Musim gugur membuat pemandangan menjadi sangat indah dengan dedaunan berwarna kuning kecoklatan di pohon yang menjulang tinggi.
Mujin dan Jiwoo berjalan di bawah pohon besar itu dengan bergandengan tangan seperti pasangan kekasih. Jiwoo mendongak melihat ke atas langit biru berhias awan seputih kapas.
Mujin tersenyum kecil melihat istrinya menikmati pemandangan yang memang terbilang indah. Cukup memanjakan setiap mata yang melihatnya.
"Yeobo, kau lelah? Ayo duduk" Mujin menggandeng Jiwoo duduk di sebuah bangku kayu coklat tua dengan beberapa dedaunan kuning yang jatuh dibangku itu. Mujin membersihkan daun itu untuk Jiwoo duduk.
Jiwoo duduk dan menyandarkan kepalanya dibahu Mujin sambil menatap pohon-pohon didepannya.
"Yeobo.. aku menyukai musim gugur, kau tau..? Cintai pohon sampai daunnya rontok, lalu dorong mereka untuk mencobanya lagi tahun depan.." ucap Jiwoo tersenyum.
"Musim gugur menunjukkan kepada kita betapa indahnya melepaskan segala sesuatunya" sambung Jiwoo.
"Aku pernah mendengar beberapa kalimat yang bagus ini dan aku menyukainya" ucap Jiwoo mendongak melirik ke Mujin yang mendengarnya dengan serius.
"Yeobo.. aku ingin kita bisa menjalani setiap musim bersama, sampai kita tua nanti.." balas Mujin merangkul bahu Jiwoo.
Jiwoo tersenyum lebar, ia memeluk Mujin melingkarkan lengannya dipinggang didalam long coat suaminya.
"Tahun depan kita kesini lagi bersama Choi Mujin kecil" ucap Jiwoo terkekeh mengusap perutnya.
Mujin menunduk melirik perut Jiwoo, ia juga ikut mengusap perut Jiwoo. Ia tersenyum bahagia.
"Tentu saja! Aku akan membawa kalian kemanapun yang kau mau" balas Mujin tertawa.
"Ah! Benar, Ayo kita berfoto" ajak Jiwoo mengeluarkan ponselnya.
"Ya! Choi Mujin kenapa wajahmu sangat kaku, tersenyumlah! Say kimchi.." Jiwoo lalu menjepret hasil selfie keduanya.
"Ayo ulangi" balas Mujin tertarik.
"Baiklah jika kau mau" Jiwoo terkekeh, ia lalu memposisikan kameranya dan saat memotret Mujin mengecup pipi Jiwoo.
Jiwoo tertawa terbahak-bahak melihat hasilnya, cukup memuaskan, wajah Mujin dari samping juga terlihat tampan.
"Yeobo..ini seperti gaya foto anak-anak remaja yang masih berpacaran" Jiwoo tertawa.
"Tidak apa-apa, yang penting aku menyukainya. Jangan lupa mengirimkannya padaku" ucap Mujin terkekeh.
Jiwoo menyandarkan dagunya di bahu Mujin, ia gemas dengan kelakuan suaminya lalu ia menoleh kesamping membuat wajah mereka berdekatan dengan bertatapan dalam. Mujin mengecup lembut bibir Jiwoo.
Jiwoo merangkul lengan Mujin mengajaknya berjalan kembali menyusuri jalanan yang penuh dengan daun-daun berjatuhan dari pohonnya.
"Yeobo.. aku haus" rengek Jiwoo.
Mujin mengeluar tumbler kecil dari saku long coat nya memberikannya ke Jiwoo. Ia memang sengaja menyiapkannya takut dikala istrinya kehausan.
Ia membuka penutup tumbler itu dan memberikannya ke Jiwoo."Aku tidak melihatmu membawanya tadi?" Jiwoo menengak minuman itu.
"Aku sengaja menyiapkannya takut kau kehausan" Mujin tersenyum ke Jiwoo.
Mujin juga menengak sedikit minuman dari tumbler itu, matanya melihat ke sekitar, ada gerak gerik mencurigakan yang terlihat olehnya. Hatinya mulai khawatir namun ia mencoba untuk tenang.
Ia tidak ingin istrinya ikut panik, ia akan mengabaikannya selama tidak membahayakan Jiwoo.
"Ayo kita pulang.." ajak Mujin menggandeng tangan Jiwoo dengan pandangan yang masih was-was.
"Yeobo.. ini masih sore, bagaimana kalau kita nonton bioskop? Hm? Ada film bagus yang ingin kutonton" ucap Jiwoo saat mereka memasuki mobil.
"Kau pasti lelah, kita nonton dirumah saja" balas Mujin.
"Hm.. aku sudah lama tidak ke bioskop, tapi.. yasudahlah dirumah saja" balas Jiwoo tersenyum.
"Kita bisa pergi lain kali, okay?" Mujin mencubit gemas pipi Jiwoo yang menurutinya.
Mujin menjalankan mobilnya, diperjalanan Jiwoo ketiduran, kepalanya terlihat terantuk-antuk.
Mujin menggeser tubuhnya ke kanan, membiarkan Jiwoo bersandar padanya, ia menyalakan mode autopilot pada mobil listriknya.Mujin dan Jiwoo sampai dipenthouse. Jiwoo masuk ke kamar untuk mandi, Mujin berjalan ke ruang kerjanya, ia menelepon Taeju.
"Taeju-ya.. sepertinya ada yang mengikutiku saat aku berpergian tadi dengan Jiwoo, aku ingin kau mencari tau" ucap Mujin datar.
"Segera laporkan padaku jika kau sudah menemukannya" sambung Mujin.
"Algeuseumnida sajangnim" balas Taeju diujung sana.
Mujin dan Jiwoo makan malam bersama.
Keduanya lalu berbaring di kasur dan menyalakan smart tv untuk menonton film.Jiwoo yang semula menonton dengan serius bersandar di lengan Mujin, akhirnya ia tertidur, Mujin menarik selimut dengan kakinya karena tidak ingin mengganggu Jiwoo yang masih bersandar padanya.
Mujin menyelimuti tubuhnya keduanya, ia mematikan tv itu dan memeluk Jiwoo lalu ikut tidur.
Pagi ini Mujin duluan bangun, ia sedang memakai dasinya, ia melihat istrinya yang masih tidur dari pantulan cermin.
Mujin menghanpiri Jiwoo, ia duduk di sampingnya.
"Yeobo.." Mujin mengecup kening Jiwoo.
Jiwoo mulai membuka matanya, Mujin sudah rapi dengan pakaiannya.
"Masih pagi tapi kau sudah tampan" ucap Jiwoo terkekeh.
"Yeobo.. hari ini aku mungkin akan telat pulang, jangan menungguku, tidurlah jika kau sudah lelah.." ucap Mujin mengusap lembut pipi Jiwoo.
Jiwoo memanyunkan bibirnya dengan manja membuat Mujin tertawa kecil.
Ia mencium bibir istrinya cukup lama."Hubungi aku jika kau membutuhkan sesuatu" Mujin tersenyum mengusap dan mengecup perut Jiwoo.
"Jaga mommy dan jangan nakal selagi daddy tidak dirumah ya" bisik Mujin tertawa di perut Jiwoo, membuat istrinya ikut tertawa.
Ia berdiri dan berjalan keluar dari kamar dengan Taeju yang sudah menunggunya.
Raut wajahnya langsung berubah datar saat ia mendengar laporan Taeju yang kurang menyenangkan.Enak ya Jiwoo jalan-jalan sm suami yang perhatian bgt 😌😌 buat iri aja 😩
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Struck 2 : Painful
RomanceSilahkan baca Love Struck dulu ya, ini Sequel nya 💜