat, iris matanya memantulkan cahaya dari layar tipis itu, matanya bahkan tidak berkedip.

Airmata Jiwoo kembali tak terbendung, lagi-lagi airmatanya mengalir dengan deras. Jiwoo menonton ulang-ulang video itu.

"Mujin-a.. apa kau melihatnya setiap hari? Betapa sakitnya hatiku" ucap Jiwoo memukul dadanya yang terasa nyeri.

Jiwoo akhirnya tertidur karena memang ia sudah kelelahan secara fisik dan mental.

Ddrrrtt! Dddrtttt!

Jiwoo terbangun karena ponsel nya bergetar menandakan panggilan masuk.
Ia mengusap matanya yang lelah dan merah, lalu melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 8 pagi.
Ia tertidur semalaman lamanya.

Jiwoo melihat nama Taeju terpampang di ponselnya.

"Oh.. Taeju-ssi" panggil Jiwoo dengan suara serak.

"Jiwoo-ssi!!!" teriak Taeju.

"Sajangnim sudah sadar!" jerit Taeju senang.

Jiwoo terkejut tapi ia juga sangat senang dan airmata yang seketika membasahi pipinya.

"Aku akan segera kesana!" balas Jiwoo cepat.



Mau tambahin konflik ringan lagi gk?
Hm? 🤔 kalo vote banyak kutambahin dehh
Ada yang masih kuat? 😂😂

Sesuai judulnya Painful tapi aku gak tau, apa story Love Struck 2 ini cukup painful gk bagi kalian? 😭😭

Love Struck 2 : PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang