Mujin terbangun lalu memeluk istrinya dari belakang mengusap perut buncit istrinya. Jujur saja ia sudah tidak sabar menantikan buah cintanya itu segera lahir.
Jiwoo ikut terbangun dengan perlahan berbalik untuk menghadap Mujin.
"Morning mommy" ucap Mujin dengan suara beratnya yang terdengar membangkitkan gairah di pagi hari.
Jiwoo tersenyum dan mengecup bibir suaminya. Dengan rambut yang sedikit berantakan dan bertelanjang dada Mujin terlihat sangat tampan sekali.
"Jangan bercukur, aku tiba-tiba sangat menyukai kumis dan janggut tipismu" Jiwoo mengelus rahang suaminya.
"Apapun yang kau inginkan, sayang" Mujin mengecup seluruh wajah Jiwoo lalu dengan sengaja mengusap rahangnya ke wajah istrinya membuatnya tertawa geli.
Tangan Mujin mulai bergerak nakal didalam selimut, menyibak gaun tipis Jiwoo dan meremas pinggulnya.
"Ah.." desah Jiwoo.
Mujin tersenyum lebar, desahan istrinya selalu membangkitkan gairah bercintanya. Ia mencium bibir Jiwoo dan melumatnya lembut, tangannya berpindah mengelus sayang perut istrinya lalu naik ke gunung kembar yang besar. Sejak kehamilannya kedua payudara Jiwoo sedikit lebih besar. Mujin sangat menyukainya.
"Uh.. daddy.." desah Jiwoo saat Mujin sedang menyusu padanya.
Mujin mencium, menjilat dan menghisap kedua payudara Jiwoo bergantian, ia sedikit terkejut saat merasakan setetes cairan yang keluar dari puting Jiwoo namun Mujin semakin bersemangat menghisapnya hingga memerah.
"Enak? Kau menyukainya, yeobo?" bisik Mujin nakal.
"Ah.. Sangat nikmat sekali.." Jiwoo memejamkan matanya sambil meremas bahu suaminya.
Mujin menghisap dan membuat tandanya cintanya di sekitar dada Jiwoo, kini hidung mancungnya sudah perlahan naik ke leher Jiwoo, ia kembali mencium dan menghisap leher mulus istrinya. Mujin sangat suka memberikan banyak kissmark di tubuh Jiwoo.
"Sayang, kau sudah basah? Hm?" Mujin terkekeh menatap wajah Jiwoo yang bergairah. Memang benar sebulan ini istrinya sangat bergairah dalam bercinta. Bahkan terkadang Jiwoo lah yang meminta jatah duluan.
Dua jari Mujin sedari tadi bergerak memasuki milik Jiwoo yang sudah sangat basah karena pelepasannya.
"Daddy.. please.." desah Jiwoo dengan suaranya yang serak malah semakin meningkatkan birahi Mujin.
Mujin sendiri sudah tidak tahan dengan miliknya sudah sekeras tongkat. Dengan posisi saling menghadap Mujin memegang kedua bokong istrinya dan menariknya sedikit keatas lalu memasukkan miliknya ke liang basah Jiwoo.
"Ah..! yeobo.." Jiwoo mendesah keras.
Setiap hari bercinta bukan berarti Jiwoo tidak menjerit saat milik suaminya yang gagah itu memasukinya.
"Sangat nikmat sayang.." desah Mujin perlahan menggerakkan pinggulnya maju mundur.
Mujin mencium Jiwoo dengan gairah yang meledak-ledak. Lidahnya mengabsen setiap gigi istrinya, liur yang bercampur dan bibir yang saling menghisap membuat suara cecapan kedua bibir terdengar semakin merdu.
Jiwoo mendongak saat milik Mujin bergerak keluar masuk didalamnya yang terasa penuh dan nikmat.
"Lebih dalam lagi, daddy.." Jiwoo mendesah saat Mujin menatapnya dengan sepasang matanya yang sayu.
Mujin terlihat puluhan kali lipat sangat tampan saat bercinta dengan wajah keenakan seperti sekarang. Jiwoo melingkarkan kedua lengannya ke leher Mujin dan mendesah semakin kuat. Mujin tidak berhenti menggoyangkan pinggulnya memberikan kenikmatan tiada tara untuk istrinya.
"Kau suka seperti ini, mommy?" Mujin menghentakkan pinggulnya lebih dalam.
"Ahh.. ahh.. yess.. daddy.." Jiwoo menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Mujin dan mengigitnya.
Hampir satu jam keduanya bercinta dengan sangat intens. Jiwoo akhirnya merasakan cairan hangat dan deras didalamnya.
Mujin berhenti bergerak dengan nafas tersengal. Ia tersenyum bahagia dan mengecup kening istrinya."Mommy.. aku sangat mencintaimu" Mujin melepaskan penyatuan mereka dan menarik selimut untuk menutup tubuh telanjang keduanya, tangannya tidak berhenti mengelus perut Jiwoo.
"Aku juga mencintaimu, daddy.." balas Jiwoo.
"Yeobo, malam ini bersiaplah, aku ingin mengajakmu pergi.. kau mau?"
Jiwoo mengangguk cepat-cepat dan mengacungkan jempolnya. Mujin terkekeh geli.
"Hari ini aku benar-benar harus pergi, jika kau membutuhkan sesuatu panggil maid, jangan lakukan sendiri, jangan banyak bergerak, jangan lupa makan dan minum susu.. aku sudah memerintahkan semuanya pada mereka, okay?" ucap Mujin dengan nada proktektif.
"Araseo.. pergi sana, dasar cerewet" Jiwoo mendengus.
"Aku akan terus memantau. Jangan pernah lakukan hal berbahaya. Tunggu aku pulang" perintah Mujin lalu mencium kening istrinya.
"Nde, sajangnim.." ledek Jiwoo.
Mujin semakin hari semakin suka mengomel, sudah seperti bapak-bapak saja. Jiwoo bahkan terkadang kesal dengan sifat suaminya.
...
Tok tok tok
"Nyonya, Sajangnim menyuruh saya mengantar anda ke tempat pertemuan karena sajangnim tidak sempat menjemput anda" ucap pria berbadan besar yang Jiwoo yakini adalah salah satu bodyguard Mujin.
"Hm.. baiklah. Tunggu sebentar"
Pria itu membungkuk dengan sopan sambil melirik kiri kanan.
Mujin melirik jam tangannya lalu merogoh ponselnya. Rasanya segala beban dan kelelahan di tubuhnya seketika hilang saat menatap layar ponselnya yang terpampang foto istri tercintanya.
Baru saja Mujin ingin menelepon Jiwoo, ia menerima pesan dari Jiwoo.
Yeobo, kau ingin bertemu dimana? Sepertinya ini cukup jauh..
Mujin membelalakkan matanya saat membaca pesan dari Jiwoo. Ia segera memencet nomor Jiwoo dan menghubunginya. Ia semakin panik saat nomor Jiwoo sudah tidak aktif.
"Shibal!!" umpat Mujin, ia mengepalkan tangannya dengan amarah yang meledak-ledak.
Mujin dan Taeju segera mengikuti arah mobil yang membawa Jiwoo. Untungnya Mujin memasang alat pelacak tercanggih yang ia pesan khusus di cincin pernikahan mereka, sehingga walau ponsel Jiwoo tidak aktif, ia tetap bisa mengetahui keberadaan istrinya.
Sepanjang perjalanan Mujin bertanya-tanya siapa yang berani menyandera istri seorang pemimpin bandar narkoba se-Asia, bahkan semua partner dan kliennya sudah mengetahui sifat Mujin yang keras dan tiada ampun jika mengusik kehidupannya. Siapapun itu pastilah sudah bosan hidup.
"Jiwoo-ya.. kumohon.. aku tidak ingin hal itu terjadi lagi.." Mujin meninju kaca mobil meluapkan emosinya serta menyalahkan dirinya.
Mata Mujin semakin menggelap penuh emosi yang memuncak, seakan sudah siap meledakkan kepala siapapun itu. Ia bersumpah akan membunuh dengan tangannya sendiri karena berani menyentuh istrinya.
Hasil ngetik kebut sejam 😂😂
Sedikit konflik dong ya? 😆😆
Nanti jadi rada bosen kalo gk ada konflik 🤣
Don't forget vote ya! 💜

KAMU SEDANG MEMBACA
Love Struck 2 : Painful
RomanceSilahkan baca Love Struck dulu ya, ini Sequel nya 💜