XX

443 38 30
                                    

Sinar matahari pagi menembus tirai, menyinari setiap sudut kamar yang luas dan mewah itu.

Mujin terbangun saat ia bermimpi buruk lagi.
Ya, ia selalu bermimpi buruk akhir-akhir ini. Mujin menoleh ke samping dan menghadap ke Jiwoo yang masih terlelap dengan lengannya yang menjadi bantal. Membuatnya tersenyum kecil menatapnya penuh cinta, Mujin dengan lembut menyingkirkan rambut-rambut kecil yang menutupi dahi Jiwoo.

Mujin menggeser kepalanya untuk mengecup kening Jiwoo dengan pelan. Jiwoo terbangun karena sentuhan bibir Mujin.

"Maaf, aku membangunkanmu..." bisik Mujin lembut.

Jiwoo tersenyum lebar dan menggeser tubuhnya untuk memeluk Mujin dan membenamkan kepalanya ke dada Mujin menghirup aroma tubuh yang selalu menjadi candu baginya sembari mengecup dada berotot itu.

Untuk waktu yang cukup lama Mujin dan Jiwoo dalam posisi berpelukan hangat, Jiwoo sangat merindukan pelukan hangat Mujin, ia bahkan tak ingin melepaskannya. Sungguh sangat nyaman dan menenangkan hatinya.

Mujin mendekap Jiwoo semakin erat sembari membelai rambut Jiwoo, tidak ingin melepaskannya.

Setelah cukup lama, Jiwoo melepaskan pelukan itu dan menatap Mujin dengan lekat.

"Maafkan aku karena selalu menyakitimu.." iris matanya bergetar menatap penuh rasa bersalah.

"Setelah ingatanmu kembali, kau pasti akan membenciku.." sambung Jiwoo.

"Jika memang seperti itu, lebih baik ingatanku tidak usah kembali.. aku akan menjadi orang baru yang akan mencintaimu.." balas Mujin mengusap pipi Jiwoo.

"Kita bisa memulai hidup baru.. aku tidak bisa membohongi hatiku kalau aku sangat mencintaimu.. perasaan ini semakin hari semakin dalam, sejak aku bangun hari itu aku selalu merasakan getaran aneh didadaku setiap melihatmu, aku senang ternyata kau adalah istriku, Jiwoo-ya" ujar Mujin tersenyum lembut.

Mujin menarik belakang leher Jiwoo untuk menciumnya dengan lembut. Keduanya berciuman dengan penuh kasih, Mujin melumat bibir Jiwoo, menghisap bibirnya dan memainkan lidahnya melesat kedalam untuk memperdalamkan ciumannya. Jiwoo mengikuti Mujin dengan saling mengaitkan lidahnya dengan mesra, mengecup dan menghisap bibir Mujin.

Setelah lama berciuman, Mujin melepaskan tautan bibir mereka yang sudah bengkak dan kemerahan. Dengan nafas keduanya terengah-engah. Mujin mengusap bibir Jiwoo dengan ibu jarinya dan kembali mencium bibir Jiwoo yang sangat candu.

Ciuman kali ini lebih intens dan panas, Mujin lalu melepaskan ciumannya dan mengecup seluruh wajah Jiwoo lalu beralih ke rahang dan leher Jiwoo.
Ia mengecup, menjilat dan menghisap leher Jiwoo membuat beberapa tanda kemerahan di leher putih nan mulus itu.

Jiwoo mendesah kecil saat Mujin menghisap lehernya, ia meremas rambut Mujin. Ciuman dan kecupan Mujin semakin turun dari leher Jiwoo.

Mujin menarik melepaskan piyama tipis itu dan membuangnya sembarangan sembari terus mengecup basah setiap inci tubuh istrinya.
Tangan kanannya meraba ke kepunggung Jiwoo dan melepaskan bra hitam itu melemparnya ke lantai.

Mujin sudah sangat bergairah sedari tadi, ia bergerak naik ke atas menindih tubuh Jiwoo dan memasukkan puting pink coklat itu ke mulutnya, menjilat dan menggigit pelan. Tangannya terus meremas dada Jiwoo membuat Jiwoo menggelinjang.

Jiwoo menarik kepala Mujin mengajaknya berciuman, ia sudah tidak tahan dengan godaan yang diberikan Mujin. Ia semakin kuat melumat bibir Mujin dengan kedua tangan Mujin yang terus meremas kedua dada Jiwoo dengan memelintir lembut putingnya.

"Ahh.." Jiwoo mendesah disela-sela ciuman.

"Apa kita sudah lama tidak berhubungan?" tanya Mujin dengan mata sayu, nafas terengah dan rambut berantakan yang turun menutupi dahinya akibat jambakan Jiwoo.

Jiwoo mengangguk pelan.

"Mungkin.. sudah satu tahun lebih" balas Jiwoo mengalungkan lengannya dileher Mujin.

"Kalau begitu kita harus melakukannya setiap hari" balas Mujin berbisik ditelinga Jiwoo dan mencium daun telinganya.

"Sangat geli.. hentikan.." Jiwoo tertawa keras.

Mujin kemudian membuka bajunya, yang memperlihatkan dada bidang dan otot kekarnya, membuat Jiwoo menelan ludah.

Jiwoo menyentuh dada bidang itu dan mengusapnya. Ia sedikit mengangkat kepalanya untuk mengecup dada Mujin dan menghisapnya memberi banyak tanda cintanya.

Mujin semakin menggila, merasakan gairahnya semakin memuncak. Jantungnya berdebar kencang, darahnya berdesir. Mujin kembali mengecup dada Jiwoo dan turun ke perut. Ia melepaskan celana pendek itu beserta celana dalam Jiwoo dalam sekali tarikan.

Mujin mengecup, menghisap dan menjilat kewanitaan Jiwoo yang sudah basah, melahapnya dengan gairah yang menggebu-gebu. Sedangkan Jiwoo terus menggelinjang tidak karuan merasakan kenikmatan yang membuatnya tidak berdaya.

"Ah.. yeobo.." Jiwoo terus mendesah sembari menjambak pelan rambut Mujin.

"Kau menyukainya yeobo?" Mujin tersenyum nakal yang dibalas anggukan pelan Jiwoo.

Setelah beberapa saat Mujin tidak bisa menahan miliknya yang sudah berdiri mengeras. Dengan cepat ia melepaskan celananya.
Pipi Jiwoo merah merona ketika ia melihat milik Mujin yang besar dan kokoh. Mujin hanya terkekeh.

Mujin lalu mengarahkan miliknya ke milik Jiwoo yang basah, mendorong kuat masuk ke dalam.

"Ahhh!" Jiwoo berteriak mencengkram lengan Mujin yang menopang tubuhnya.

"Maaf Jiwoo-ya.. aku akan pelan-pelan" Mujin sedikit panik melihat Jiwoo kesakitan.

Mujin kembali mendorong pelan miliknya dan akhirnya berhasil masuk semua ke milik Jiwoo.
Ia memompa pelan dengan mengerang nikmat, Jiwoo memeluk erat punggung Mujin yang merasakan miliknya penuh oleh Mujin.

Mujin terus memompa dan menghentak pelan untuk masuk sampai titik terdalam milik Jiwoo.  Ia kembali melumat bibir Jiwoo dengan lidah terus saling membelit. Ia menaikkan kecepatan memompa miliknya.

Jiwoo melingkarkan lengannya ke leher Mujin lalu Mujin memegang pinggang Jiwoo untuk mengangkatnya dengan posisi duduk, Jiwoo dipangkuannya dengan milik mereka yang tetap bersatu. Jiwoo bergerak maju mundurkan pinggangnya, ia mendongak merasakan kenikmatan, Mujin mengecup dan menjilat leher Jiwoo dengan kedua tangannya membantu pinggang Jiwoo untuk bergerak lebih cepat.

"Jiwoo-ya.. ahh.. aku hampir sampai.. ah..." Mujin semakin meracau.

"Mujin-a.. aku juga..haa.. ah.." Jiwoo mendesah.

Mujin semakin mempercepat gerakan pinggang Jiwoo dan gerakan pinggulnya sendiri. Tubuh Jiwoo bergetar saat merasakan semburan cairan hangat benih Mujin dirahimnya yang sangat banyak.

Dengan posisi Jiwoo yang masih dipangkuan Mujin, ia membenamkan wajahnya di ceruk leher Jiwoo dengan nafas terengah. Jiwoo memeluk leher Mujin dengan nafas terengah juga.

Mujin kemudian merebahkan tubuh Jiwoo dikasur dan tubuhnya kembali ambruk diatas Jiwoo.

"Kau menyukainya Jiwoo-ya?" tanya Mujin berbisik dileher Jiwoo dan mengecup leher itu berkali-kali.

"Aku sangat menyukainya, Choi Mujin" Jiwoo membelai rambut Mujin.

Mujin tersenyum senang. Ia mengeluarkan miliknya dari milik Jiwoo lalu menggeser tubuh tidur disamping Jiwoo dan menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka.

"Saranghae yeobo.. neomu neomu saranghae" Mujin mengecup kening Jiwoo dengan lama dan lembut lalu mendekap tubuh istrinya.

"Na-do saranghae yeobo.." Jiwoo memeluk Mujin.



Hayoloh siapa yang nungguin kemesraan mereka 🤣🤣

Tangan author agak tremor setelah lama gk nulis beginian 😭😭 maap kalo kurang detail 🌚🌚

Love Struck 2 : PainfulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang