XXXV

305 66 59
                                    

Hari yang di nantikan Jiwoo akhirnya datang juga.
3 koper besar berisi pakaian dan barang-barang sudah berada didalam.

"Yeobo, kau sudah selesai?" Mujin terkekeh melihat tingkah istrinya.

"Sudah! Ayo..!!" teriak Jiwoo semangat.

Taeju ikut terkekeh melihat Jiwoo, ia membantu membawakan ketiga koper bos nya dan mengantar mereka ke bandara.

Mujin sedang merokok, ia menunggu Jiwoo dari toilet sambil mengobrol dengan Taeju di kursi tunggu VIP lounge.

"Berhentilah merokok, kau akan segera jadi daddy.. apa kau ingin punya penyakit lalu meninggalkan istri dan anakmu? Aku yakin banyak pria yang mengantri jadi suamiku" omel Jiwoo.

"Yeobo, kenapa kau marah? Aku hanya menghisap 1 batang" protes Mujin.

"Mulai sekarang tidak boleh lagi atau kau tidak akan mendapatkan jatah" balas Jiwoo.

"Sayang, kau membuatku hampir menangis" rengek Mujin.

Taeju tertawa kecil melihat keduanya, bos nya benar-benar terlihat seperti bocah jika bersama istrinya walau sangat mesra dan harmonis, terkadang bisa terjadi pertengkaran sepele ini.

Mujin harus bersabar ratusan kali lipat karena Jiwoo sedang hamil, ia mengerti emosi istrinya sedang labil.

"Taeju-ya, kuserahkan tugasku padamu seminggu kedepan, jika sangat mendesak jangan ragu hubungi aku, araseo?" Mujin menepuk bahu dan mengusap kepala Taeju layaknya adik.

"Nde Hyung! Jiwoo-ssi.. Jangan khawatir dan bersenang-senanglah, kembalilah dengan selamat" ucap Taeju.

"Araseo.. aku akan menghubungimu jika sudah sampai" Mujin melambaikan tangan.

"Gomawo Taeju-ssi" Jiwoo tersenyum mengangguk pada Taeju.

Mujin menggandeng Jiwoo menaiki jet pribadi nya dan masuk ke dalam dengan beberapa anak buahnya disana dan 2 pilot kepercayaannya.

"Yeobo, sepertinya aku tidak tau kau punya jet pribadi?" tanya Jiwoo saat duduk disebelah Mujin dan suaminya sedang memasangkan sabuk pengamannya.

"Aku tidak pernah pergi kemanapun sejak kita bersama, aku tidak ingin meninggalkanmu, hanya Taeju dan pengacara Kang yang pergi ke luar negri untuk bertemu klien" balas Mujin.

"Kau sangat takut kehilanganku?" Jiwoo tertawa meledek.

"Jangan tertawa, kau sudah sering meninggalkanku" Mujin berdecak.

"Apa kau marah padaku?" tanya Jiwoo kesal.

"Tidak sayang, aku sangat mencintaimu.." Mujin mengecup punggung tangan istrinya.

"Bilang saja kalau kesal, aku tau.." Jiwoo menyandarkan kepalanya di bahu Mujin.

"Gwaenchana, aku sudah pengalaman dengan istriku yang hamil, lampiaskan semuanya padaku" Mujin mengecup puncak kepala istrinya.

"Choi Mujin adalah suamiku yang terbaik" Jiwoo tersenyum lebar.

Seperti inilah sikap istrinya sekarang, tiba-tiba marah lalu dalam sekejab menjadi lembut dan mesra.

Perjalanan sudah hampir 5 jam dari 12 jam yang akan sampai di Swiss membuat Jiwoo sedikit bosan, masih ada 7 jam lagi. Ia memutuskan ke kamar untuk berbaring.

"Sayang, kau bosan?" tanya Mujin.

"Hm.. sedikit.."

"Bersabarlah sebentar lagi, kau ingin melakukan sesuatu?" goda Mujin.

Love Struck 2 : PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang