"Wohoooooo!!!" Jiwoo merentangkan kedua tangannya menyapa angin kencang yang menerpa tubuhnya di balik jaket kulit dan wajahnya di balik helm hitam.
Mujin hanya menggeleng-geleng melihat kelakuan istrinya. Ya, istri tercintanya tiba-tiba meminta untuk memboncengnya dengan motor. Walau awalnya Mujin menolak secara halus karena berbahaya tetapi Jiwoo malah merayunya, mengatakan Mujin tidak mencintainya lagi, bahkan mengancamnya dengan tidur di sofa. Bagaimana ia bisa menolak lagi jika sudah diancam oleh istrinya sendiri. Terpaksa Mujin menyuruh Taeju mengeluarkan Harley Davidson hitamnya yang sudah lama tidak ia kendarai.
"Yeobo, kenapa lambat sekali seperti mendayung sepeda?" Jiwoo menepuk bahu suaminya dengan kesal lalu memeluk erat pinggangnya.
"Untuk apa cepat-cepat, sangat berbahaya, begini saja sudah cukup" balas Mujin menoleh ke belakang.
Jiwoo mendengus kesal, saking kesalnya ia melepaskan pelukannya dari Mujin.
"Kalau begitu biar aku saja yang memboncengmu" sindir Jiwoo.
"Apa?!" teriak Mujin.
"Jika tidak mau menambah kecepatan lebih baik aku jalan kaki saja! Turunkan aku" marah Jiwoo.
Mujin menghentikan motornya di pinggir jalan dan menoleh ke belakang.
"Sayang.." Mujin menarik nafas sejenak, sedangkan Jiwoo memalingkan wajahnya.
"Baiklah, jika itu mau mu, yang penting kau aman bersamaku, yasudah. Peluk aku" Mujin akhirnya mengalah, ia menuntun kedua lengan istrinya untuk memeluk perutnya.
Jiwoo hanya menurut dan tersenyum sumringah dengan setengah kesal.
Setelah berkendara 40 menit, Mujin membawa Jiwoo ke villa nya di Yangpyeong.
Mujin memegang sebelah lengan istrinya untuk berpegangan padanya saat turun dari motornya.
"Kau tidak pernah mengajakku kesini" ucap Jiwoo saat Mujin turun dari motor dan membuka helm pembalapnya.
"Aku juga baru membeli villa ini karena ditawarkan klien ku" balas Mujin.
Mujin mengajak Jiwoo masuk ke villa nya yang cukup mewah.
"Yeobo, kau suka?" tanya Mujin saat mereka berada di halaman belakang, di depan kolam renang.Jiwoo mengangguk dan tersenyum, "Suka" balasnya.
"Mau berenang?" ajak Jiwoo.
"Sudah malam dan cuaca sangat dingin, tidak bagus untuk kesehatanmu dan bayi kita" Mujin memeluk istrinya dari belakang dan mengusap perutnya.
"Bagaimana jika duduk dan mengobrol saja disini?" Mujin mengangguk dan mengikuti Jiwoo yang menarik lengannya untuk duduk.
"Yeobo, kau ingin anak kita laki-laki atau perempuan?" tanya Jiwoo sambil bersandar di bahu suaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Struck 2 : Painful
Storie d'amoreSilahkan baca Love Struck dulu ya, ini Sequel nya 💜