Mujin membuka matanya yang awalnya terasa buram dengan beberapa kali kedipan untuk memperjelas pandangannya. Kedua bola matanya yang lemah berputar melihat keadaan sekitarnya. Tidak ada siapa-siapa disana. Namun suara pintu membuat Mujin sedikit melirik ke arah Taeju yang baru keluar dari toilet.
Taeju terkejut bukan main, matanya melotot membesar dan segera berlari mendekati ranjang Mujin dan menekan tombol merah emergency tersebut.
Prof. Park yang selalu siaga segera berlari ke kamar, matanya terbelalak terkejut sekaligus senang dengan siuman nya Mujin yang sudah ditunggu-tunggu. Sungguh suatu keajaiban.
Jiwoo berlari memasuki Rumah Sakit, ia bahkan hampir terjatuh karena berlari dengan sangat cepat.
Ia sampai didepan pintu kamar VIP itu dengan nafas ngos-ngos an. Ia berdiri sembari memejamkan matanya dan mengatur nafasnya sejenak. Hatinya yang bergejolak dan gelisah sedari tadi.Ia lalu menekan tombol pintu terbuka. Pandangannya langsung tertuju pada Mujin yang sudah tidak memakai konsentrator oksigen.
Taeju dan Prof. Park yang sedang berdiri, mereka menoleh saat melihat Jiwoo masuk ke kamar.
Jiwoo berjalan pelan kesamping Mujin.Mujin menatap ketiga orang yang berdiri di hadapannya, ia lalu melihat Jiwoo dengan sangat lama. Jiwoo menahan airmatanya dengan susah payah menatap Mujin dalam-dalam, berharap dengan cemas.
"Taeju-ya.." panggil Mujin dengan suara lemah, serak dan berat.
Taeju langsung berjalan mendekati bos nya. Ia menatap Mujin dengan cemas.
"Siapa wanita ini?" tanya Mujin melirik ke Jiwoo.
Deg!
Pertanyaan itu membuat jantung Jiwoo seakan berhenti berdetak, pandangannya perlahan menjadi buram karena airmata mulai jatuh dari pelupuk matanya. Ia dengan refleks memundurkan langkahnya.
Mujin tidak mengenalku? Apa ini hukuman untukku karena selalu menyakitinya? Rasanya hatiku akan meledak. Aku tidak dapat berpikir jernih.
Prof. Park dan Taeju saling menatap tidak percaya.
Akhirnya Mujin dibawa untuk di CT Scan untuk memastikan penyebabnya.Jiwoo duduk lemah dihadapan Prof. Park diruangannya. Pria tua itu menghela nafas setelah membaca hasil diagnosisnya.
"Nyonya Jiwoo, Mujin mengalami Amnesia Disosiatif" Prof. Park sembari memutar layar tipis itu yang menunjukkan hasil CT Scan otak Mujin.
"Amnesia?" ucap Jiwoo lirih, airmatanya seakan ingin kembali bergulir dari ujung matanya.
"Hm.. Amnesia Disosiatif ini tidak dapat mengingat informasi penting, terkadang dia bahkan bisa tidak mengenal dirinya sendiri, ini terjadi karena dipicu trauma psikologis sehingga otaknya memblokir ingatan yang sangat penting, ingatan yang pernah membuatnya trauma dan stres. Namun ingatan itu tetap ada hanya saja tersimpan sangat dalam" jelas Prof. Park.
"Anda tidak perlu khawatir pada umumnya ingatannya bisa kembali secara perlahan atau secara tiba-tiba. Ingatannya bisa kembali jika dipicu suatu hal disekitarnya" sambungnya.
"Dia pasti akan segera mengingat istri yang sangat dicintainya, bersabarlah.. ingatannya pasti akan kembali" ucap Prof. Park menghibur Jiwoo.
"Tidak apa-apa, dia bisa siuman kembali aku juga sudah sangat senang" Jiwoo tersenyum kecil dengan mata berkaca-kaca.
"Setelah boleh pulang, Aku akan memeriksanya secara rutin seminggu satu kali untuk memberitahu anda perkembangannya Nyonya Jiwoo"
"Untuk sementara dia masih harus menginap beberapa hari lagi untuk memulihkan keadaannya" sambung Prof. Park.
![](https://img.wattpad.com/cover/298499007-288-k327111.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Struck 2 : Painful
RomanceSilahkan baca Love Struck dulu ya, ini Sequel nya 💜