XXXI

352 38 32
                                    

Jiwoo berbalik melihat Jinwoong yang masih berdiri diujung meja, ia memalingkan wajahnya dengan tatapan benci. Jiwoo berjalan sedikit terhuyung-huyung keluar dari ruangan itu hendak ke toilet. Tapi Taeju tidak ada diluar, sepertinya dia mengantar tamu-tamu Jiwoo.

Dengan sempoyangan Jiwoo berjalan dilorong menuju toilet. Tiba-tiba sebuah tangan menyambar lengan Jiwoo dengan kuat yang mengagetkannya dan saat Jiwoo menoleh, Jinwoong dengan cepat mendorong tubuh Jiwoo ke dinding dan menghimpitnya dengan tubuh besarnya.

"Seharusnya aku melakukan ini dari dulu" ucap Jinwoong tersenyum miring walau ia sedikit mabuk tapi kesadarannya masih bisa ia kontrol.

Jiwoo terus memberontak dalam keadaan mabuk dengan tubuhnya lemah, ia berusaha melepaskan tangan yang dicengkram kuat oleh Jinwoong disisi tubuhnya.

"Ternyata kau yang lebih dulu berselingkuh dengan keparat itu huh! Bertemu di pulau jeju? Sungguh romantis sekali! Kau menyalahkan dan memutuskanku karena aku berselingkuh, ternyata itu hanya taktik mu agar kau bisa berpacaran dengan bandar bajingan itu hah?!!" Desis Jinwoong.

Sewaktu acara makan malam tadi, Jinwoong menguping pembicaraan Jiwoo, pada saat ia menceritakannya pada temannya. Hatinya terbakar saat mendengar Jiwoo dan Mujin mulai dekat pada saat ia merasa belum benar-benar memutuskan hubungan mereka, membuat Jinwoong beranggapan Jiwoo lah yang lebih dulu berselingkuh dengan Mujin.

"Lepaskan aku bajingan!" teriak Jiwoo dengan sisa-sisa tenaganya masih berusaha memberontak, menarik tangannya ingin melepaskan diri.

Mujin yang sedari tadi semakin panik saat mencari Jiwoo namun tidak menemukannya. Dengan nafas tersengal-sengal ia berlari terus mencari Jiwoo disetiap sudut hotel.

Dan akhirnya Mujin menemukan mereka berdua diujung lorong dekat toilet.
Mujin tak kuasa menahan aliran darahnya yang sudah mendidih melihat Jinwoong mendekap Jiwoo yang lemah.

"Shibal!! Lepaskan tanganmu!!" teriak Mujin dengan mata bak pembunuh berdarah dingin, tangannya terkepal dengan urat-urat menonjol hingga buku-buku jemarinya memutih, dengan emosi yang meledak-ledak di otaknya.

Jinwoong menoleh saat mendengar suara Mujin diujung sana, ia tersenyum licik, seakan ingin membuat Mujin semakin panas. Jinwoong mengecup kening Jiwoo sangat lama. Jiwoo berusaha menggerakkan kepalanya menolak bibir brengsek itu, tapi ia kalah dengan kekuatan pria itu.

Dengan sangat amat murka Mujin berlari ke arah Jiwoo dan menerjang tubuh Jinwoong hingga terkapar dilantai. Mujin duduk diatas tubuh Jinwoong.

Bugh! Bugh! Bugh! Bugh!

Kemarahan dan emosi yang meletup-letup diotak Mujin, ia menonjok wajah Jinwoong dengan membabi buta, tanpa ampun dan tanpa henti ia terus melayangkan pukulan terkuatnya ke wajah Jinwoong dengan mata berapi-api.

"Sialan kau! Bajingan! Keparat!" Mujin terus meninju wajah Jinwoong.

Wajah Jinwoong mengeluarkan banyak darah. Ia sudah hampir kehilangan kesadarannya dan merasa kesakitan yang amat sangat diwajahnya hingga membuatnya muntah darah cukup banyak.

"Yeobo.." panggil Jiwoo lirih dengan setengah sadar.

Mujin tidak menggubris Jiwoo, yang sekarang akan ia lakukan adalah ingin membunuh bajingan yang berani menyentuh istrinya.

Taeju yang kebetulan lewat dan melihat kejadian itu langsung berlari menghampiri Mujin. Taeju yang bisa membaca situasi, menarik Mujin dari sana. Karena mereka masih berada di dalam Hotel dan takut terlihat oleh tamu-tamu Hotel, bahkan ada beberapa orang yang lewat dan ketakukan melihat kejadian ini.

Mujin menghentikan pukulannya, ia berdiri dengan tatapan kebencian yang kental pada Jinwoong yang tergeletak tak berdaya di lantai. Beberapa tetesan darah jatuh dari punggung tangannya yang memerah.

Love Struck 2 : PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang