IX

267 36 44
                                    

Matahari yang terik menembus tirai kamar membangunkan Mujin. Ia membuka matanya dan tersenyum kecil melihat istrinya yang tidur membelakanginya. Ia mendekatkan tubuhnya ke Jiwoo dan memeluknya dari belakang sambil mengusap perut Jiwoo yang sudah besar memasuki bulan ke 8. Tidak terasa ia akan menjadi seorang ayah satu bulan lagi.

"Yeobo.. kau sudah bangun?" Jiwoo yang terbangun karena Mujin memeluknya.

"Hm.. kenapa? Ada yang kau butuhkan?" tanya Mujin mengecup leher Jiwoo dari belakang.

"Oh.. yeobo.. pinggangku sangat pegal sekali" Jiwoo sedikit meringis.

Mujin langsung terperanjat dan duduk dikasur. Ia memijat pelan pinggang Jiwoo.

"Sudah lebih baik?" tanya Mujin cemas.

Jiwoo hanya menggeleng, ia menghela nafas pendek.

"Masih sangat pegal" rengek Jiwoo.

Mujin terus memijat-mijat tanpa henti dengan khawatir istrinya yang kesakitan.

"Aku akan terus memijat sampai kau merasa baikan" tangan Mujin mulai pegal setelah 5 menit ia terus memijat pinggang istrinya, namun ia tau Jiwoo lah yang lebih menderita di kehamilan tuanya.

"Oh.. yeobo.. sudah baikan" ucap Jiwoo tersenyum kecil.

Mujin lalu pergi mandi dan bersiap-siap bekerja. Ia berjalan ke Jiwoo yang masih istirahat.

"Yeobo aku hari ini ada urusan penting, tapi aku janji akan pulang untuk makan malam bersamamu" ucap Mujin sembari membantu Jiwoo berdiri dari kasur.

Jiwoo berdiri dan mengusap pipi Mujin.

"Baiklah. Hari ini aku ingin memasak untukmu" balas Jiwoo.

"Aku akan berbelanja ke supermarket bersama ahjumma, boleh kan?" tanya Jiwoo berharap.

"Yeobo.. kau yakin? Aku hanya takut.." ucap Mujin ragu, ia tidak ingin bertengkar lagi dengan Jiwoo seperti yang lalu.

"Hanya sebentar saja, ada ahjumma yang menemaniku, tidak apa-apa" Jiwoo berusaha membujuk Mujin.

"Baiklah. Kalau begitu bagaimana jika aku menjemputmu saat pulangnya? Mungkin waktunya pas" ucap Mujin.

"Hm.. okay!" balas Jiwoo cepat.

"Aku akan meneleponmu saat aku sudah dijalan, hubungi aku jika ada apa-apa, aku pergi ya" Mujin mengecup kening, bibir dan perut Jiwoo yang sudah menjadi kebiasaannya sebelum pergi, ia lalu mengambil jas nya dan keluar dari kamar.


Sorenya Jiwoo dan Ahjumma pergi berbelanja, menuju supermarket terdekat. Tak beberapa lama Jiwoo sudah selesai memilih sayur, bahan makanan, bumbu-bumbu, cemilan dan barang lainnya.

Ddrrrtttt...!

Ponsel Jiwoo bergetar, panggilan dari Mujin.

"Ohh.. yeobo.." Mujin memanggil lembut.

"Yeobo.. aku hampir sampai, apa kau sudah selesai?" tanya Mujin.

"Sudah selesai, sedang menunggu pembayaran" balas Jiwoo.

"Arraseo, 5 menit lagi aku sampai ya" Mujin tersenyum diponselnya.

"Okay.." Jiwoo lalu menutup ponselnya dan menyimpannya.

Ahjumma menenteng 2 kantong plastik belanjaan itu lalu keluar dari supermarket. Jiwoo berjalan berdiri didepan supermarket dekat tepi jalan itu. Ia menoleh ke jalan menunggu suaminya.



Mata Jiwoo membulat besar, iris matanya terdapat pantulan sinar mobil, Tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan cepat ke arah Jiwoo dan menabraknya kuat.

Love Struck 2 : PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang