XLII

269 82 23
                                    

Jiwoo terbangun dan melirik jam dinding menunjukkan pukul 7 pagi. Ia merasakan sesuatu di tubuhnya. Ia membuka selimut dan melihat suaminya yang berada diatasnya sedang asik menjilat dan menghisap putingnya seperti bayi yang menyusu.

"Good morning, mommy" Mujin terkekeh.

Jiwoo hanya mendengus dan memejamkan matanya untuk kembali tidur.

"Sayang.." Mujin muncul dari dalam selimut dan mengecup wajah istrinya.

"Hm.. aku masih mengantuk" ucap Jiwoo.

Mujin tidak menghiraukan ucapan istrinya, ia mengecup berulang-ulang bibir Jiwoo lalu turun ke lehernya. Menjilat dan menghisap kulit putih yang seketika menjadi kemerahan.

"Hmm..." Jiwoo hanya menggeliat karena tidurnya terganggu.

"Hentikan..bersiaplah bekerja" ucap Jiwoo dengan nada malas.

Jiwoo memutar tubuhnya ke samping. Mujin terkekeh dan menatap istrinya yang masih dengan mata terpejam. Ia tersenyum.

"Lihatlah betapa cantiknya istriku. Wajah, pipi, hidung, bibir sungguh membuatku jatuh cinta pada pandangan pertama" Mujin mengusap pipi Jiwoo.

"Pagi-pagi kau sudah menggodaku" balas Jiwoo.

"Aku mencintaimu, yeobo" Mujin mengecup kening Jiwoo.

Jiwoo tersenyum dengan mata terpejam dan memeluk suaminya dengan manja. Mujin mengelus perut buncit istrinya yang sudah memasuki trimester kedua.

"Aku juga mencintaimu, baby" Mujin mengusap lembut perut Jiwoo.

"Kau sudah tidak sabar ingin menggendong anakmu?" Jiwoo membuka matanya dan bergeser ke posisi semula untuk menatap wajah suaminya.

"Tentu saja. Setelah dia lahir, aku ingin kau mengandung lagi" Mujin tersenyum nakal.

"Ya! Choi Mujin! Kau buat saja dengan wanita yang menyentuhmu itu" Jiwoo memutar bola matanya.

"Come on. Tentu saja hanya Yoon Jiwoo yang boleh melahirkan keturunan Choi Mujin" Mujin mencubit hidung Jiwoo dengan gemas.

"Aku tidak mau melahirkan anak Choi Mujin lagi" Jiwoo terkekeh dan menjulurkan lidahnya meledek Mujin.

"Apa? Katakan lagi" Mujin tertawa kesal dan menggelitik istrinya.

Jiwoo tertawa terbahak.

"Kau menginginkan berapa anak?" tanya Jiwoo.

"Hm.. lima?"

"Kau sudah gila"

"Bagaimana kalau empat?"

"Kalau mau empat, kau tidak usah bekerja lagi. Jaga ke empat anakmu dirumah" Jiwoo mendengus kesal.

Mujin tertawa dan memeluk Jiwoo.

"Tentu saja. Aku akan menjaga mereka seperti aku menjagamu, aku akan menjadi baby sitter dirumah" Mujin terkekeh.

Jiwoo ikut tertawa mendengar lelucon Mujin, ia bangun dan duduk diatas perut suaminya. Ia menurunkan kedua tali tipis gaunnya dan tersenyum menggoda. Mujin menelan ludahnya saat melihat kedua payudara kesukaannya, ia ingin bangkit namun Jiwoo mendorong dadanya untuk kembali tidur.

"Sayang, aku ingin memakanmu" Mujin mengelus kedua paha mulus istrinya yang mengapit perutnya.

"Benarkah? Tapi hari ini aku yang akan memakanmu, Choi Mujin" ucap Jiwoo dengan nada sensual.

Jiwoo menunduk dan mencium bibir Mujin yang disambut dengan baik oleh suaminya. Kedua tangan Mujin mulai meremas dan memain puting kesukaannya dengan gemas.

Love Struck 2 : PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang