"Sajangnim, aku mendapat kabar ada masalah dengan produksi di cabang busan" ucap Taeju.
"Aku akan memeriksanya langsung" ucap Mujin datar.
Setelah menempuh jarak dengan kecepatan lebih dari biasanya akhirnya Mujin dan Taeju tiba di busan setelah 3 jam lebih berkendara.
Mujin turun dari mobil dan mengancing jas nya dan berjalan masuk ke kapal besar itu diikuti Taeju dari belakang.
Saat Mujin akan berjalan turun ke tempat produksi sabu mereka. Taeju mendapat sebuah panggilan. Wajahnya seketika berubah menjadi tegang dan pucat.
"Sajangnim, aku mendapat info dari mata-mata kita di kepolisian, mereka sudah mengepung tempat ini" ucap Taeju serius.
"Sial!" umpat Mujin.
Ternyata sudah banyak polisi sudah mengepung kapal besar itu, beberapa polisi mengintai dari jauh, ada juga yang menyamar sebagai penjaga kapal.
"Sajangnim, kita harus segera pergi" ucap Taeju.
Baru saja Mujin dan Taeju berjalan keluar, seorang polisi menghadang keduanya.
"Choi Mujin! Mau kemana kau?!" ucap polisi itu menodongkan pistol ke Mujin dan Taeju bergantian.
Taeju dengan ancang-ancang mengambil jarak menghadang polisi itu untuk menutup pandangannya ke Mujin di belakangnya.
Terdengar langkah-langkah di kapal itu berlari kesana kemari dan berkelahi dengan anak buah Mujin. Polisi itu sempat mendongak membuatnya lengah.
Taeju dengan cepat menendang polisi itu hingga terjatuh. Ia dan Mujin berlari keluar dari kapal itu namun dikepung oleh beberapa polisi yang mengejar mereka.
Mujin dan Taeju bersama berkelahi melawan para polisi itu, Mujin dengan gampang melumpuhkan 2 polisi muda yang ingin menghajarnya, namun saat ia hendak berjalan meninggalkan mereka, salah satu polisi itu mengambil pisau dari saku nya dan menancapkan ke perut kiri Mujin dari belakang.
Mujin tidak mengerang atau kesakitan, ia berbalik dan meninju polisi itu hingga pingsan, ia mencabut pisau itu dari perutnya, darah mengucur deras membasahi kemeja dan jas nya.
Taeju yang melihat itu segera memapah Mujin dan berlari ke mobil mereka setelah Taeju berhasil melumpuh 3 polisi lainnya.
Taeju menyetir mobil dengan kecepatan penuh untuk ke rumah sakit terdekat mengobati bos nya yang terluka.
Mujin sedikit mengerang dan terlihat semakin pucat karena darah tidak berhenti walaupun sudah ia tahan dengan tangan kirinya. Nafasnya juga mulai tidak teratur dan terengah.
Ddrrrtttt!!
Mujin mengambil ponselnya dari dalam saku jas nya dengan tangan berlumuran darah dan melihat Jiwoo meneleponnya. Ia berusaha mengatur nafasnya dan dengan tangan sedikit gemetar ia menerima panggilan itu.
"Ohh yeobo.." ucap Mujin pelan berusaha menahan nafasnya yang terengah agar tidak terdengar oleh istrinya, ia tau Jiwoo akan khawatir jika tau dirinya terluka dan itu tidak baik untuk istrinya yang tengah hamil tua.
"Yeobo.. kau tidak apa-apa? Perasaanku tidak enak jadi aku memutuskan untuk meneleponmu" ucap Jiwoo disebrang telepon.
"Ohh.. nan gwaenchana yeobo.." balas Mujin menggertakkan giginya menahan kesakitan yang kian menjalar ditubuhnya.
"Kau tidak bohong padaku kan? Baiklah, jangan melewatkan makanmu, arraseo?" ucap Jiwoo tersenyum.
"Ohh.. arraseo yeobo, kau juga jangan.." Mujin mengerang pelan, tangannya yang memegang ponsel mulai melemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Struck 2 : Painful
RomansaSilahkan baca Love Struck dulu ya, ini Sequel nya 💜